• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, May 21, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Travel

Kiadan Siap Menyambut Wisatawan

Anton Muhajir by Anton Muhajir
17 June 2008
in Travel
0 0
0

Oleh Swastinah Atmodjo

Satu bale subak abian (subah untuk lahan kering) berdiri kokoh di atas tanah seluas 10 are di Desa Kiadan, dengan areal parkir yang cukup luas. Bangunannya tampak unik karena hampir keseluruhan bagiannya terbuat dari material bambu. Pun dengan meja kursi yang disusun berderet.

Bale tersebut bukan saja untuk pertemuan para anggota subak, melainkan juga ditata sebagai tempat menjamu wisatawan yang berwisata keliling Kiadan. Pada bagian depan ditempatkan satu tungku dengan kayu bakar yang membara, dipergunakan membuat kopi look (dibaca lok) atau racikan kopi rebus. Rasanya sangat berbeda dengan seduhan kopi pada umumnya, lebih kental dan aroma menggugah selera. Setiap tamu bebas menikmati kopi tersebut ditambah suguhan jajanan tradisional Bali. Sangat cocok untuk mengusir hawa dingin yang hampir sepanjang hari menyelimuti desa di ketinggian 1040 dari atas permukaan laut tersebut.

Termasuk wilayah Plaga, Badung, jarak tempuhnya hanya sekitar dua jam dari destinasi wisata utama Kuta. Akses jalannya sudah cukup bagus, beraspal dan bisa dilalui mobil maupun sepeda motor. “Selamat datang di Kiadan, silahkan menikmati kopi khas desa kami. Kalau di hotel ini welcome drink-nya,” Nyoman Juta, Kelian Subak Kiadan dan sejumlah warga menyapa ramah kepada sejumlah wisatawan yang berkunjung pekan lalu.

Menurut Wayan Juta, Kiadan dihuni 200 kepala keluarga (KK) dengan 800 jiwa. Pertanian menjadi pekerjaan utama penduduk setempat. Secara turun temurun Kiadan menjadi salah satu sentra produsen pisang susu dan jenis lainnya. Juga dikenal sebagai penghasil bambu, labu siam dan kopi.

Masyarakat, lanjut Wayan Juta, mendapat penghasilan dari hasil jual beli produk saja. Otomatis, dengan harga yang jauh dari standar pasar ketika musim panen raya. Pemeliharaan pun kurang mendapat perhatian yang salah satunya menyebabkan terputusnya produksi pisang susu. Beberapa tahun lalu, kata wayan Juta, warga tergiur menanam pisang cavendis yang ternyata membawa dan menyebarkan virus layu batang.

Tapi dengan pendampingan Yayasan Wisnu sejak enam tahun lalu, Kiadan menatap masa depan lebih baik dengan mengembangkan potensinya sebagai obyek wisata. Hawa sejuk, lingkungan yang tenang dan asri sudah dilirik banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Wisata andalannya adalah berjalan keliling desa (tracking) melalui perkebunan kopi, pemukiman penduduk, sungai, dan sebagainya. Bagi pengunjung yang tidak punya banyak waktu, bisa memilih jarak pendek saja. Sebaliknya, bila berkesempatan lebih lama bisa menjajal jogging track yang panjang dengan jarak sekitar empat kilometer

Bagi wisatawan yang tiba di Kiadan menjelang siang, kata seorang warga Kiadan yang dipercaya menjadi salah satu guide lokal, Gede Wirata, otomatis bisa menjajal track pendek saja. Usai mendapat jamuan kopi look dan jajan bali, tamu diberi dua opsi untuk menikmati makan siang sebelum atau setelah berjalan-jalan.

Tentu saja dengan suguhan menu special hasil olahan warga setempat diantaranya urap pakis (daun paku), urap daun singkong, lodeh labu siam, sayur daun labu siam, abon ayam, dadar jagung, sayur ares (gedebong pisang) dan lainnya. Bahan-bahan tersebut dipetik dari kebun warga. Terkait hal ini, satu dapur dipersiapkan di salah satu bagian bale subak dan tamu bisa menyaksikan proses masak memasak.

Selain makanan, jalur tracking Kiadan cukup mengesankan. Setiap mata bisa memandang tanaman labu siam atau jipang yang merambat di areal pemukiman penduduk, memenuhi tegalan maupun pinggiran jalan. Terlebih ketika musim berbuah, yang bergelantungan dalam jumlah ribuan. Harga jualnya sangatlah murah, hanya Rp 12.000 untuk 200 biji. Setiap keluarga rata-rata mempunya 10 are yang ditanami labu siam dan biasanya memanen seminggu sekali dengan jumlah sampai 1500 biji.

Jalur berikutnya adalah areal perkebunan kopi. Desa ini memilki 215 Ha kopi jenis Arabica dan Robusta. Ketika musim bunga, semerbak aromanya mampu membius setiap pengunjung. Dan ketika masa panen tiba, bagi yang berkenan bisa turut membantu memetik buah kopi.

Usia produksi tanaman kopi tersebut hingga 30 tahun. Masa panen berlangsung tiga bulan, setiap Juni – Agustus. Untuk satu hektar lahan, lanjut Gede Wirata, mampu menghasilkan 15 – 30 ton kopi petik merah (masak).

Ditambahkan Wirata, siklus hidup tanaman kopi akan menjadi paket wisata tersendiri semisal musim berbunga, masa pemeliharaan, waktu panen, dan pengolahan. Pada masa pemeliharaan, guide akan memperlihatkan aktivitas warga yang secara rutin menyiangi kebun. Sedangkan saat pengolahan dimulai dari pengeringan, penggilingan hingga pengemasan.

Dari kebun lain yang tak kalah menarik adalah tanaman bambu. Jenisnya beraneka macam mulai dari petung (bambu besar yang biasa untuk tiang dan tahan hingga puluhan tahun) sampai bambu dengan ukuran terkecil. Ke depan, warga sudah bersiap untuk mengolah bahan bambu menjadi barang bermutu seperti meja, kursi, tempat tisu, gedhek, dan sebagainya.

Pemandangan lainnya adalah aneka jenis tanaman pisang di sekitar pemukiman. Sebelum terserang virus, tegas Wirata, jenis pisang yang dihasilkan Kiadan sangat banyak. Menurut dia, sudah ada keinginan untuk membangkitkan kembali jenis pisang lokal dan ditindaklanjuti dengan pengolahan paskapanen menjadi selai, keripik atau makanan lain. “Sangat banyak ide yang muncul dan warga sangat berharap itu semua bisa terlaksana. Selain meningkatkan pendapatan tentunya juga bisa dijadikan tambahan daya tarik untuk wisatawan,” urai Wirata.

Bagi pengunjung yang kurang puas sehari di Kiadan, ada pilihan untuk bermalam. Saat sekarang sudah tersedia wisma sederhana, memanfaatkan rumah penduduk. Tarifnya cukup Rp 100.000 permalam. Atau bagi yang memilih lebih menyatu dengan alam, terdapat areal lapang untuk mendirikan tenda. Paket wisata dengan bandrol US$ 70 perorang juga sudah ditawarkan. Ini termasuk  penginapan, jogging track, souvenir dan konsumsi.  [b]

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

21 May 2025
Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

20 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
[Ilustrasi] Wacana Bali Mandiri Energi Bersih

[Ilustrasi] Wacana Bali Mandiri Energi Bersih

18 May 2025
Kampanye 2 Anak Dihentikan, Ini Instruksi KB Krama Bali

Kampanye 2 Anak Dihentikan, Ini Instruksi KB Krama Bali

17 May 2025
Next Post

Seafood di Antara Sunset Tanah Lot

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

21 May 2025
Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

20 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia