Anugerah Jurnalisme Warga kembali digelar di Taman Baca Kesiman pada Sabtu, 29 Juni 2024. Tahun ini, AJW memberikan beasiswa liputan kepada warga (Bali dan luar Bali) untuk melakukan liputan sesuai dengan tema. Ini tentang perubahan yang berpengaruh dengan lingkungan, masyarakat, dan sudut Kota. Kami menggali solusi dari warga, menjadi arah dan harapan yang lebih baik. Semua dirangkum dalam satu tema “Citizen Science: Solusi dari Warga”.
Tema ini bukan sebuah cuitan saja, tapi langkah awal untuk mengkritisi dan memperbaiki lingkungan terdekat. Melalui kegiatan Bale Bengong ini, kita mulai berperan dan merealisasikan solusi warga untuk perubahan yang lebih baik pada infrastruktur maupun suprastruktur. Terlihat dari ilustrasi di setiap feed instagram BaleBengong, terdapat gambar loop yang memperlihatkan sub tema. Kemudian, gambar di pojok kanan terdapat dua orang dewasa perempuan dan laki-laki, serta anak kecil dengan pakaian sederhana.
Gambar ini erat kaitannya dengan science atau keilmuan dan upaya warga dalam menjaga lingkungan setempat. Diberi latar tosca menjadi ciri khas kesejukan dengan perpaduan warna biru dan putih sebagai awan, serta hijau ibaratkan rumput. Kupu-kupu yang terbang berkaitan dengan elemen alam dan representasi dari kebebasan untuk semua orang dalam berkarya. Pembuat ilustrator ini merangkai makna dalam sebuah gambar yang unik dan menarik, ia bernama Mediana Ayuning P.P.
Gambar ilustrasi dari Mediana Ayuning P.P
“Konsep sesuai dengan tema Citizen Science. Kata science sangat melekat dalam bidang keilmuan, seperti poster awal itu orang bawa loop.” katanya dalam pertemuan online (06/06).
Mediana Ayuning P.P adalah seorang mahasiswi jurusan Biologi di Universitas Udayana yang akrab dipanggil Ian. Pada pertengahan 2022, ia aktif di Omah laras untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna. Meskipun tidak menekuni bidang seni dalam pendidikan formal, ia mampu menciptakan gambar-gambar yang unik dan penuh makna. Bahkan, karyanya sudah berhasil dipamerkan.
Pada Tahun 2021, Ian mengikuti pameran di Silang Sengkarut bersama dengan Jagat Kampung Puisi (JKP). Kemudian, Tahun 2024 kembali menunjukkan karyanya di Acara Anarta Lokakarya yang diadakan oleh Politeknik Pariwisata Bali, acara khusus kesenian untuk anak semester 4. Tidak hanya mengikuti pameran, karya-karya tersebut juga bisa dilihat pada instagram pribadinya @bhianchrosis. Tentu karyanya masih berhubungan dengan biologi dan lingkungan sekitar.
Kini, dalam acara AJW Tahun 2024 bersama Omah Laras, Ian berkarya. Omah Laras merupakan komunitas yang bergerak di bidang seni, ekonomi alternatif, sablon cukil, dan kegiatan mendongeng untuk anak. Selain itu, mereka juga mengisi waktu luang dengan menanam sayur-sayuran di halaman rumah. Tujuannya, untuk mengurangi belanja sebagai konsumsi sehari-hari.
Komunitas ini dibentuk pada Tahun 2019 sebagai wadah berkumpulnya anak-anak pecinta seni teater. “Kami sebelum menjadi Omah Laras, dulunya kami teater, namanya teater Puntung Rokok. Kalau dulu ya, kami terbentuk karena sama-sama anak teater. Kemudian banyak anggota yang pergi, akhirnya sisa 5 orang kalau gak salah. Akhirnya, dari kegiatan-kegiatan tersebut kami punya koleksi buku. Kami mencoba lapakan di Kampus bawah Undiksha, di depan ruang BEM. Tujuannya untuk mencari teman biar bisa teater’an lagi,” jelas Dayat salah satu pengelola Omah Laras.
Sayangnya upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang baik, sehingga mereka memutuskan untuk membentuk komunitas kolektif dan dikelola bersama dengan sumber dana sendiri. Mereka juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas dalam projek-projek seni. Salah satu sumber ekonominya berasal dari sablon. Biasanya, mereka akan membuat design yang bersifat komersial, seperti merchandise untuk Komunitas Mahima dalam kegiatan Singaraja Literary Festival. Begitu juga dengan kegiatan AJW 2024 yang diselenggarakan oleh BaleBengong.
Kerap membuat karya sesuai dengan kondisi yang ada di kontrakan. “Sejauh ini ada 3 rilisan merchandise. Kalau untuk yang terakhir, judulnya “Rot in Bliss”, representasi dari sablon cukil yang lebih advance dan otentik. Disesuaikan dengan kondisi kontrakan saat itu,” lanjut Ian.
Pada projek ini, mereka merepresentasikan masalah yang kerap terjadi pada komunitas, yakni orang yang datang dan pergi sesuai kebutuhan dan keinginannya. Hal tersebut juga terjadi di komunitas Omah Laras, sehingga direpresentasi dalam bentuk karya. Ian juga mengatakan jika Rot itu artinya membusuk tapi dalam kebahagian. Ketika organisme membusuk dalam kebahagiaan, apakah semua itu akhir dari kehidupan? Semua hanya rekonstruksi dan berubah bentuk menjadi kehidupan yang lain.
Dengan ini mereka berupaya mempertahankan keberlanjutan komunitas Omah Laras. Komunitas ini masih aktif dan tersebar di Bali. Segala kegiatan dan karya dari komunitas ini dapat dilihat pada instagram @omah.laras.
Dalam keterpurukan pun Komunitas Omah Laras tidak berhenti berkarya, mereka tetap berkelana hingga menemukan pelabuhan yang terbaik. Mari bersama Bale Bengong dan Omah Laras menyuarakan setiap keresahan di lingkungan sekitar dengan karya. Apapun bentuk karyanya, kamu tetap diterima.