• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, May 13, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Indonesia sebagai Bagian dari Austronesia

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
20 July 2016
in Kabar Baru
0 0
0

Pameran Austronesia

Austronesia pernah menjadi bahasa terbesar di dunia.

Populasi penutur rumpun sekitar 1.200 bahasa ini mendiami kawasan lebih dari setengah bola dunia, dari Madagaskar di ujung barat hingga Kepulauan Paskah di ujung timur Pasifik, serta dari Taiwan-Mikronesia di batas utara hingga Selandia Baru di batas selatan.

Inilah rumpun bahasa dengan sebaran terluas sebelum kolonisasi barat menjangkau berbagai bagian dunia. Persebarannya di kawasan kepulauan yang maha luas merupakan fenomena besar dalam sejarah kemanusiaan.

Penutur Austronesia muncul ca. 7000-6000 BP di Taiwan untuk kemudian ca. 5000 BP menyebar ke berbagai bagian dunia, membawa budaya khas Neolitik yang dicirikan oleh kehidupan menetap dengan kegiatan bertani, beternak, dan lain-lain.

Penutur Austronesia tergolong Ras Monggolid Selatan dengan tampilan fisik sangat beragam oleh faktor-faktor genetika, lingkungan, dan budaya. Kemampuan beradaptasi di berbagai lingkungan mendorong perkembangannya dalam ruang dan waktu.

Pada masa sekarang populasi Austronesia mencapai lebih dari 380 juta. Variabilitas geografi hunian dan interaksi luar yang sangat tinggi menjadikan budayanya pun sangat beragam. Sebaran dalam kawasan kepulauan yang maha luas, kemampuan adaptasi lingkungan, serta tampilan fisik dan budaya yang sangat beragam, menjadikan studi Austronesia selalu menarik perhatian para akademisi dan peneliti dari berbagai bagian dunia.

Di Indonesia, penutur Austronesia hadir sejak sekitar 4000 tahun lalu seiring kedatangannya dari Taiwan melalui Filipina. Kemampuan mengadaptasikan diri terhadap lingkungan kepulauan memungkinkannya terus berkembang hingga menurunkan keragaman etnisitas bangsa Indonesia sekarang.

Indonesia pun memegang kunci dalam pemahaman Austronesia. Wilayahnya sangat luas dan terletak di tengah kawasan sebaran. Penghuninya melingkupi >60 % dari seluruh penutur Austronesia. Keberadaan penutur non-Austronesia di wilayah timur menambah daya tarik studi untuk mengetahui interaksi dua ras yang berbeda dalam ruang dan waktu.

Topik tentang Austronesia dibahas mendalam selama simposium internasional Diaspora Austronesia pada 18-23 Juli 2016 di Nusa Dua, Bali.

Sekitar 200 peserta mengikuti simposium dengan 45 orang di antaranya para pakar dari luar negeri terdiri dari para ahli terkait Austronesia dari berbagai disiplin ilmu meliputi arkeologi, antropologi, sejarah, geologi, geokronologi, palinologi, paleoiklim, paleogeografi, paleoantropologi, paleomusikologi, linguistik, dan genetika.

Peserta simposium berasal dari 19 negara yakni China, Jepang, Taiwan, Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, Timor Leste, Australia, New Zealand, Prancis, Jerman, Inggris, Belanda, Swiss, Irlandia, Amerika Serikat, dan Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Drs. I Made Geria, M.Si., simposium internasional ini bukan semata perhelatan ilmiah, tetapi juga upaya pelibatan publik karena materi-materi yang dibahas dalam pertemuan kali ini merupakan akar-akar kultur yang masih hidup di sisi masyarakat.

“Di Pusat Penelitian (Puslit) kami tidak hanya mengangkat nilai menjadi pemaknaan, tetapi juga menjadikannya model,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM), Harry Widianto, menegaskan bahwa PCBM senantiasa mendukung upaya Puslit, khususnya dalam hal ini penelitian Austronesia, melalui pelestarian dan pemanfaatan hasil penelitian tersebut. Misalnya dengan penyelenggaraan seminar, pameran, serta pendirian museum di situs-situs hasil penelitian, seperti Gua Harimau, Situs Gilimanuk, dan lain-lain.

Salah satu peneliti senior, Prof. Harry Truman Simanjuntak, menyatakan bahwa tujuan simposium yang mengundang pakar-pakar berbagai negara ini tak lain sebentuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan, mengangkat nilai-nilai luhur kebangsaan (kemaritiman, gotong royong, keberagaman), merajut serta membangun hubungan yang baik dengan pakar berbagai negara, khususnya yang tertarik pada Austronesia, serta membangun solidaritas antara sesama penutur Austronesia.

Simposium ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting tidak saja bagi kemajuan ilmu pengetahuan, melainkan juga untuk meningkatkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur budaya Nusantara dalam membangun peradaban berkeindonesiaan.

Selain kegiatan simposium, rangkaian acara lain adalah fieldtrip ke Museum Subak dan Situs Jatiluwih di Tabanan yang merupakan tradisi berlanjut Austronesia, Situs Gilimanuk serta Museum Gilimanuk, yang merupakan situs nekropolis penting.

Peserta simposium juga mengunjungi pameran “Kita, Austronesia” dan “Gambar Cadas Prasejarah di Indonesia” di Bentara Budaya Bali.

Pameran ini menghadirkan materi berupa artefak-artefak hasil penelitian, replika, poster dan gambar-gambar lukisan dinding Cadas Prasejarah. [b]

Tags: BahasaBudaya
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

22 July 2024
Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

23 October 2023
Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

13 September 2023
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

22 August 2023
Next Post
Tujuh Startup ini Akan Memudahkan Hidupmu

Tujuh Startup ini Akan Memudahkan Hidupmu

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

matan AI

Intelektual Blangko

11 May 2025
Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

10 May 2025
Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

9 May 2025
KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

9 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia