Singaraja, kota di bagian utara pulau Dewata yang pernah menjadi ibukota Bali hingga tahun 1958. Disebut juga kota pelabuhan karena ratusan tahun lalu memiliki banyak pelabuhan dan menjadi pintu perdagangan untuk pedagang dari belahan dunia lainnya, terutama Cina. Dari sini juga banyak masuk kebudayaan Tionghoa karena banyaknya pedagang yang menikah dan menetap.
Memasuki kota Singaraja, sekilas seperti kembali ke masa lalu. Bangunan tua sisa-sisa pendudukan Belanda masih kokoh berdiri menambah suasana tersendiri untuk penikmatnya. Tidak terkecuali, Museum Gedong Kirtya yang didirikan pada 2 Juni 1928 dan mulai dibuka untuk umum pada 14 September 1928. Data ini bisa terlihat di salah satu gapura bercat putih di areal museum. Bangunan yang didirikan dengan arsitektur Bali ini terdiri dari 4 bangunan utama. Ruang pertama berisi lontar dan buku tua yang ada pada bagian depan museum. Ruang kedua berisi salinan lontar dan ruang baca, ruang ketiga merupakan administrasi untuk staff museum. Sedangkan ruang keempat merupakan pameran lontar, bahan pembuat lontar dan buku hasil terjemahan yang ada.
Orang-orang jaman dulu di Bali menggunakan Lontar untuk menulis sastra, obat-obatan, aturan adat dan lain-lain. Tapi kini, Lontar sudah jarang digunakan sehingga lontar-lontar kuno peninggalan leluhur pun disakralkan dan hanya disimpan. Padahal, didalamnya terdapat ilmu-ilmu yang andai saja disebarkan, akan jauh lebih berguna ketimbang disimpan dan rusak karena penyimpanan yang kurang baik. Staff museum menjelaskan jika memiliki lontar, bisa dirawat dengan memakai kemiri. Caranya, kemiri dibakar dan arang hasil bakaran tadi dipakai untuk menggosok lontar agar tulisan bisa terlihat kembali. Agar terhindar dari lembab, mereka menyarankan untuk memakai kapur barus.
Jumlah koleksi Museum Gedong Kirtya mencapai 1750 lontar, 7211 judul salinan lontar yang mulai dikerjakan sejak tahun 1930-an. Terdapat juga 8490 judul buku tentang agama, sastra bali, jawa kuna, linguistic dan masih banyak lainnya. Setiap lontar yang tersimpan di museum ditempatkan dalam wadah kayu, disusun dalam rak bertingkat. Setiap kotak kayu nya diberikan nama lontarnya agar memudahkan pencarian.
Museum Gedong Kirtya berada di pusat kota Singaraja, bersebelahan dengan Museum Buleleng dan pusat pemerintahan. Jika dari arah Denpasar, jaraknya sekitar 100 km atau 2.5 jam perjalanan. Jika berkunjung ke Bali utara, tidak ada salahnya menyempatkan waktunya untuk mampir ke museum Gedong Kirtya di Jalan Veteran No. 20.
harus tetap dilestarikan .