Untuk kedua kalinya, German Cinema hadir kembali di Bali.
Program ini diselenggarakan Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut. Untuk di Bali bekerja sama dengan Bentara Budaya Bali dan Udayana Science Club. Kegiatan akan berlangsung 17 – 19 September 2015.
Selama tiga hari berturut-turut ada sembilan film pilihan yang akan diputar secara gratis dan terbuka untuk umum di di XXI Beach Walk, Kuta. Sinema-sinema pilihan tersebut terdiri dari beragam genre. Mereka mengangkat tema-tema mendasar dalam keseharian kita sebagai manusia, seperti keluarga, cinta, agama, hubungan orangtua dan anak, serta sejarah.
Khusus di Bali, akan ditayangkan film-film produksi baru di antaranya Jack (2014), Auf das Leben! (2014), Phoenix (2014), Beltracchi – Die Kunst der Fälschung (2013), Im Labyrinth Des Schweigens (2014), Familienfieber (2014), Die Böhms – Architektur einer Familie (2014), Hirngespinster (2014), dan Der Bunker (2014).
Sebelumnya, German Cinema telah dibuka pada 11 September 2015 di Epicentrum XXI Jakarta dengan pemutaran film Im Labyrinth des Schweigens (Labyrinth of Lies). Film ini disutradarai oleh Giulio Ricciarelli.
Film yang tayang perdana di Toronto International Film Festival ini, mengambil latar belakang Jerman pada 1950-an. Kisahnya tentang seorang jaksa muda yang mulai membuka dan menyelidiki pembunuhan massal yang terjadi pada masa Nazi. Ia mengangkat kasus-kasus yang sebelumnya tidak disadari atau diakui oleh publik yang ternyata melibatkan banyak tokoh masyarakat di Jerman.
German Cinema tahun ini adalah bagian dari Jerman Fest, sebuah inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan diselenggarakan oleh Goethe-Institut di Indonesia, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta dan EKONID. Kegiatan ini bertujuan untuk menghormati dan merayakan hubungan baik antara Indonesia dan Jerman yang telah terjalin selama ini.
Selain di Bali, kegiatan yang secara nasional telah berlangsung sejak tahun 2012 ini juga diselenggarakan di tujuh kota lainnya, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Denpasar dan Medan.
Secara umum, program German Cinema menyuguhkan 17 film yang telah mendapat pengakuan dan memenangi banyak penghargaan internasional seperti misalnya Im Labyrinth des Schweigens (Labyrinth of Lies) yang disutradarai oleh Giulio Ricciarelli, Das Salz der Erde (The Salt of the Earth) yang disutradarai oleh Wim Wenders dan Juliano Ribeiro Salgado, serta tak ketinggalan Fack Ju Göhte (Suck Me Shakespeer) dan film teranyar salah satu sutradara terpenting Jerman saat ini, Andreas Dresen, Als Wir Träumten (As We Were Dreaming).
Berikut jadwal pemutaran film:
Kamis, 17 September 2015
17.00 WITA Jack
19.00 WITA Auf Das Leben!
21.00 WITA Phoenix
Jumat, 18 September 2015
17.00 WITA Beltracchi – Die Kunst Der Falschung
19.00 WITA Im Labyrinth Des Schweigens
21.00 WITA Familienfieber
Sabtu, 19 September 2015
17.00 WITA Die Bohms – Architektur Einer Familie
19.00 WITA Hirngespinster
21.00 WITA Der Bunker
Sinopsis Film
JACK (Jerman, 2014, 102 menit, Sutradara: Edward Berger)
Jack menangani semua pekerjaan di rumahnya.Ia membangunkan adik laki-lakinya. Menyiapkan sarapan, berjalan kaki ke sekolah. Padahal ia baru berusia 10 tahun. Ibunya, Sanna, sebenarnya bermaksud baik. Tetapi lantaran masih muda, dan terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, jadi bersikap abai pada anak-anaknya. Ketika Sanna tak kunjung pulang, Jack dan adiknya pun berupaya mencarinya, melintasi kota – tanpa uang, tanpa makanan. Ketika mereka akhirnya bertemu Sanna, Jack mengambil keputusan yang tak terduga.
AUF DAS LEBEN! – Untuk Kehidupan! (Jerman, 2014, 91 menit, Sutradara: Uwe Janson)
Ruth, perempuan setengah baya berlidah tajam dengan pengalaman traumatis semasa kanak-kanak, bertemu Jonas, laki-laki muda putus harapan yang kehilangan tujuan hidupnya. Pertemuan yang kebetulan belaka itu berkembang menjadi hubungan istimewa bagi keduanya. Meskipun berbeda jauh dari segi usia dan perjalanan hidup, dan meskipun masing-masing telah tertimpa musibah berbeda, Ruth dan Jonas berkeinginan begitu kuat untuk saling membantu, sehingga mereka pun tidak segan-segan untuk mengambil tindakan yang luarbiasa.
Auf das Leben! adalah film arthouse yang dibuat dengan saksama, disempurnakan dengan porsi sarkasme yang terjaga, berikut diwarnai pula tradisi Yahudi. Namun tak menyebabkan kisahnya tergelincir menjadi sebuah film yang kekanak-kanakan.
PHOENIX (Jerman, 2014, 98 menit, Sutradara: Christian Petzold)
Juni 1945. Dalam keadaan terluka parah dan dengan wajah hancur, Nelly yang selamat dari kamp konsentrasi Auschwitz dibawa ke Berlin oleh Lene, rekan kerjanya di Jewish Agency dan temannya dari masa sebelum perang. Begitu pulih dari operasi wajah, Nelly mulai mencari suaminya, Johnny, tanpa menghiraukan peringatan Lene. Tetapi, Johnny sendiri meyakini bahwa istrinya telah tewas.
Ketika Nelly akhirnya berhasil menemukan Johnny, laki-laki itu tidak mengenalinya dan hanya melihat kemiripan yang sedikit mengusiknya. Ia ingin tahu apakah Johnny memang mencintainya, apakah Johnny mengkhianatinya. Nelly ingin meraih kembali hidupnya.
BELTRACCHI – DIE KUNST DER FÄLSCHUNG (Beltracchi – Seni Pemalsuan)
(Jerman, 2013, 98 menit, Sutradara: Arne Birkenstock)
Ia bertanggung jawab atas skandal pemalsuan karya seni terbesar di dunia pada masa pascaperang dunia kedua: Wolfgang Beltracchi telah memalsukan karya beragam seniman, dan bersama istrinya, Helene, menjual semuanya sebagai karya asli. Berbekal bakat, pengetahuan sejarah seni, dan keterampilan tangan, ia berhasil memperdaya pakar terkemuka, konsultan, kurator, pedagang karya seni, pemilik galeri, dan kolektor di seluruh dunia dengan karya-karya yang dipalsukannya itu.
Sebuah film mengenai pemalsu karya seni Wolfgang Beltracchi dan perjalanan hidupnya dari mobil karavan ke villa di Freiburg.
IM LABYRINTH DES SCHWEIGENS – Labirin Kebisuan
(Jerman, 2014, 123 menit, Sutradara: Giulo Ricciarelli)
Jerman pada 1958 berada pada masa rekonstruksi pascaperang sekaligus keajaiban ekonomi. Johann Radmann (Alexander Fehling) adalah seorang jaksa baru dan harus, seperti semua pendatang, mengurus hal-hal remeh seperti pelanggaran lalu lintas. Pada suatu hari wartawan Thomas Gnielka (André Szymanski) membuat keributan di gedung pengadilan.
Seorang teman Gnielkas mengenali seorang guru sebagai mantan penjaga Auschwitz. Namun, tak seorang pun ingin mengambil kasusnya. Pada tahun-tahun ini orang-orang berpura-pura belum pernah mendengar kata “Auschwitz”, sementara yang pernah mendengar cuma ingin melupakannya secepat mungkin. Hanya Jaksa Agung Dr. Fritz Bauer (Gert Voss) yang mendukung rasa ingin tahu Radmann.
FAMILIENFIEBER – Demam Keluarga
(Jerman, 2014, 78 menit, Sutradara: Nico Sommer)
Perkawinan Maja dan Uwe terasa hambar akibat rutinitas bertahun-tahun. Meskipun begitu, keduanya bersepakat untuk mempertahankan status mereka. Di lain pihak, putri mereka, Alina sedang mabuk kepayang. Ia telah memutuskan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan pacar baru, Nico.
Alina dan Nico pun mengatur sebuah pertemuan perkenalan untuk kedua orangtua mereka. Tetapi acara itu membawa kejutan besar bagi Maja. Ayah Nico ternyata kekasih gelapnya dalam beberapa bulan terakhir ini. Maja berusaha keras agar rahasianya tidak terbongkar.
DIE BÖHMS – ARCHITEKTUR EINER FAMILIE
(Böhm Bersaudara – Sebuah Keluarga Arsitek)
(Jerman / Swiss, 2014, 88 menit, Sutradara: Maurizius Staerkle-Drux)
Gottfried Böhm tergolong arsitek terkemuka Jerman.Pemenang Hadiah Pritzker itu belajar arsitektur dari ayahnya. Ketiga putranya, yaitu Stephan, Peter, dan Paul, mengikuti jejaknya dan menjadi arsitek. Gottfried kini telah berusia 94 tahun, namun setiap hari masih menangani proyek bangunan. Ketika Elisabeth – yang juga arsitek dan sekaligus istri, ibu, serta sumber inspirasi terpenting – meninggal dunia, keluarga itu kehilangan titik fokus emosional.
Gottfried Böhm pun mengawali perjalanan yang menyinggahi tahap-tahap dan bangunan-bangunan terpenting dalam hidupnya. Sebuah potret keluarga yang memukau mengenai kehidupan, kasih sayang, keyakinan, dan seni (bangunan) yang begitu kompleks dan tidak terpisahkan.
HIRNGESPINSTER – Dunia Khayalan (Jerman, 2014, 90 menit, Sutradara: Christian Bach)
Simon jatuh cinta kepada Verena yang cantik dan cerdas. Ketika ayahnya yang mengidap skizofrenia kumat lagi, Simon menghabiskan seluruh waktunya untuk ibu dan adik perempuannya, dan dengan demikian membahayakan hubungan asmaranya yang baru mulai bersemi. Setelah terperangkap dalam situasi yang nyaris fatal, Simon menyadari ia tidak mungkin mengubah hidup orang lain, melainkan hidupnya sendiri.
DER BUNKER – Kubu Pertahanan (Jerman, 2015, 85 menit, Sutradara: Nikias Chryssos)
Seorang mahasiswa menyewa kamar di rumah sebuah keluarga yang tinggal kawasan hutan. Ia sengaja memilih bungker bawah tanah yang tenang dan jauh dari keramaian itu agar dapat berkonsentrasi kepada tugas ilmiahnya. Keluarga tuan rumah menyambutnya dengan hangat, dan mula-mula semua baik-baik saja. Tetapi setelah beberapa waktu, mahasiswa itu semakin sering dimanfaatkan sebagai guru pribadi untuk Klaus, putra tuan rumah berusia delapan tahun yang sebelumnya selalu diajari oleh ayahnya.
Sementara sang mahasiswa semakin sedikit waktu untuk mengerjakan tugasnya sendiri, citra yang ditampilkan keluarga tuan rumah pun mulai retak. Hubungan keluarga yang tidak sehat terungkap, dan yang paling menderita karenanya adalah Klaus. Ia kewalahan menghadapi tuntutan kedua orang tuanya yang sangat berlebihan, dan tidak pernah punya waktu untuk bermain dan bersantai. Keadaan bertambah genting ketika sang mahasiswa memutuskan membantu Klaus melawan orang tuanya yang terlalu mengaturnya.
Festival Film Jerman di Bali 2015 – BaleBengong.id
[url=http://www.g6f77r1kj8ksqre1ts2343yc5358fv32s.org/]usmxihgmtyo[/url]
smxihgmtyo http://www.g6f77r1kj8ksqre1ts2343yc5358fv32s.org/
asmxihgmtyo