Dikirim Mercya Soesanto
Pemanasan global yang menjadi perhatian dunia, terlebih pada saat ini dengan tengah berlangsungnya United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali, mendapat perhatian besar dari pihak gereja katolik. Melalui surat gembala tahun 1989 disebutkan bahwa manusia hendaknya meninggalkan habitus lama (perilaku lama yang buruk) ke habitus baru (perilaku baru) yang penuh dengan buah-buah kasih yaitu damai, kejujuran, ketidakserakahan dan sejahtera.
Perilaku baru ini juga sangat tepat diterapkan tentang bagaimana manusia bisa mencintai alam dan lingkungannya. Perilaku-perilaku yang penuh damai dan kejujuran menjadi dasar perilaku manusia dalam wujud melestarikan semesta beserta isinya. Hal ini sejalan dengan pesan (alm) Paus Yohannes Paulus II pada perayaan Hari Perdamaian, 1 January 1990, dijelaskan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat diterima kalau merusak tatanan alam yang berkelanjutan.
Sebagai salah satu perwujudan pelaksanaan pesan-pesan tersebut diselenggarakanlah FESTIVAL BUDAYA RAMAH LINGKUNGAN bertema “ECOLOGICAL JUSTICE” atau Lingkungan Hidup yang Berkeadilan. Festival ini dimulai dari 7 – 9 Desember 2007 di pelataran Gereja St. Fransiskus Xaverius, Jl. Kartika Plaza 107 Kuta. Festival ini dikemas dalam bentuk pameran, berisi pameran pengolahan limbah mulai dari limbah sampah rumah tangga hingga pengolahan limbah menjadi biogas, kerajinan dari bahan ramah lingkungan sampai instalasi seni dengan tema edukasi lingkungan.
Program edukasi lingkungan juga ditampilkan dalam format talk show, sementara panggung festival akan dimeriahkan dengan beragaman kesenian budaya dari tanah nusantara disamping pergelaran wayang kontemporer. Disisi lain festival budaya ramah lingkungan ini juga memberikan ruang bagi anaka-anak melalui Festival Anak-anak selama penyelenggaraan berlangsung.
“ Kami menyelenggarakan festival ini sebagai salah satu bentuk on-going education kepada setiap orang yang mau terlibat didalamnya. Tentu saja upaya-upaya ini tidak akan berhenti sampai disini saja, harapan kami melalui aktivitas ini kita semakin disadarkan untuk mengembangkan habitus baru atau perilaku-perilaku baru untuk lebih mencintai semesta, alam, bumi dan isinya secara konkrit.
Hal terkecil yang bisa kita lakukan misalnya adalah dengan mengolah sampah sederhana, misal kita mulai dari rumah kita sendiri dan mengajarkannya kepada anak-anak kita, bagaimana memiliki kebiasaan membuang sampah di tempatnya. Kemudian menghidupkan budaya jalan kaki atau bersepeda. Meningkatkan minat baca dan mencari pengetahuan tentang pelestarian lingkungan. Semoga ini menjadi misi yang bisa dijalankan secara bijak demi bumi dan generasi mendatang,” kata Romo Administrator Yosef Wora, SVD mewakili panitia.
Festival Budaya Ramah Lingkungan, diselenggarakan mulai Jumat 7 Desember sampai Minggu 9 Desember 2007 dan terbuka untuk umum. Rangkaian program, makna dan isinya dapat menjadi refleksi bagi siapapun untuk melakukan perubahan perilaku baru atau habitus baru yaitu memiliki sikap dan pola hidup untuk lebih mencintai, merawat dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup selanjutnya.
Informasi selengkapnya silakan menghubungi :
Rm. Hubert Hadysetiawan, Pr
Pastor Paroki St. Fransiskus Xaverius Kuta
Phone : 750043
Emmy Purnomo
Sekretaris Panitia Festival Budaya Ramah Lingkungan
Phone : 0811 398 570 atau 742 8477
Shinta
Koordinator Acara Festival Budaya Ramah Lingkungan
Phone : 0812 380 6088 atau 743 8500
Semoga dengan adanya festival macam ini bisa meningkatkan kesadaran berbudaya ramah lingkungan.