Anak-anak pecinta alam SMA 2 Kuta membagi kelompok untuk membuat biopori.
Banyak orang telah mengenal sumur resapan. Tujuannya untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Tapi, biopori agak berbeda.
Biopori semacam resapan juga tapi bisa jadi tempat menyimpan sampah-sampah organik.
Oktober lalu, dari 20 lubang biopori baru beberapa dibuat. Hal ini karena terkendala lahan SMA 2 Kuta Selatan dahulunya adalah lahan urugan. Iisnya batu kapur yang kemudian dilapisi tanah.
“Tapi, kami akan mengusahakan dengan menggunakan linggis agar lubang biopori bisa berjumlah 20 lubang,” kata Pembina Siswa Pecinta Alam (Sispala) SMA 2 Kuta Bapak Sutarma.
Beberapa sekolah telah membuat biopori antara lain dari SMK Pandawa yang rencananya membuat 50 lubang. Namun, di lingkungan sekolahnya baru terlaksana 20 lubang. SMA 1 Abiansemal juga melakukan hal sama.
Sekitar 500 anak Sispala di SMA 1 Abiansemal membuat beberapa biopori di lahan sekolahnya. I Wayan Sagi menambahkan bahwa pembuatan biopori dimaksudkan agar sampah organik bisa ditimbun pada lubang biopori. Nantinya akan menghidupi fauna tanah.
Sagi Pembina Sispala bercerita kerap melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, dengan melakukan gerakan penanaman pohon, pembersihan lingkungan, menabung sampah. Sispala telah terbiasa melakukan hal seperti ini tambahnya.
“Sispala di SMA 1 Abiansemal memang banyak, mungkin terbanyak,” ungkap Putu Adi Gunawan siswa 12 IPS 1.
Adi membuat satu lubang biopori di halaman tengah sekolah. Tubuhnya berkeringat. Sambil membuat lubang tanah sedalam 1 meter, Adi mengungkapkan, “Kalau saya yang membuat biopori tentunya ketika saya jadi alumni pasti bisa melihat hasilnya.”
Menurut Catur Yudha Hariani Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Bali (PPLH Bali), kegiatan penyelamatan lingkungan dengan biopori juga sudah dilakukan oleh Dinas Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi dan BLH Kabupaten.
“PPLH Bali juga memiliki fasilitator andal untuk pembuatan biopori,” katanya.
Tak habis sampai di situ, pada kantor kantor lain juga telah dibuat lubang biopori. Yayasan Alam Indonesia Lestari (LINI) misalnya, dua lubang dibuat di markas LINI untuk mengantisipasi genangan air ketika hujan. Lima lubang lagi kita buat di Desa Les dan semoga bisa di desa desa lainnya. “Fungsinya bukan hanya itu saja,” ujar Putu Pariata menjelaskan kepada staf hotel Oasis di Kecamatan Tejakula, Bali Utara.
Biopori juga berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sampah yang ditimbun juga bisa dipanen untuk dijadikan pupuk organik. Setelah sampahnya penuh bisa langsung ditanami pohon sehingga lubang bioporinya bisa berpindah ke tempat lain.
Oktober lalu Yayasan LINI bekerja sama dengan pihak sekolah dan Oasis memperkenalkan biopori seta perawatannya. Program ini diadopsi dari program PPLH Bali yang sedang bekerja sama dengan Sekolah Sahabat Mata Air (SSMA) yang programnya ada di beberapa provinsi lainnya.
Sedikitnya beberapa sekolah di Denpasar dan Badung bekerja sama dengan membuat biopori bersama. Alangkah egoisnya jika kita memerlukan air tanah namun setiap lahan ditutupi semen. Dengan membuat biopori setidaknya kita telah menabung air tanah untuk kelak dimanfaatkan. [b]