Walau saya bukan selebtwit, follower saya juga tidak banyak, tiap hari di lini masa saya akan ada retweet tentang permohonan darah dari berbagai pelosok Indonesia.
Saya bukan aktivis Blood for Life Indonesia seperti sahabat saya Valencia Mieke Randa yangjuga penggagasnya. Saya hanya perpanjangan tangan. Yang tahu, walau tak bisa donor darah setiap saat minimal saya bisa menggugah orang lain untuk donor darah. Bahkan satu kesempatan, saya telpon sana sini sampai seorang teman akhirnya berangkat ke rumah sakit Sanglah untuk mendonorkan darah bagi yang memerlukan saat itu.
Mengapa saya tertarik untuk terus mengampanyekan donor darah? Alasan sebenarnya sangat pribadi. Ibu saya perdarahan usai melahirkan saya. Beliau sampai perlu empat orang mendonor agar bisa melanjutkan hidup dan melihat anaknya dewasa. Sebagai balas budi, hingga usia hampir 70 thn beliau telah 41 kali mendonorkan darah, baik di Jakarta maupun Bali.
Keinginan beliau untuk terus mendonor sebenarnya masih ada. Sayangnya dokter dan dari sisi kesehatan sudah tidak diperkenankan.
Kebiasaan mendonorkan darah turun ke anak-anaknya. Bila tidak sedang sakit atau menstruasi, pasti saya akan mengambil kesempatan untuk donor darah. Hingga saat ini total sudah 11 kali.
Kali ke-11 saya donor, saya menyempatkan diri ngobrol dengan salah seorang petugas yang sayang sekali lupa saya tanyakan namanya. Salah satunya tentang jumlah darah yang diambil. Umumnya pendonor biasa mendonorkan darahnya sebanyak 350 cc. Menurutnya, darah ini berguna untuk orang yang mengalami perdarahan karena kecelakaan atau perdarahan saat melahirkan maupun untuk cuci darah.
Masalahnya, yang diperlukan masing-masing kasus itu biasanya lebih dari 3 kantong. Berarti selain saya, perlu ada 2 orang lagi untuk mendonor baru bisa menolong orang lain yang membutuhkan.
Kantung 450 cc agak jarang digunakan, karena biasa hanya untuk donor trombosit untuk penderita demam berdarah maupun penderita kanker yang khusus memerlukan trombosit. Wah, bisa dibayangkan bila sedang berjangkit demam berdarah, berapa banyak donor darah yang diperlukan untuk mereka yang sudah mengalami perdarahan.
Perbincangan kami tak terhenti sampai di situ. Saat saya bertanya apakah proses transfusi langsung dari pendonor ke pasien hanya ada di film-film saja. Beliau menjawab, berdasarkan informasi yang dimiliki, satu-satunya di Indonesia hanya ada di RS Kanker Dharmais karena peralatan tersebut sangat mahal.
Bagaimana tidak mahal? Biasanya darah yang kita donorkan akan melalui proses ‘screening’ untuk mengetahui adakah penyakit menular seperti hepatitis virus B & C, Human Immunodeficiency Viruses (HIV) 1 dan 2, human T-lymphotropic viruses (HTLV) I dan II, syphilis, (West Nile Virus dan T.cruzi infection – di negara-negara Barat). semua itu dilakukan di laboratorium terpisah, untuk kemudian diinfokan kepada pendonor. Hitung-hitung seperti cek up gratis bagi pendonor.
Padahal proses screening ini memerlukan biaya tidak sedikit. Biaya ini kemudian dibebankan kepada yang memerlukan transfusi untuk membayar sejumlah biaya tertentu. Sementara dalam film-film, darah langsung discreening kesehatannya dan dipisahkan komponen apa yang diperlukan oleh yang membutuhkan.
Apa saja sih sebenarnya komponen dalam darah? Berikut saya rangkum dari berbagai sumber.
Ada yang namanya sel darah merah, sel darah putih, platelets yang diproduksi sum-sum tulang. Semuanya berguna untuk melawan infeksi, membawa oksigen ke seluruh tubuh dan mengontrol perdarahan. Sementara plasma darah bertugas membawa sel darah, zat makanan, ensim dan hormon.
Ternyata menurut www.bloodcenters.org ada prioritas komponen darah yang didonorkan sesuai dengan golongan darah pendonor. Berikut komponen darah masing-masing golongan, yang akan dimanfaatkan sesuai urutannya. Bila bergolongan darah A dan B : platelets, double red cell, whole blood. Bergolongan darah AB : plasma, platelets dan whole blood. Sementara bergolongan darah O : doble red cell, whole blood dan platelets.
Untuk memahami informasi ini, ada baiknya kita menanyakan kembali kepada tenaga medis atau PMI setempat.
Kita tidak pernah tahu kapan kita menjadi pendonor atau malah yang didonor; karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Siapa bisa menduga kalau suatu saat kita mengalamai kasus darurat seperti kecelakaan dan luka bakar parah, atau suatu saat terjangkit demam berdarah. Siapa juga yang bisa menduga kalau suatu saat kita mungkin menderita penyakit, seperti kanker, cuci darah untuk ginjal, transplantasi organ maupun sumsum, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit darah seperi anemia dan hemofili.
Masih banyaknya mitos, bahwa dengan melakukan donor darah kita akan terinfeksi suatu penyakit karena ketidaksterilan jarum suntik donor darah, atau tubuh akan bertambah berat badan, mudah-mudahan tidak menyurutkan keinginan setiap orang untuk donor darah. Tak perlu menunggu diri sendiri atau keluarga membutuhkan transfusi darah dulu, baru kita mau mendonor kan?
Donor darah bukan sekadar aksi sosial. Donor darah adalah “kewajiban” kita sebagai makhluk Tuhan yang tak bisa hidup tanpa adanya orang lain. Mungkin kita tidak punya apa-apa untuk berkontribusi pada dunia. Tapi kita punya darah, yang nyatanya alami dimiliki tubuh kita; yang tanpa kita sadari bisa memperpanjang usia orang lain, siapapun dia. [b]
Pertama kali saya ikut donor sekitar Tahun 1995, kelas 3 SMA. saat itu hanya karena berbadan besar masa sih gag mau donor ? ha… saya coba dan selesai.
Masuk masa kuliah di Arsitektur, praktis saya jarang punya darah yang layak untuk didonorkan lantaran banyakan begadangnya.
Baru mulai tergerak kembali ketika BOMB Bali I terjadi. Setelah itu sayapun secara rutin melakukannya, termasuk ikut pula saat BOMB Bali II.
Alasannya sederhana, karena selama ini saya blom pernah membantu orang lain secara nyata, dan jika itu hanya sekantong darah per 3 bulan, kenapa tidak ? dan lagi pula, pria itu tidak seperti wanita yang setiap bulan terjadi pembaharuan darah ditubuhnya. jadi ya itung”memperbaharui darah setiap 3 bulan deh :p
Hingga kini, tercatat sudah 35 kali saya melakukan donor darah melalui PMI Sanglah. dan itu saya yakin akan terus berlanjut sampai seberapa jauh kemampuan yang diijinkan oleh-NYA. btw, 12 Februari 2012 depan merupakan jadwal saya melakukan Donor darah loh… 🙂