Ledok berarti mencampur atau mengaduk. Campuran ini menghasilkan cita rasa khas yang sulit untuk dilupakan.
Ledok merupakan salah satu makanan khas warga Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Ledok biasanya dibuat pada saat musim hujan ketika para warga Nusa Penida memiliki sayuran di perkebunan. Biasanya masyarakat membuat Ledok dengan sayuran seadanya yang mereka tanam sendiri.
Ledok terbuat dari bahan dasar tla’han, jagung yang ditumbuk lalu dipisahkan antara bagian yang kasar dengan bagian yang halus. Bahan ini dicampur dengan bermacam jenis bahan makanan dan bumbu penyedap untuk menambah cita rasanya. Bahan campuran berupa sayuran, seperti ketela pohon, kacang lindung (kacang muda yang dipotong menjadi 2 atau 3 bagian), jagung seset (jagung muda yang diiris bijinya menjadi bagian terkecil), kacang merah, bayam, daun kelor dan sayuran lainnya yang gampang ditemukan di perkebunan warga Nusa Penida.
Untuk menambah cita rasa, ledok dicampur dengan adonan bumbu khusus yang sederhana.
Tla’han direbus sampai matang, sambil menunggu bahan lainnya dipersiapkan dan dibersihkan. Setelah tla’han matang, bahan lainnya dicampur dan diaduk sampai rata dengan menggunakan siot (sendok kayu yang kuat) sampai mencapai tingkat kekentalan tertentu yang diinginkan. Selanjutnya ditambahkan bubur jagung yang telah dipisahkan tadi dengan bagian yang kasar.
Untuk menjaga kestabilan suhu nyala api diperkecil.
Selanjutnya bumbu yang sudah disiapkan dicampur sampai merata. Dalam penyajian, untuk meningkatkan selera penikmat ledok ditambahkan sisitan ikan laut atau sisitan ayam goreng dengan cara menaburkan di atasnya sehingga memiliki kandungan gizi yang lengkap.
Pembuatan ledok ini termasuk susah. Hanya orang tertentu yang bisa seperti dikatakan Ni Made Aris, 40 tahun. Dia mengatakan, “Ngae ledok apang bise nyangke api kinang puhon.” Artinya, membuat ledok butuh kemampuan untuk memprediksi suhu kepanasan api agar tidah gosong.
Begitulah salah satu kendala dalam pembuatan Ledok.
Ni Made Aris Juga mengatakan Ledok yang dibuat untuk dijual dengan ledok dikonsumsi sehari-hari pada umumnya berbeda dari rasa, bahan yang digunakan sehingga mempengaruhi tekstur tampilannya. Untuk menikmati ledok Nusa Penida dapat dijumpai di Pasar Mentigi dengan harga Rp 5.000 per porsi.
“Cepok kole maan meli Ledok di Peken Mentigi, jani bin mekite meli, yen kole lewat kemu mani lakar meli bin,” tutur I Ketut Suarme M, 37 tahun, saat ditanya tentang rasa ledok. Dia bilang pernah sekali membeli ledok di Pasar Mentigi, sekarang ada keinginan untuk membeli lagi, kalau nanti saya lewat kesana saya pasti membeli ledok lagi.
Cita rasa yang tercampur menjadi satu seolah-olah memberikan sensasi tersendiri di lidah para penikmat ledok. [b]
Foto dari blog Budi Nusa.
sayangnya pas di nusa penida belum sempat coba menu ini. tapi, tipat jukutaku juga keren. ntar deh aku tulis. 🙂
Ledok kandungan gizinya lengkap pak Anton, menunyapun flexible tergantung pembuatnya. nah itu yang bikin Ledok beda dengan makanan khas yang lain. Suksme pak #Anton_Muhajir.