Pada Maret 2020 lalu, saya berbincang dengan Camat Nusa Penida I Komang Widyasa Putra. Pria muda kelahiran 1981 ini belum satu tahun menjabat sebagai Camat di kecamatan yang sedang naik daun karena pariwisatanya itu. Sebelumnya ia mengelola PD Pasar di Klungkung sehingga familiar dengan kebutuhan sehari-hari warga. Lulusan STPDN ini berbincang tentang tantangan dan masa depan Nusa Penida.
Program pembangunan apa yang sedang digalakkan di Nusa Penida?
Saya kira ini satu-satunya di Indonesia, bapak Bupati Klungkung mengeluarkan kebijakan satu desa satu TK Negeri. Pendidikan jadi perhatian pemerintah. Tak dibebani lah, walau dibangun bertahap tiap desa. Perhatian pemerintah bisa langsung.
Kesehatan cukup menonjol?
Ada Universal Health Coveragae, walau PAD kecil tapi sudah merangkak naik. Dari Rp 62 milyar jadi Rp 200an milyar. Memberikan Jaminan Kesehatan seluruh warganya. Di Bali baru 2, Badung dan Klungkung. Badung kan ya udah, kaya. Klungkung kan terbatas.
Bagaimana dengan kebijakan pariwisata Nusa Penida?
Peningkatan PAD di atas 100% dari pariwisata Nusa Penida. Dari PHR dan retribusi. Mulai Juni 2019, ada retribusi masuk kawasan. Nusa Penida kan kawasan wisata, sasarannya wisata asing yang melancong dikenakan retribusi Rp25 ribu per orang. Kira-kira itu mahal atau murah? Murah sekali karena untuk semua kawasannya, dengan Rp 25 ribu, begitu turun dikenakan retribusi.
Tingkat kerawanan retribusi cukup besar. Pelabuhan segi tiga emas, tahun ini bantuan pusat dua pelabuhannya dapat di Sampalan dan Nusa Ceningan. Tahun ini sudah dikerjakan. Segi tiga emas dari Pesinggahan, Sampalan, dan Bias Munjul-Ceningan. Kalau semua terbangun, semua boat nyandar di sana, jadi retribusi terpusat, lebih terkontrol, meminimalisair kebocoran.
Pelabuhan lain nanti tak diperbolehkan?
Nanti kalau sudah dibangun. Idealnya 2 di Nusa Penida, kan cukup luas. Kemungkinan di Ped. Kalau sudah terbangun segi tiga emas, pungutan lebih besar. Bulan pertama pengenaan retribusi di atas Rp 1,5 milyar. Dari satu retribusi kawasan saja. Perencanaan semua objek termasuk Klungkung sudah selesai dikerjakan. Pada 2021 ditargetkan penataan objek pariwisata, kalau sudah ditata yang dipungut bukan per kawasan lagi tapi per objek.
Berapa objek di Nusa Penida? Ada sedikitnya 10. Bukan per kawasan lagi nanti tapi per objek. Misalnya jika awalnya 25 ribu, kalau sudah mengunjungi 5 tempat kan Rp 125 ribu.
Target kunjungan?
Nanti tanya di Dispar ya.
Masa depan Nusa Penida 5-10 ke depan bagaimana?
Mungkin sudah maju pariwisata Nusa Penida. Kalau selesai direncanakan, 2021 berfungsi objeknya, 2022 retribusi objek kan berdmpak PAD Klungkung, berlipat dari pariwisata. Membangun bisa lebih masif.
Bupati sudah memperjuangkan masuk Kawasan Pembangunan Pedesaan Nasional sudah masuk RPJMN Nasional. Kementrian lain bisa gampang menyalurkan PUPR, air, dan lainnya. Selama ini Nusa Penida banyak sekali labelnya, KSPN, KKP, Pulau Terluar. Tapi masih minim perhatian pemerintah pusat. Bupati melobi pusat bisa masuk KPPN.
Adakah ada analisis tata ruang atau perhitungan daya tampung, kemampuan Nusa Penida?
Saya belum mengetahui, belum tahu. Menurut saya Nua Penida lebih ke penataan, 2/3 wilayah Klungkung di Nusa Penida. Artinya kalau penataan, perencanaan ibukota kecamatan sudah dirancang, jalan lingkar sudah dirancang. Pusat pertumbuhan ekonomi baru. Priorotas terus pembangunan secara bertahap.
Kebijakan pertanian bagaimana?
Pariwisata positifnya, yang berkecimpung merasakan. Kalau masyarakat tak sadar, kasat mata pertanian sudah ditinggalkan. Semua sudah beralih ke pariwisata. Bupati juga mengingatkan masyarakatnya tetap mempertahankan yang jadi ciri khas. Kita punya ikon sapi bali, dulu waktu masih jaya punya rumput laut, sayuran makin tersisih. Rumut laut sempat punah, dikira imbas pariwisata, bupati buat pengkajian tak sepenuhnya oleh pariwisata. Beberapa bulan ini malah mulai dikembangkan dengan orientasi penghasilan masyarakat, kalau dikemas bisa jadi atraksi pariwisata. Termasuk sapi, tetap ya nanam singkong. Pariwisata ini kan sensitif, dengan mewabahnya virus Corona bagaimana mengukur pariwisata Nusa Penida, pangsa pasar yang meramaikan kan turis Cina. Jadi lesu sekarang.
Di tengah perkembangan pariwisata hal yang harus dilakukan mengubah mindset, apa yang dibutuhkan pariwisata? Pertama keamanan wilayah. Sebagus apapun, seindah apapun kalau keamanan tak terjamin jangan harap wisatawan datang. Keamanan secara lingkungan, salah sosial, narkoba, dan lainnya jadi ancaman.
Lebih penting kebersihan. Ini PR global termasuk Nusa Penida. Secara kasat mata banyak dikunjungi, tak semata full berwisata, ada juga yang lingkungan. Di balik semua keindahan objek, lingkungan belum didukung, masih banyak sampah. Kepeduliaan masyarakat juga masih rendah.
Upayanya apa? Pengelolaan sampah seperti apa?
Pemkab Klungkung kan sudah punya program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat). Sudah dilakukan dan sekarang dituntut tiap desa melakukan program TOSS. Nusa Penida belum. Di samping itu ada Bang Daus, lubang daur ulang sampah. Teknisnya, saat saya safari kecamatan desa, tiap kesempatan tiap rumah bisa menerapkan Bang Daus ini, buat lubang yang dibuang sampah organik. Anorganik bisa dipilah. Akan meminimalisir sampah rumah tangga keluar, kalau keluar sudah terpilah. Organik sudah dibuang, sistemnya disiram air, dan bisa jadi kompos. Kalau diterapkan, kami bisa mencontohkan, dalam dekat akan buat.
Anorganik dibawa keluar?
Sementara dibuang di TPA. Tak boleh dibakar. Memilah sampah itu tadi.
Tapi masih ada kan yang dibakar?
Tapi sudah jarang.
TOSS buat pelet dan plastik bagaimana?
Lebih jelas ke DKP ya.
Lembongan bagaimana?
Lembongan kecil, sampah belum ada pengolahan, masyarakat dengan kondisi itu.
Adakah investor mengolah anorganiknya?
Mungkin pak bupati ya, sudah dikenalkan (investor). Terutama yang mengambil plastik.
Bali Selatan pernah menghitung kapasitas dan berapa kebutuhan kamar, Nusa Penida bagaimana?
Saya sendiri belum tahu. Mungkin cek ke pariwisata. Kalau daya tampung, Nusa masih luas. Contoh sekarang kalau semua membangun hotel, restoran, akhirnya kunjungan konstan atau meningkat tapi kamar makin banyak jadi kecil kelihatannya. Persaingan makin ketat. Mereka yang mungkin usahanya bagus mungkin sedikit kelimpungan
Kalau kita tahu okupansinya, izin kan bisa dikendalikan?
Mungkin cek PHRI ya. Kalau punya modal, sedikit melihat peluang lain. Selain perlu akomodasi, masuk restoran. Kebutuhan apa di balik itu? Sayur, buah.
Berapa dipasok dari luar? Apa yang bisa dipasok dari Nusa?
Lebih dari 90%. Sedikit sekali dari sini. Peluang besar. Nusa Penida ada potensi, semua ciri khas, pisang citarasa beda. Belum ada yang melihat peluang. Mungkin yang sedang tren, pengembangan sayur hidroponik. Kalau masyarakat tak sadar, padahal lahannya berpotensi. Bupati berpesan, tetap bertani, beternak, sapi, kalau situasi terpuruk begini kan.
Dukungan pertanian ada, anggaran adakah?
Dinas terkait ya, biar saya tak salah. Belum ada investor bidang pertanian setahu saya.
Admin Yth. ,
Saya pingin sekali diskusi lewat telp. Dengan Pak Camat, mengenai prod air bersih/ air minum untuk Nusa Penida.
Jika kami bisa dapat no. Beliau, saya bisa contact pak Camat untuk bincang bincamg mengenai air minum di Pulau.
Atas bantuan Admin kami ucapkan terima kasih. Bisa juga beliau WA ke saya "Sopa" +628123 624 1234 Tolong Nama pak Camat agar saya bisa call beliau. Saya sangat menghargai bantuan Saudara di Kantor Camat.
Salam hormat kami,
Sopa
Direktur GGI Ltd.
halo pak, silakan klik page kecamatan nusa penida, ada no hp di profilnya https://www.facebook.com/Kecamatan-Nusa-Penida-402705407037811