• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Berbagi Jotan saat Galungan

Anton Muhajir by Anton Muhajir
20 August 2008
in Kabar Baru, Kuliner, Opini
0 0
1

galungan.png

Sekitar pukul 7 pagi ini. Saya beserta anak dan istri masih lagi asik main di dapur untuk bikin sarapan. Gede Santika, tetangga kami, sudah mengetuk pintu gerbang rumah. Saya beranjak keluar membuka pintu. Menemuinya.

Gede, murid kelas II SMP yang hampir tiap hari main di ruangan depan rumah kami seperti sebagian besar anak di gang kami, sudah berpakaian adat madya. Berbaju safari dengan bawahan kamen (sarung) dan udeng di kepala. Dia membawa jotan untuk kami.

Jotan adalah semacam pemberian untuk orang lain. Biasanya diberikan saat si pemberi sedang punya upacara adat di rumah atau pura. Isi jotan berupa makanan yang dipakai untuk sajen saat upacara. Namun, kadang-kadang isi jotan juga memang khusus disiapkan untuk dihadiahkan, bukan sisa sembahyang.

Tradisi memberi jotan, disebut ngejot, dilakukan antar-tetangga atau antar-keluarga. Di jalan Subak Dalem gang V, Denpasar Utara di mana saya tinggal, saya mendapat jotan ini dari banyak tetangga yang merayakan Galungan.

Maka, sejak kemarin petang, para tetangga lain juga ngejot ke rumah saya. Bu Wayan, Dadong Devita, Bu Rizki, Bu Devi, dan banyak lagi. Hampir semua tetangga saya yang merayakan Galungan berbagi jotan ke rumah saya.

Tentu saja saya senang mendapat jotan. Sebab saya bisa makan-makan isinya. 😀 Apel, pisang, salak, roti, rengginang, jaja uli, lepet, krupuk mlinjo, dodol, dan buanyak lagi isi jotan ini lebih dari cukup untuk kami makan.

Di luar urusan perut kenyang, jotan bagi saya adalah simbol toleransi. Keluarga saya yang muslim, meski tidak taat-taat amat, bisa ikut merayakan Galungan dalam bentuk berbeda. Sebaliknya, ketika Lebaran misalnya, kami juga berbagi jotan untuk tetangga kami yang tidak merayakan Lebaran. Jotan dari kami biasanya berisi nasi dan lauk pauk. Mirip berkat kalau di Lamongan, Jawa Timur tempat di mana saya lahir dan besar sebelum tinggal di Bali.

Nah, pas Natal, saya dan tetangga juga mendapat jotan dari Pak Anton, tetangga kami yang merayakan Natal. Inilah bentuk toleransi di antara kami dalam merayakan hari raya agama masing-masing. Kami saling berbagi..

Yap, berbagi. Karena itu, ngejot juga bisa jadi waktu yang tepat untuk mengenal dan berbagi satu sama lain. Tidak peduli status sosial, ekonomi, maupun agama. Tidak setiap hari kami bisa berbagi. Maka, ketika kami merayakan hari raya agama masing-masing, jadilah hari raya itu waktu tepat untuk berbagi.

Selamat Galungan dan Kuningan untuk yang merayakan. Senang dan bangga bisa menjadi bagian dari keragaman ini.. [b]

Desain ucapan dari blog I Made Andi Arsana.

Tags: BaliToleransi
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

3 November 2025
Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

18 October 2025
Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

15 October 2025

Ancaman Kesehatan Pasca Banjir di Bali

8 October 2025
Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

20 September 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Next Post

Jalur Bali Jawa bagaikan Neraka

Comments 1

  1. Wibisono Sastrodiwiryo says:
    17 years ago

    Waduh saya jadi teringat Ibu waktu membuat jotan Idul Fitri. Kalo Galungan selain ngincer jotan saya juga suka ngincer lungsuan. Nikmat sekali. I miss that moment so bad.

    Saya suka logo ucapan Galungan karya Bli Andi 🙂

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia