Setelah treking sekitar 2,5 jam, kami harus memasak bersama.
Sebagian besar bahan masakan tersebut kami peroleh selama perjalanan treking sebelumnya. Jalur treking tersebut memang melewati kebun kopi, cabai, tomat, nanas, jagung, dan bahan memasak lainnya.
Jalur ini berada di Desa Landih, Kecamatan Kintamani, Bangli, salah satu kawasan terdingin di Bali selain kawasan Bedugul, Tabanan. Berada di ketinggian, lokasi ini juga menawarkan tantangan tersendiri bagi penikmat treking dengan lansekap naik turun.
Karena itu, dia pas sebagai tempat untuk melatih kekompakan dan kebersamaan. Saya dan sekitar 23 staf lain VECO Indonesia, tempat saya bekerja paruh waktu, mengikuti kegiatan kantor Kamis-Jumat lalu. Selain untuk rapat tahunan kantor, kegiatan ini juga sekaligus team building.
Salah satu cara membangun kekompakan tim memang dengan cara satu tim dengan tim lain. Itulah strategi panitia kepada kami. Kami dibagi tiga di mana masing-masing tim mendapat tantangan berbeda.
Tantangan pertama adalah menemukan peralatan perjalanan kami yang dimasukkan tas. Kami harus mencari tas ini di antara rimbun pohon kopi kintamani. Karena kebunnya sekitar 100 are, maka tantangan ini lumayan susah juga. Kami perlu waktu sekitar 30 menit untuk bisa menemukan tas ini.
Di dalamnya ada soal yang harus kami jawab bersama. Karena kegiatan ini team building kantor, maka pertanyaannya pun seputar program dan kantor. Seru juga sih. Ternyata ada juga beberapa hal yang saya malah baru tahu.
Usai menemukan tas dan menjawab 10 pertanyaan soal itu, kami kembali menelusuri kebun-kebun di sekitar Landih Ashram, tempat kami menginap di Desa Kandih ini. Tapi, tak hanya menyusuri jalan setapak, selama perjalanan juga kami harus menjawab tantangan kedua, mencari bahan masakan.
Jenis masakan ini sudah dibagikan menjelang kami berangkat dari penginapan pada pukul 07.30 Wita. Tiap tim memasak menu berbeda. Tim kami memasak antara lain sayur labu siam, perkedel jagung, telur sambal, dan nanas sebagai penutup. Dan, kami harus mencari bahan-bahan ini sendiri.
Maka, sepanjang jalan itu kami harus mencari semua bahan tersebut. Cabai, tomat, jagung, labu siam, dan semua bahan itu harus kami cari sendiri. Untungnya sih cari bahannya di kebun milik pengelola penginapan, bukan kebun orang lain. 🙂
45 Derajat
Agar usaha pencarian bumbu ini berhasil, maka seluruh anggota tim harus bekerja sama.
Kerja sama ini pun harus dilakukan selama perjalanan treking. Kami tak hanya melewati jalan berkelok relatif datar di antara rindangnya pepohonan tapi juga menuruni tebing dan menaiki bukit di sekitar penginapan.
Bagian naik turun tebing ini, menurut saya, jadi perjalanan paling menantang. Sebab, tebing yang harus dituruni ini lumayan curam. Kemiringannya sampai sekitar 45 derajat dengan jalan setapak berkelok-kelok.
Begitu sampai turun, di dasar tebing, kami masih harus menyusuri kebun singkong, hutan jati, dan bagian akhir, NAIK TEBING!
Panitia tega benar. Setelah perjalanan melelahkan menuruni tebing yang curam itu, ternyata sekarang kami harus menaiki tebing yang tadi kami turuni meski jalannya berbeda. Dengan tenaga tersisa, kami harus melewati jalan ini selama sekitar 30 menit.
Tapi, begitu sampai di atas, puasnya memang tak terkatakan. Senang bisa melewati sekitar 2,5 jam perjalanan tersebut.
Rebutan
Perjalanan sudah selesai. Tapi, kegiatan belum usai. Tantangan selanjutnya adalah memasak dalam tim sesuai daftar yang sudah dibagikan.
Menurut saya, ini bagian paling seru. Sebab, kami benar-benar harus bekerja dalam tim agar bisa menyelesaikan masakan dalam waktu terbatas, sekitar 1,5 jam. Padahal sarana yang tersedia juga terbatas.
Panitia menyediakan kompor tungku. Kami harus memasak dengan kayu. Bahan-bahan yang tak bisa kami dapatkan, misalnya telur, minyak goreng, dan garam, memang disediakan, tapi terbatas.
Kami juga harus membagi peran antar-anggota tim agar bisa menyelesaikan tantangan masak ini. Empat laki-laki bekerja bersama dua perempuan untuk memasak ini. Ada teman spesialis menyalakan dan menjaga api. Ada spesialis nyuci peralatan. Ada juga spesialis ngulek bumbu. Seru.
Dengan kerja sama, masakan pun siap sebelum waktunya. Padahal dua tim lain masih sibuk memasak. Salah satu masakan favorit kami adalah perkedel jagung. Tak hanya kami, anggota tim lain juga sepertinya pada ngiler. Buktinya bergantian mereka datang ke tempat kami dan rebutan perkedel. Hehe..
Saat jam makan siang tiba, semua masakan pun siap sedia. Juri independen dari juru masak di tempat penginapan menilai seluruh masakan. Dan, ternyata justru kelompok underdog, campuran dua bule Belanda, tiga orang Flores, dan satu orang Jawa, yang malah menang. Tak kami sangka.
Tapi, tak masalah. Ini bukan kegiatan mencari kalah menang. Hal terpenting kami semua bisa menikmati kebersamaan setelah melewati seluruh tantangan. Dan, itu amat menyenangkan.. [b]