Mari menuju Pupuan untuk menikmati rimbun kebun dari balik tenda atau bahkan vila.
Di dunia jalan-jalan (traveling) sedang ada tren kemah manja yang lebih akrab disebut glamour camping (glamping). Kegiatan ini berupa kemah tetapi semua peralatan sudah disediakan pengelola lokasi glamping ini, seperti tenda, matras, sampai wifi.
Hal sama juag terjadi di Bali. Beberapa lokasi glamping ini terus bermunculan, seperti di Ubud, Gianyar; Bukit Asah, Karangasem; atau Kintamani, Bangli. Salah satu tempat baru itu adalah Bali Jungle Camping di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Bali. Lokasinya berada di daerah sejuk di tengah perkebunan hutan (agroforestri) yang asri dan sejuk.
Desa Padangan berjarak sekitar 65 km dari Denpasar. Lama perjalanan antara 1,5 jam sampai 2 jam dengan kendaraan pribadi. Rute perjalanan dari Denpasar ke arah Negara menyusuri jalan utama Jawa – Bali. Setelah Desa Bajra, mengambil arah ke Singaraja melalui Pupuan.
Perjalanan menyusuri jalan raya Pupuan – Singaraja bisa menjadi bagian menyenangkan dari perjalanan menuju Padangan. Jalanan memang relatif berkelok-kelok dan menanjak di beberapa titik, tetapi menyajikan pemandangan alam yang menawan. Sawah berundak khas Bali berada di kanan kiri jalan, berselang-seling dengan kebun kakao, sungai dengan air jernih, bahkan pedagang durian sepanjang jalan jika lewat pada Februari – April ini.
Lokasi Bali Jungle Camping berjarak sekitar 3 km dari jalan utama Pupuan – Singaraja. Akses jalan aspal besar dan mulus memudahkan jika membawa mobil, apalagi sepeda motor. Setelah itu, jalan menuju lokasi perkemahan berupa gang selebar kira-kira 2 meter sebelum kemudian tiba di kebun lokasi Bali Jungle Camping.
Penunjuk lokasi ke tempat kemah manja ini adalah papan nama Bali Jungle Camping di tepi jalan. Jika tersesat, pertanyaan untuk warga setempat adalah, “Di mana lokasi vila Padangan?” Sebab, belum banyak warga setempat yag tahu bahwa di lokasi tersebut ada tempat kemah manja. Warga lebih mengenalnya sebagai vila.
Bali Jungle Camping memang relatif baru. Menurut pemiliknya, Ni Ketut Sulamin, pada awalnya dia dan suaminya hanya membuat vila pribadi di kampung. Sulamin berasal dari Padangan sementara suaminya bekerja di sebuah hotel di Nusa Dua, Badung. Pasangan ini tinggal di Denpasar dan sesekali pulang kampung ke Padangan.
Sejak dua tahun lalu, mereka membangun vila di tengah kebun kopi. Lansekap kebun itu termasuk curam dengan sungai kecil di bagian bawah. Dari semula hanya satu vila dengan satu kamar, mereka lalu membangun vila lain.
“Karena setelah kami mikir-mikir, biaya perawatan satu vila dengan dua vila sama saja. Kenapa tidak sekalian saja bikin lagi untuk disewakan?” kata Sulamin pada Februari lalu.
Dari hanya dua, saat ini vila di Bali Jungle Camping menjadi empat unit dengan bentuk bangunan ala rumah joglo Jawa. Mereka memang membelinya dari Yogyakarta.
Sejak tahun lalu, mereka menambah fasilitas lain, tempat kemah. Saat ini ada sembilan tenda terletak di bagian bawah kebun seluas 60 are ini. Seperti glamping pada umumnya, tenda-tenda itu sudah terpasang rapi. Tenda pun terpasang tidak di tanah tetapi di atas balai-balai. Dia lebih mirip pondokan tetapi dengan tenda sebagai ruang menginapnya.
Pengunjung tinggal datang karena semua keperluan sudah disediakan: matras, listrik, bahkan wifi. Lapar? Bali Jungle Camping juga memiliki restoran dengan menu-menu lokal Bali ataupun Barat. Bahan bakunya terutama dari kebun sendiri.
Nama Bali Jungle Camping sendiri, menurut pengelola harian Wayan Sri Martini, karena lokasi kemah yang berada di tengah kebun. “Kami ingin mengajak pengunjung agar bisa tinggal dan menikmati suasana hutan,” ujarnya.
Lokasi kemah Bali Jungle Camping dikelilingi kebun kopi robusta, komoditas utama di Pupuan. Suasana hijau berpadu dengan gemericik air sungai sebagai batas paling bawah. Untuk menikmatinya pengunjung bisa menjelajahi jalan-jalan setapak yang sudah dibuat bagi pengunjung.
Selain tanaman kopi robusta, di kebun Bali Jungle Camping juga ada tanaman-tanaman lain, seperti manggis, durian, lamtoro, pisang, pepaya dan seterusnya. Mereka menambah asri dan sejuk suasana. Ada juga tanaman obat-obatan maupun umbi-umbian yang sehari-hari dipakai di dapur perkemahan.
Untuk kegiatan tambahan, pengunjung bisa jalan-jalan (trekking) menyusuri perkebunan di sekitar lokasi Bali Jungle Camping, belajar memasak menu khas Bali, ataupun main lumpur. Ada kolam khusus yang biasanya dipakai anak-anak untuk main lumpur. “Agar mereka lebih dekat dengan alam,” Sri menambahkan.
Menurut Sri, selain keluarga, pengunjung di tempat kemah ini adalah anak-anak sekolah. “Biasanya anak-anak antusias menjelajah apa saja yang ada di kebun kami. Biar mereka tidak main gadget saja,” kata Sri. Pengelola Bali Jungle Camping menyediakan staf yang bisa memperkenalkan sistem pertanian dan menjelajah kebun, termasuk bermain.
Dengan fasilitas kebun, hutan, sungai maupun alam lainnya, Bali Jungle Camping bisa menjadi pilihan liburan di kawasan Pupuan. [b]
Glamping = Glamour Camping, ini istilah bagus.
Bedugul punya Kebun Raya.
Kalimantan punya Tahura (Taman Hutan Raya).
Lombok punya TWA (Taman Wisata Alam).
Semua unik dan hebat!