Akhir-akhir ini, seni lukis yang mengedepankan ikon-ikon figuratif dipandang sedikit terpinggirkan oleh kejayaan aliran abstrak serta seni rupa non-figuratif.
Pameran Fantastique-Art Exhibition di Bentara Budaya Bali merupakan salah satu momentum kebangkitan yang patut dicermati bersama. Pameran yang diresmikan oleh Adrian Palar ini terbuka untuk umum. Dia berlangsung sejak 19 November hingga 26 November 2011 nanti.
Seni Fantastik, sesungguhnya bukan sesuatu yang baru dalam seni rupa. Pelukis Hieronymush Bosch (1450-1561) dipandang sebagai salah satu perintis mazab ini. Lukisan Bosch “The Garden Of Earthly Delights”, menggambarkan surga neraka, tadinya diklaim sebagai karya reneisans. Namun, lukisan ini kemudian diperdebatkan dan belakangan dinyatakan sebagai seni fantastik.
Dalam sejarah seni rupa, dikenal pula realism fantastic yang mengetengahkan ikon-ikon terpilih secara sadar untuk mengejawantahkan fantasi, berbeda dengan surealisme yang secara intens menggali alam bawah sadar demi mewujudkan fantasinya.
Kehadiran seni ini kian kukuh setelah munculnya berbagai fiksi ilmiah tentang angkasa luar atau kehidupan alien, termasuk kehidupan purba seperti masa dinosaurus dan sebagainya. Yang paling berpengaruh dari generasi ini adalah Frank Frazeta (1928-2010), juga Roger Dean dan Boris Vallejo. Karya mereka dapat dijumpai pada karya-karya seni di Indonesia berwujud sampul-sampul komik dan novel masa 1980-an, bahkan kaset.
Pameran yang dikuratori L. Bambang Sugiharto, budayawan dan pengajar filsafat, ini mewadahi ekspresi aneka bidang seni berupa patung, relief, lukisan, serta bentuk-bentuk lain yang menggabungkan kecanggihan teknologi dan memori kultural warisan lampau. Misalnya, kisah-kisah pewayangan, legenda ataupun cerita rakyat. Di samping itu, Fantastic Art ini juga memungkinkan kita untuk berfantasi mengenai kehidupan yang lebih baik melalui cerita-cerita fiksi ilmiah dengan ilustrasi gambarnya yang mengejutkan serta tak jarang melampaui imajinasi dan pemahaman masyarakat umumnya.
Para seniman yang berpameran kali ini antara lain; Anom Kojar, Benbal, Damuh Bening, Made Marthana Yusa, MEGA, Monez Gusmang, Ngurah Rai, Raka Siwi, Sang Ayu Made WLP, Setiawan Tangsek, Adam TNY, Andreanus Gunawan, Apriyadi Kusbianto, Erwin Prima Arya, Jan Mintaraga, META Studio-Jogjakarta, dan Toni Musdiono.
Perwakilan Bentara Budaya Bali menyampaikan bahwa berangkat dari semangat untuk memberi ruang ekspresi pada mereka yang tengah meneguhkan eksistensinya, pameran ini diwujudkan menjadi perhelatan yang bukan semata peristiwa kesenian.
Selain menghadirkan karya-karya dua atau tiga dimensi, diungkap pula dalam kuratorial atau kegiatan pendukung lainnya suatu upaya untuk merunut sejarah perkembangan seni secara umum serta khususnya terkait Fantastic Art sebagai aliran tersendiri. [b]
Teks dikirim Bentara Budaya Bali. Foto diambil dari sini.