Para pemenang AKJA 2024 dari Bali, Kaltim, Aceh, dan Banten.
Ketika melangkah masuk ke ruang pameran Dharma Nagara Alaya terpampang gambar burung garuda dengan tulisan “PERINGATAN DARURAT”. Memasuki ruang pameran lebih jauh terlihat partisi pameran yang tertempel karya-karya isu korupsi oleh para jurnalis dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Banten, NTT, Kalimantan Timur, dan Bali. Pameran karya antikorupsi ini sukses diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada 20 September 2024 hingga 21 September 2024.
Pameran di gedung Dharma Nagara Alaya diselenggarakan dalam rangka Anugerah Karya Jurnalistik Antikorupsi (AKJA). Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW), dan tahun ini bekerja sama dengan BaleBengong. AKJA merupakan bentuk apresiasi kerja para jurnalis yang secara aktif melakukan liputan isu-isu korupsi dan memperluas jangkauannya. Tahun ini AKJA mengusung tema “Resonansi Suara Warga” sebagai upaya perwujudan kepentingan dan keberpihakan kerja jurnalis terhadap kepentingan publik.
Rangkaian acara AKJA ditutup dengan malam penganugerahan yang diselenggarakan di ruang pameran. Dari 41 karya yang masuk dan terdaftar dalam AKJA 2024, terdapat 15 karya yang masuk dalam lima nominasi, yaitu nominasi karya terbaik, nominasi karya terfavorit – teknik penulisan, nominasi karya terfavorit – metode peliputan, nominasi karya terfavorit – pemilihan isu, dan nominasi karya terfavorit – dampak peliputan. Berikut merupakan daftar pemenang AKJA 2024:
- Karya terbaik: Skandal Korupsi LPD di Bali: Akal Bulus dan Kekuasaan Mainkan Data – Ni Ketut Sudiani, dkk/KJI Bali
- Karya favorit pemilihan isu: IKN Dikebut, Debu Bikin Semaput (berseri) dan Pembangunan IKN Hancurkan Ekosistem Sungai Pemaluan: Air Keruh, Buaya Semakin Mengancam, Nelayan Terpuruk (juga berseri) – Fitri Wahyuningsih/KJI Kaltim
- Karya favorit teknik penulisan: Perusahaan “Daftar Hitam” di Proyek Jembatan Blang Mane Bireuen – Iskandar, Irma Hafni/KJI Aceh
- Karya favorit metode peliputan: Proyek Main-Main Pengamanan Badak Jawa – Khaerul Anwar/KJI Banten
- Karya favorit dampak peliputan: Proyek Amburadul Penyelamatan Badak Jawa – Banten Raya/KJI Banten
Proses penilaian dilakukan oleh tiga juri yang terdiri dari Zen RS (Pemimpin Redaksi Narasi), Linta Trianita (Redaktur Hukum Tempo), dan Egi Primayoga (Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW). Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa indikator, yaitu isu yang dipilih, nilai berita, kelengkapan data, narasumber, dan teknik penulisan.
Rangkaian kegiatan dilakukan secara penuh dalam dua hari dengan berbagai kegiatan. Pada hari pertama diselenggarakan diskusi publik dan diskusi film. Sementara itu pada hari kedua dilaksanakan diskusi publik, workshop zine, dan penganugerahan karya jurnalistik antikorupsi. Untuk pameran karya jurnalistik dilaksanakan selama dua hari di ruang pameran dari jam 10.00 WITA hingga 21.00 WITA.
Penegakan hukum pemberantasan korupsi di Indonesia
Diskusi publik diselenggarakan sebanyak dua kali pada hari Jumat dan Sabtu. Diskusi publik pada hari pertama membahas tentang “Penegakan Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia: Catatan Evaluasi KPK dan Pemberantasan Korupsi di Bali”. Situasi pemberantasan korupsi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja, terutama setelah revisi UU dan pemilihan komisioner KPK tahun 2019. Pasca peristiwa tersebut, banyak rentetan praktik legislasi ugal-ugalan dan kontroversi bernuansa konflik kepentingan yang dilakukan oleh elit dan pejabat publik. Diskusi ini diisi oleh Diky Anandya (peneliti ICW), Rezky Pratiwi (direktur LBH Bali), Gede Kamajaya (akademisi sosiolog Universitas Udayana), dan Ni Ketut Sudiani (anggota Klub Jurnalis Investigasi Bali).
Kegiatan nonton bareng Dear Future Children dan diskusi film. Foto oleh: Dewa Kresnanta
Acara hari pertama ditutup dengan kegiatan nonton bareng dan diskusi film di ruang audio visual Dharma Nagara Alaya. Film yang diputar adalah Dear Future Children dari Geothe Institute. Film ini berkisah tentang kaum muda yang banyak berkorban dan menempatkan diri mereka dalam bahaya demi memperjuangkan demokrasi, keadilan sosial, dan perlindungan iklim. Diskusi film diisi oleh anak muda dan sineas Bali, yaitu Anggi Noen (movie director), Ricardo Elim (BEM Udayana), Siti Juliantari (wakil koordinator ICW), dan I Wayan Martino (Niskala Studio).
Kampanye isu korupsi hingga mengawal Pilkada Bali
Hari kedua dibuka dengan workshop menyusun kampanye sosial dan gerakan antikorupsi dengan Zine. Zine merupakan plesetan dari magazine, yaitu semacam majalah, tetapi dikemas dalam versi yang lebih kecil dan kreatif. Kegiatan ini berkolaborasi dengan komunitas lokal, yaitu Dis-print Kultur dengan tujuan mengenalkan media kampanye untuk persuasi dan motivasi kepada anak muda.
Sementara itu, diskusi publik hari kedua mengangkat tema “Pilkada dan Korupsi: Mengawal Suara Publik dalam Pemilihan Kepala Daerah 2024 di Bali” yang diisi oleh Luh De Suriyani (BaleBengong), Sofwan Hakim (Koalisi Bali Emisi Nol Bersih), Tibiko Zabar (Indonesia Corruption Watch), dan Teja Wijaya (pegiat komunitas orang muda/alumni SAKTI Bali 2019). Bali sebagai salah satu provinsi yang akan menggelar Pilkada pada tahun ini tidak terlepas dari berbagai persoalan. Banyak hal yang mesti menjadi catatan dan perhatian bagi calon kepala daerah. Sementara itu, permasalahan korupsi kepala daerah dan korupsi juga masih menghantui.
Sebagai informasi, ICW merupakan sebuah organisasi yang lahir di tengah gejolak reformasi 98 dengan keyakinan bahwa korupsi harus diberantas karena korupsi telah memiskinkan dan menggerogoti keadilan. ICW mendorong tata kelola pemerintahan yang demokratis, bebas korupsi, berkeadilan ekonomi, sosial, dan gender.