Keriuhan persiapan upacara yadnya di Desa Tenganan menjadi suasana pemantik bagaimana bumbu khas Bali itu dibuat. Ya, Base Genep. Bumbu bali yang diolah dari ragam rempah-rempah Indonesia dikenalkan dalam sajian Film Base Genep. Sebuah rekam lensa perjalanan dari tim Ekspedisi Indonesia Baru berpetualang keliling Indonesia.
“…tek,tek,tek…” keriuhan suara talenan dan blakas bertalu-talu mengiringi aktivitas mebat oleh bapak-bapak yang melingkar di sebuah balai publik di Desa Tenganan. Adegan gambar yang menyampaikan bagaimana proses pembuatan Base Genep dalam skala kolektif.
Mengenal lebih jauh Base Genep dari kaca mata seorang Mancagera (juru masak di Tenganan) menjadi nilai spesial dari film ini. BaleBengong, media jurnalisme warga, mengajak warga nobar dan memasak dengan uji coba resep Palem Udang dalam film ini.
Film dokumenter oleh sutradara Priambodo Yusuf ini menghadirkan Wayan Domplong sebagai penutur informasi yang mengenalkan tiap tumbuhan-tumbuhan liar sekitar rumah menjadi unsur-unsur penting dalam meracik kuliner di desanya.
Transfer informasi yang sebenarnya bukan pengetahuan baru, banyak saya dapatkan di bagian ini. Meski bagian kecil, penyampaian sederhana dengan menunjukkan tanaman-tanaman secara langsung jadi lebih jelas. Ada juga pengenalan istilah ngonon yang artinya mencari tanaman di sekitar kita untuk dimasak. Perjalanan membuat sayur ononan yang digambarkan dengan penjelasan syarat-syarat tertentu. Misalnya, minimal 5 jenis sayur dari tanaman liar, atau jumlah ganjil setelahnya.
Bergeser ke arah gak barat dari desa tua tadi, seorang ibu sedang sibuk mengaduk sayur urab yang identik dengan parutan kelapa. Di atas hamparan Bukit Bayem, Ngis Karangsem bersama I Wayan Surana menyiapkan bagaimana base genep diterapkan dalam makanan melegenda di desanya yakni Palem Udang.
Kalau di Tenganan base genep dipadukan dengan sayur dari tanaman liar, di Desa Ngis mengharmonikan dengan daging udang sungai. Seperti sayur urab tadi, masakan berbahan dasar udang ini juga mengandalkan kelapa. Sebab karakter desa yang sebagian besar kebun kelapa.
Adegan memasak dari dapur warga Tenganan lalu bergeser ke racikan kuliner Desa Ngis, menggambarkan bagaimana keberadaan base genep yang melekat di setiap makanan. Dari 2 desa di Karangasem, kuliner dengan bahan utama yang berbeda, bumbunya tetap sama. Base genep hadir di setiap masakan Bali.
Cara pembuatan base genep dan bagaimana bumbu itu lekat dengan tiap masakan masyarakat Bali berhasil disajikan gamblang di film Base Genep ini. Begitu juga diperlihatkan keberadaan base genep menjadi catatan sejarah yang sudah diakui ketika pemerintahan Soekarno.
Akhir film menampilkan salah satu restoran besar bernuansa sukarnois yang membawa arsip kuliner ketika jaman Soekarno. Di sana juga diakui base genep menjadi warisan sejak jaman itu. Di sisi lain dalam kearsipan lokal, lontar menyebutkan makanan adalah obat. Bagaimana racikan kuliner ditujukan untuk sebuah obat. Sehingga tiap bahannya memiliki zat yang berguna untuk kesehatan tubuh. Kalau salah makan yang masuk ke tubuh kita, maka sakit menjado respon tubuh manusia.
Dari film ini, mengingatkan kembali di tengah fast food yang memborbardir kehidupan kita. Base Genep mengingatkan keanekaragaman hayati sekitar kita seperti tanaman liar, udang sungai, dan rempah yang bisa hidup di pekarangan rumah.