Pada Juli-Agustus adalah puncak ritual upacara bagi warga yang meninggal di Bali. Namun, biasanya dilaksanakan secara massal atau bersama di tiap banjar, desa, sampai lingkup lebih kecil. Istilahnya Ngaben, Ngeroras, atau Memukur massal. Karena dilakukan bersama, biayanya lebih efisien dibanding dilakukan sendiri oleh keluarga satu orang meninggal.
Keluarga Pak Ngah menjadi salah satu peserta ritual Ngaben dan Ngeroras massal di Banjar Pekarangan, Ngis, Karangasem pada Agustus 2022 ini. Ritual pengabenan massal yang dipersiapkan beberapa bulan itu dikoordinir oleh panitia pengabenan.
Bayu, salah satu cucunya menyetor biaya prosesi Ngeroras ke panitia sebesar Rp 6 juta. Dengan rincian sudah ditanggung dari awal prosesi ngulapin, upacara memanggil atma hingga ngelinggihin. Menurutnya tak masalah mengeluarkan uang senilai itu karena prosesi upacara sudah rampung semuanya. Biaya lain seperti sarana tambahan dan konsumsi disumbangkan anggota keluarga.
Di sisi lain, prosesi pengabenan massal juga dilakukan di Batubulan, Gianyar. Beda daerah memang beda biaya. Keluarga Pak Dedut di Batubulan. Ia menyetorkan dana pengabenan sebesar Rp5 juta saja ke panitia. Namun, meski mengeluarkan uang yang terbilang sedikit untuk pengabenan, setelah ia hitung-hitung pengeluaran totalnya bikin ia geleng kepala.
“Ngaba bekel Rp25 juta anggon pengabenan, telah sing mesisa (berbekal 25 juta untuk pengabenan, uangnya habis tidak tersisa),” ia bercerita.
Setelah dihitung-hitung, pengeluaran sekitar 20 juta lagi itu ia gunakan untuk melengkapi sarana upacara yang tidak ditanggung panitia. Seperti banten-banten/persembahan untuk di lingkungan rumah. Tak lepas juga dari biaya konsumsi yang dikeluarkan untuk menyambut keluarga-keluarga besar yang membantu prosesi.
Berbeda halnya dengan salah satu upacara pengabenan di wilayah Klungkung. Keluarga Agus saat ini sedang melaksanakan prosesi upacara pengabenan di desanya. Seperti pengabenan yang lainnya, prosesi ini dikoordinir oleh panitia adat setempat. Persiapan pengabenan massal sudah disiapkan sejak sebelum Hari Raya Galungan kemarin.
Biaya patungan untuk pengabenan massal di Desa Agus ditetapkan sebesar Rp8 juta. Menurut Agus angka cukup besar. Sebab, selain mengeluarkan uang sebesar itu, keluarga Agus harus tetap mengeluarkan dana lagi untuk melengkapi sarana prasarana yang tidak ditanggung panitia.
Sampai saat ini pengeluaran tambahan terus keluar, tercatat hingga Rp10 juta. Biaya tambahan ini ia keluarkan untuk menambah sarana upacara seperti pejati yang tidak cukup menggunakan pejati yang dibagikan panitia pengabenan.
Beberapa sarana upacara dibagikan sekitar awal Juli 2022. Padahal, hari H pengabenan massal dilakukan pada 8 Agustus 2022. Hal ini menyebabkan sarana upacara seperti pejati yang dibagikan panitia sudah berjamur dan kering.
“Saya merasa nggak enak (tidak merasa puas) pakai banten kering,” kata Agus.
Mau tak mau, ia keluarkan dana lagi untuk mengganti banten-banten kering yang sudah tinggal hampir sebulan. Total biaya pengeluaran pengabenan di keluarga Agus belum bisa dijumlahkan. Karena sampai saat ini ia masih melalui prosesi pengabenan di desanya. Begitu pula pengeluaran masih terus berjalan hingga upacara ngaben benar-benar selesai.
BaleBengong membuat polling sederhana di media sosial Twitter tentang biaya Ngaben massal ini. Ada 57 akun yang merespon. Hasilnya, sebanyak 37% menyetorkan biaya ke panitia Rp 5-7 juta. Lainnya, sebanyak 35% membayar di bawah 5 juta.
Mpu Jaya Prema, salah seorang Pandita turut merespon. “Ngaben massal mah paling mahal 3 juta. Yang miskin 1,2 juta bisa, yang sangat miskin disubsidi yang lain.”
Sedangkan Abi, warga lain menambahkan informasi adanya Patus Ngaben. Ia mengatakan di banjarnya ada istilah patus ngaben, jika ada orang yang meninggal maka krama banjar mengeluarkan sumbangan atau pedum Rp20 ribu. Jika jumlah KK 410, maka terkumpul Rp8 juta. Maka sebanyak Rp7,5 juta jadi modal biaya ngaben, sedangkan sisanya Rp500 ribu diserahkan pas meninggal. Artinya, saat Ngaben dihelat, peserta hanya akan keluar uang lagi Rp2-3 juta rupiah. Jadi lebih meringankan.
Itulah beragam biaya dan inisiatif untuk meringankan saat pengabenan massal di Bali. Ngaben massal dinilai jauh lebih efisien dan murah karena dilakukan bersama-sama, namun biaya dan efisiensinya tergantung bagaimana panitia pengabenan di tiap wilayah mengoordinir. Menyepakati proses sampai cara mencicil biayanya.