Suara-suara warga yang menunjukkan kebangkitan lalu bertahan dari keterpurukan pandemi ini terangkum dalam Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2021.
Ada pekerja pariwisata yang berhasil bertahan dengan mengubah haluan jadi petani kelapa, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang menemukan strategi pemulihan dan kolaborasi komunitas untuk hotline pencegahan bunuh diri, anak jalanan, dan kebangkitan musisi dan seniman tradisi.
Sedangkan di isu kelautan ada siasat dari nelayan, pekerja kapal pinisi, pelestari penyu, dan lainnya dari pesisir kesohor nusantara seperti Derawan, Wakatobi, Lamakera, Labuan Bajo, dan Lovina.
Hal inilah yang ditampilkan dari puncak Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2021 pada malam apresiasi, yang dihelat pada Sabtu, 26 Juni 2021. Hal ini juga menandai 14 tahun BaleBengong, kiprah media jurnalisme warga di Indonesia, pencetus AJW.
Malam apresiasi berlangsung hybrid, kombinasi offline dan online sebagai siasat dan mitigasi di tengah pandemi. Kisah-kisah warga ini masih bisa disaksikan di sejumlah akun seperti https://twitter.com/balebengong, https://www.facebook.com/balebengong.id, dan https://www.youtube.com/c/BaleBengong/videos
Ada juga “Kabar dari Desa” oleh alumni Kelas Jurnalisme Warga di Bali yakni Desa Ngis-Karangasem, Tegallang-Gianyar, Mengani-Bangli, Candikusuma-Jembrana, dan Besan-Klungkung.
AJW juga mengapresiasi lima terbaik media warga yakni KediriPedia, Penjaringan5, Speaker Kampung, Radio Komunitas PPK FM Sragi, dan Rumah Literasi. Dalam malam AJW, diumumkan dua media warga terpilih hasil pilihan juri dan voting publik 4325 orang yakni Rakom PPK FM Sragi di Pekalongan, Jawa Tengah, dan Rumah Literasi di Banyuwangi, Jawa Timur.
Ferdhi F. Putra dari Combine Resource Institution yang jadi kolaborator kategori media warga mengatakan sebanyak 26 media warga yang terdaftar sudah menampilkan aksi solidaritas selama pandemi. Selain Ferdhi, juri kategori ini adalah Irma Hidayana dari gerakan Lapor Covid-19 dan Ika Ningtyas, Sekjen Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia. “Saya percaya tiap media warga sudah berjuang sebaiknya, ini bukan kompetisi, tapi ajang berbagi semangat dan membangun solidaritas,” ujar pegiat lembaga yang mendukung media komunitas dari Jogjakarta ini.
Ragam cerita daya ungkit atau upaya bangkit dari keterpurukan ini menunjukkan kekuatan jurnalisme warga yang berhasil mendokumentasikan suara-suara dari pelosok negeri. “AJW 2021 ingin menyampaikan optimisme di tengah situasi kesehatan dan ekonomi yang belum pasti dari kisah-kisah resiliensi warga dari komunitas dan akar rumput,” tambah Iin Valentine, panitia pelaksana.
Malam AJW 2021 diisi oleh seniman kontemporer dan tradisi yakni duo Kadapat yang mengeksplorasi alat musik tradisi Bali, Jegog dan Gender. Ada juga teater anak muda yang tiket pentasnya selalu sold-out, Teater Kini Berseri. Mereka memparodikan perilaku warga yang ingin eksis di medsos dengan mengorbankan keselamatan dan etika literasi.
Berikutnya komunitas Topeng Bali yang dinahkodai anak muda untuk merespon bentuk-bentu baru topeng. Seniman lain adalah Wahyu-Kabeljack penari kontemporer, seniman video mapping Ronald Tanos, dipandu aktivis transpuan Meghan Kimoralez dan seniman teater Indra Parusha.
Dukungan Liputan Kelautan untuk Warga
Di tengah pandemi ini, warga pesisir harus berjuang menghidupi dirinya sekaligus menjaga kelestarian laut sebagai salah satu sumber mata pencaharian mereka. Upaya-upaya adaptasi dan resiliensi ini sangat penting untuk diarsipkan sebagai pembelajaran.
Karena itu Yayasan WWF Indonesia berkolaborasi dengan media jurnalisme warga BaleBengong di Bali mendukung upaya dokumentasi ini berupa pemberian beasiswa liputan kelautan untuk warga di seluruh Indonesia.
Sejumlah komunitas dan warga di pesisir beradaptasi terutama untuk melanjutkan sumber penghidupannya. Di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng misalnya, kepala desa setempat jga mengoptimalkan potensi pesisir untuk warganya yang kembali ke desa setelah tidak bisa bekerja di Bali selatan. Hal sama juga terjadi di Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung di mana warga kembali membudidayakan rumput laut yang sekian lama telah mereka tinggalkan karena bekerja di pariwisata.
Kelompok nelayan di Pulau Seraya, Manggarai Barat, kelompok dampingan Yayasan WWF Indonesia, sudah beralih untuk menerapkan kegiatan perikanan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan. Selain itumemenuhi ketentuan ukuran minimal hasil tangkapan. Meskipun masih berstatus sebagai nelayan skala kecil, mereka sudah bisa bekerjasama dengan hotel bintang lima di wilayah Labuan Bajo sebagai penyedia produk hasil laut bagi hotel tersebut.
Cerita penerapan dan adaptasi praktik ramah lingkungan untuk mata pencaharian masyarakat pesisir juga datang dari komunitas Meko, Kabupaten Flores Timur yang berhasil beralih dari pemburu ikan hiu menjadi masyarakat pengelola pariwisata bahari setempat. Selain itu, ada cerita dari Kelompok Kepiting Bakau Lestari di Kei Kecil, kelompok pembudidaya rumput laut di Wakatobi dan Alor, kelompok pembudidaya udang di Pinrang, KSU Sampah Komodo di Labuan Bajo, dan masih banyak lagi.
Cerita di atas hanya sebagian contoh bagaimana warga kini beradaptasi terhadap situasi ekonomi terpuruk akibat matinya pariwisata dan kondisi perekonomian terkini setelah hantaman pandemi. Tentu saja pandemi COVID-19 telah berdampak sangat dalam terhadap penghidupan warga. Namun, di sisi lain juga muncul cerita-cerita keberhasilan warga beradaptasi.
Tema besar AJW 2021 adalah Bercovid-covid Dahulu, Berjuang Bersama Kemudian. Tema ini tentang cerita warga ataupun komunitas berjuang dan bangkit setelah lebih dari setahun pandemi COVID-19 menghantam dunia.
Untuk memperluas jangkauan penerima manfaat program AJW 2021, dibuka kategori khusus kepada individu atau kelompok terpilih dari seluruh Indonesia terkait isu kelautan. Melalui penambahan ini, berharap bisa merangkum cerita-cerita dari berbagai daerah di Indonesia melalui subtema kelautan.
Beasiswa ini mengapresiasi para pewarta warga di seluruh Indonesia untuk menghasilkan karya jurnalistik bermutu melalui media jurnalisme warga. Caranya, mempertemukan pewarta warga dengan profil atau komunitas yang berhasil melakukan adaptasi selama pandemi COVID-19 di seluruh Indonesia. Bahkan, warga pesisir sendiri bisa mengabarkan kisah bangkit dari kampungnya.
Warga dapat memilih salah satu tema yang ditawarkan yakni pariwisata bahari berbasis masyarakat, perikanan berkelanjutan, pengelolaan sampah plastik di laut, konservasi spesies laut terancam punah (hiu, pari, penyu, mamalia laut), dan kawasan konservasi perairan.
Pandemi yang masih berlangsung setelah satu tahun ini menjadi batu ujian bagaimana warga terutama di daerah-daerah pariwisata dan kepulauan kecil/terpencil beradaptasi bahkan mampu bangkit dengan inisiatif pelestarian pesisir dan lautnya untuk juga mendukung sumber penghidupan mereka. Ketika wisatawan mancanegara hilang dan mempengaruhi pendapatan pemandu selam lokal dan ekosistemnya serta laju perekonomian masyarakat pesisir yang terganggu.
Imam Musthofa Zainudin, Kepala Program Kelautan dan Perikanan YayasanWWF Indonesia mengatakan “Selama pandemi ini, tantangan warga yang hidupnya tergantung pada laut adalah penurunan daya dukung dan sumberdaya kelautan,” katanya. Hambatan lain adalah logistik dan keterbatasan informasi, pengetahuan, serta akses di masyarakat pesisir yang umumnya tinggal di daerah terpencil atau di pulau-pulau kecil.
Untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir tersebut, Yayasan WWF Indonesia bekerjasama dengan semua pihak mendorong sejumlah program. Untuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan yang ramah lingkungan di usaha perikanan dan pariwisata bahari. Mulai dari penguatan kelembagaan, peningkatan keterampilan, hingga memfasilitasi jalinan bisnis dengan pasar yang potensial.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat lokal mendapatkan keuntungan dari kesehatan ekosistem dan sumberdaya lautnya. Inilah penopang sumber penghidupan dapat diandalkan seperti di masa pandemi COVID-19 yang sulit ini.
AJW tahun ini juga didukung sejumlah pihak berupa dana dan merchandise seperti SpendeDirekt, ICT Watch-UNICEF, East Bali Cashews, Mongabay Indonesia, Kopernik, Starlight Uniform, GNFI, Mitra Bali Fair Trade, Yayasan IDEP, Nexus3 Foundation, dan PPLH Bali.