Oleh: Ketut Gunada, Eka, Bambang, Wayan Musna, Mangku, dan Midun
Menjadi petani adalah pilihan pekerjaan primadona di musim pandemi saat ini, khususnya bagi generasi muda yang sebelumnya bekerja di lingkungan pariwisata.
Selain menanam padi, sebagian lahan ditanami palawija seperti kacang panjang, terong, mentimun, dan cabe untuk menambah penghasilan keluarga. Selain pemeliharaan yang gampang, hasilnya juga menjanjikan dan tidak sulit memasarkan karena merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat.
Salah seorang petani muda, Ajik Windu, yang bertempat tinggal di Banjar Dinas Kekeran, Desa Penatahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan saat ini menanam palawija kacang panjang.
Untuk luas lahan 17 are rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 20.000.000 untuk 3 kali musim tanam. Rata-rata produksi sekali panen mencapai sebesar 275 kg degan harga rata-rata Rp 5.000/kg. Dalam 1 musim (3 bulan), dilakukan panen setiap 2 hari sekali paling sedikit 20 sampai 25 kali. Untuk pemanfaatan lahan dilakukan tanaman tumpang sari tujuanya selain menambah penghasilan juga untuk menunggu musim tanam berikutnya.
Keasrian Kekeran
Pertanian dan Tabanan menjadi keasrian yang saling berkaitan. Secara geografis, Kekeran terletak di sebelah tenggara Desa Adat Penatahan. Memiliki luas lahan pertanian sekitar 30 Ha yang masuk dalam Subak Kekeran.
Melalui pengelolaan sistem subak, pertanian Dusun Kekeran diolah secara mandiri. Dikerjakan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menciptakan keseragaman dalam bercocok tanam. Untuk menunjang dari hasil pertanian tersebut sudah didukung dengan adanya jalan beton yang dibuat warga desa secara swadaya. Untuk lingkungan desa, setiap warga diharuskan menjaga kebersihan tempat tinggalnya masing-masing.
Salah satunya, sampah. pembuangan sampah dikoordinir dan diangkat truk sampah 2 kali dalam seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Sekaligus menjadi momen koordinasi untuk aspek pertanian. Seperti sekali gayung, dua tiga pulau terlampaui. Pertanian yang dijaga warga sekaligus menciptakan suasana lingkungan asri, nyaman, dan aman.
Yeh Panes Desa Penatahan
Selain lahan pertanian, Desa Penatahan memiliki potensi alam yang cocok dikunjungi. Seperti Yeh Panes Penatahan Kaja. Tempat pemandian air panas berlokasi di Banjar Penatahan Kaja, Desa Penatahan.
Cukup dengan menempuh perjalanan sekitar 700 meter dari jalan utama jalur Batukaru. Yeh Panes (dalam bahasa Bali, artinya air panas) berbatasan langsung dengan sungai/tukad Yeh Pusut.
Untuk mencapai lokasi, kita menyusuri gang dan disambut beberapa anak tangga. Terdapat dua tipe tempat pemandian, tempat pemandian tertutup dan kolam terbuka. Ada 4 kamar pemandian tertutup dan 4 kolam terbuka. Pemandian kolam terbuka biasanya disebut Bulakan.
Wisata pemandian ini dikelola oleh Keluarga I Nyoman Erik Rumbawan (Pak Army). Sudah dikelola sejak tahun 2000. Seperti halnya tempat wisata lainnya, Yeh Panes Penatahan Kaja banyak banyak dikunjungi saat hari Sabtu, Minggu, hari raya, dan hari-hari libur lainnya.
Pengelola wisata pemandian air panas, Ni Putu Dinda Prameswari memaparkan biaya tiket masuknya. Tiket masuk sebesar Rp 20.000/orang diperuntukkan tamu domestik. Sedangkan tamu asing dikenakan tiket masuk sebesar Rp 50.000 untuk mandi selama 1 jam.
“Untuk tamu asing lebih sering mandi di pemandian terbuka (bulakan) ketimbang pemandian tertutup,” cerita Dinda.
Di samping fasilitas utama tersebut, tersedia juga kolam pancing. Yang juga berada di sungai tersebut. Biasanya warga sekitar Penatahan sering mengadakan kegiatan lomba memancing di lokasi itu.
Seperti tempat wisata kebanyakan, Yeh Panes Penatahan Kaja tampak ramai ketika Hari Minggu, 23 Mei 2021. Terlihat ada sekitar 20 pemancing yang saat itu sibuk menunjukkan kailnya ke kolam. Begitu pula di kolam pemandian air panas yang tertutup penuh dengan pengunjung yang mandi.
Jam operasional yeh panes buka jam 7.00 pagi sampai jam 18.00 WITA. Mengingat sehabis mandi nafsu makan meningkat, pengelola menyediakan warung dengan menu seperti tipat cantok, es, kopi, dan lain-lain untuk mengisi perut kosong selepas berendam. Dalam masa pandemi saat ini, Dinda mencatat ada penurunan pengunjung 40-50%.
Catatan: Karya warga saat Kelas Jurnalisme Warga Desa Penatahan, 2021.