Saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama, sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.
Dunia di tengah keadaan tidak pasti akibat pandemi COVID-19. Segala kegiatan dipaksa untuk beradaptasi dengan tatanan baru demi mencegah merebaknya virus ini lebih luas di tengah masyarakat. Masyarakat dan pemerintah diharuskan bahu membahu demi membuat keadaan setidaknya dapat lebih terkendali.
Para peneliti di berbagai belahan dunia juga tengah mengupayakan pembuatan vaksin dengan harapan dapat meredam pandemi ini.
Kali ini umat manusia sedang dihadapkan dengan penyakit menular yang memiliki kemampuan menular yang tinggi. Penularannya sangat sulit terdeteksi, bahkan disebut silent transmission dalam cuitan twitter dr. Pandu Riono, seorang epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia.
Dalam upaya mengurangi penyebaran COVID-19, pemerintah dan praktisi kesehatan sudah sering kali mengingatkan pentingnya menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan sebisa mungkin. Beberapa kalimat ajakan berupa slogan-slogan untuk mengedukasi masyarakat sering digaungkan. Namun, ada satu kalimat yang menempel di benak saya, yaitu kalimat “Maskerku Melindungi Kamu, Maskermu Melindungi Aku” yang mempromosikan penggunaan masker untuk meredam penularan COVID-19.
Seketika saya teringat pelajaran yang saya dapatkan di sekolah dulu. Tepatnya dalam mata pelajaran Agama Hindu, yakni Tat Twam Asi. Walaupun tidak utuh, saya ingat potongan makna ajaran Tat Twam Asi merupakan ajaran tentang kesusilaan yang mengandung pokok makna “Saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama, sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.”
Apabila dilihat dari kacamata kesehatan, dalam hal penularan COVID-19, maka konsep melindungi diri sendiri yang berarti melindungi orang lain tersebut sangat tepat. Konkretnya, jika kita menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin, misalnya dengan selalu menggunakan masker, dengan rajin mencuci tangan, selalu menjaga jarak dan disiplin dalam karantina, maka akan mereduksi kemungkinan menularkan ataupun tertular oleh penyakit ini.
Rilis berita oleh Kemenkes menguatkan konsep melindungi diri sendiri maka membantu melindungi orang lain dengan menjelaskan bahwa tingkat risiko penularan COVID-19 akan semakin menurun apabila seseorang memakai masker dan kontak dekat yang disekitarnya juga pakai masker, maka potensi penularan hanya 1,5 persen. Upaya melindungi diri sendiri dapat melindungi orang lain.
Adanya relevansi ajaran Tat Twam Asi ditengah pandemi ini menyadarkan kita untuk kembali memegang nilai-nilai luhur dari ajaran pendahulu kita yang sedari dulu coba ditanamkan dalam diri kita. Memang benar adanya bahwa kemajuan dalam segala bidang kehidupan membuat adanya pergeseran-pergeseran dalam kebiasaan hidup masyarakat, sehingga bukan hal yang mengejutkan bila rasanya ajaran Tat Twam Asi seolah tak berlaku lagi di Bali.
Walaupun dengan perkembangan zaman yang sudah modern, kita dituntut kembali berefleksi untuk mempertimbangkan ajaran-ajaran pendahulu kita, seperti Tat Twam Asi yang nyatanya tidak usang digilas oleh modernisasi. [b]