Sudah lama kita semua merindukan hujan.
Merindukan hujan turun membasahi alam semesta. Membersihkan kotoran debu yang sudah lama melekat dalam diri kita maupun isi alam yang lainnya.
Memang lahir, hidup dan mati di negeri sendiri merupakan anugrah yang tak terhingga. Karena di negara kita pada umumnya hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Dulu, mungkin beberapa puluhan tahun lalu, para leluhur kita gampang memprediksi waktu. Kapan akan turun hujan dan kapan akan kemarau. Maka dari itu para leluhur kita bisa menyimpulkan bahwa hanya ada dua periode dalam setahun. Musim hujan dan musim kemarau.
Hukum alam adalah hal mutlak harus berjalan dan berlaku. Manusia hanya bisa menerima dan mengantisipasi agar kelangsungan hidup kita bisa lebih lama, nyaman dan damai. Faktor-faktor penyebab perubahan musim dan cuaca, tentu salah satunya adalah ulah manusia itu sendiri. Karena dengan semakin canggihnya pemikiran manusia untuk mempermudah menjalankan egonya, maka isi perut bumi sering dipakai untuk hal-hal yang menyengsarakan mahluk hidup lainnya.
Kita sebagai mahluk hidup yang mempunyai idep (pikiran) yang bisa mengubah dari benda tak bergerak menjadi bergerak maupun yang lainnya.
Antisipasi
Kini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan sudah mulai sedikit turun di awal September. Karena itu, warga khususnya di Bali harus siaga dan siap menghadapi musim hujan tersebut. Lalu apa yang perlu diantisipasi warga Bali terutama bencana banjir dan tanah longsor mengingat daerah Bali kultur tanahnya sedikit mudah longsor?
Sudah saatnya warga Bali mensosialisasikan dan mengajak semua anggota masyarakat untuk membersihkan selokan dan saluran air secara bersama-sama. Dengan demikian ancaman banjir dan longsor bisa diminimalisir.
Kita bisa mulai dari lingkungan kita masing-masing. Program gotong-royong hendaknya mulai lagi diterapkan melalui kesadaran mental agar muncul rasa memiliki bersama bahwa lingkungan sekitar kita adalah aset yang bisa membuat hidup kita nyaman maupun tidak nyaman.
Kesadaran tiap anggota masyarakat masih perlu dibenahi agar naluri untuk membersihkan lingkungan semakin tinggi. Edukasi ini perlu kembali dibangkitkan mengingat alat-alat seperti cangkul, sekrop, sabit dan alat bantu lainnya sudah jarang ditemukan di setiap keluarga. Jika baru niat saja ada, tetapi alat bantu itu sudah mulai punah, tentu akan menghambat pelaksanaan gotong royong untuk membersihkan saluran got.
Jika pemerintah sudah sadar masalah warganya, tentu mereka harus berani dan bersinergi dengan menyediakan cangkul dan alat bantu lainnya. Hal ini untuk mengajak kembali warga agar bergotong royong. Pihak Dinas Kebersihan dan Lingkungan sebagai komando yang humanis harus terjun bersama-sama untuk memplopori sambil bertegur sapa. Dengan tindakan nyata tidak hanya cukup dengan ucapan.
Di era ini, antara pelayan publik dengan masyarakat tidak ada lagi sekat. Ingat semua komponen masyarakat tidak boleh apatis. Mereka harus dirangkul tanpa melihat status sosial maupun ekonomi. Semua demi satu tujuan yakni kesejahteraan bersama. Itulah tujuan hidup kita bersama.
Masyarakat harus dibekali teknik dan cara mengantisipasi bencana alam, baik itu berkaitan dengan kegempaan atau banjir dan lain-lain. Hal seperti ini harus sering didengungkan. Warga harus sering diajak simulasi agar tidak panik jika terjadi bencana alam. Masyarakat harus dibiasakan untuk tidak panik jika terjadi bencana. Salah satu caranya adalah dengan membekalinya teknik-tehnik dan pengetahuan tentang cara menyelamatkan diri.
Ini sangat penting untuk segera diwujudnyatakan. Tidak usah menunggu kejadian dulu baru bergerak. Dengan demikian pemahaman masyarakat tentang kebencanaan menjadi melekat dalam kehidupan mereka. Apalagi di musim hujan pasti akan terjadi hal-hal tidak diinginkan.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, sebagian daerah di Bali akan mengalami longsor atau banjir. Maka dari itu aparat pemerintah, baik sarana maupun prasarana, harus siaga. Kapan dan di manapun. Aparat, khususnyna personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) harus senantiasa meningkatkan kepiawaian menangani kasus kebencanaan.
Jadi untuk menyambut turunnya hujan, kita tidak khawatir akan terjadi banjir. Semua bisa terwujud asalkan semua komponen masyarakat saling siaga dan sigap. [b]