Kelumpuhan tidak pernah menjadi penghalang bagi Wahyu Diatmika.
Sejak 2003, ketika dia masih Sekolah Menengah Atas (SMA), kaki I Made Wahyu Diatmika lumpuh. Padahal, dia terlahir normal. Bisa berjalan seperti orang-orang pada umumnya. Hingga dia mulai merasakan keanehan melemahnya daya otot kaki pada akhir SMP.
Semenjak waktu itu hingga sekarang, dia berjalan seperti duduk. Untuk bepergian jauh dia menggunakan kursi roda. Dia pun kini berlabel manusia berkebutuhan khusus. Penyandang disabilitas.
Toh, dia tidak mau terkurung dengan keterbatasannya. Dia kini sudah piawai berbisnis (entrepreneur). Punya kios permainan (game center), toko komputer, beristri dan sudah punya dua anak. Mrinding!
Saya terpana! Tak menyangka sama sekali. Kok bisa? Lanjut baca ya …
Dia bernama lengkap I Made Wahyu Diatmika. Saya memanggilnya Wahyu. Di kampung Tabanan sana, dia dipanggil Dekwah. Doi sempat ragu dengan masa depannya. Sempat pula tidak terima dengan kelumpuhannya.
Berawal dari Suka Komputer
Selesai tamat SMA, dia suka dengan komputer dan bermain game. Hingga suatu saat Yayasan Puspadi Bali, memberinya kesempatan. Organisasi pendamping kelompok disabilitas itu memberikan pelatihan dalam Program Pelatihan Persiapan Keterampilan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas. Salah satu silabus pelatihan adalah dunia blogging dan internet marketing.
Bali Blogger Community menugaskan saya dan teman sesama blogger, Gus Tulank namanya, memenuhi undangan dari Puspadi Bali untuk jadi pembicara internet marketing. Berlangsung di Gedung Annika Linden Centre Batubulan, 24 Januari 2013, peserta disabilitas ternyata dari Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Di situlah saya bertemu dengan Wahyu. Pada akhir pelatihan, Wahyu tanya ke saya. “Pak, bolehkah saya magang di BOC?”
“Boleh, sekalian aja tidur di kantor BOC selama magang,” jawab saya.
Rumah Wahyu jauh di Tunjuk, Tabanan. Sedangkan kantor BOC di Denpasar Timur. Perlu sekitar 1 jam perjalanan. Maka, daripada bolak-balik saya tawarkan kamar yang ada tempat tidurnya.
Bukan hanya kantor Google saja yang punya nap room, BOC pun punya. Hehehe..
Wahyu magang di kantor saya selama tiga bulan. Selanjutnya hampir dua tahun kerja bersama saya di BOC Indonesia sebagai web designer. Selama itu pula dia tidur di kantor saya.
Selain jago membuat website, Wahyu juga bisa memperbaiki laptop dan merakit komputer. Dia juga sering terlibat jual beli gadget, software dan pernak-pernik game.
Awalnya dia mengerjakan itu karena dapat titipan dari teman-temannya di Tabanan dan Denpasar. Saya mempersilakan dia melakukannya di sela-sela tugas utamanya sebagai web designer. Karena proyek website di BOC berdasarkan target waktu. Selama bisa tepat waktu, ya, silakan atur saja kesibukannya.
Berani Jatuh Cinta!
Di suatu sore, Wahyu mendekati saya yang lagi duduk santai di depan kantor. “Pak Hendra, saya berencana mau menikah, Pak. Bagaimana pendapat Pak Hendra? Apakah saya mampu menjalaninya, Pak?” tanya Wahyu.
Out of the box, batin saya. Wahyu yang difabel, masih belia dan berani berencana.
“Wahyu, kamu harus hadapi. Ajak bicara keluargamu untuk melamar, minta pacarmu itu ke keluarganya. Jika kamu sudah mampu secara finansial, bertanggungjawab, dan niatnya baik, meski tidak tahu masa depan seperti apa, tetapi yakin Tuhan akan memberikan kemudahan,” tutur saya sok bijak.
Alhamdulillah jalan selanjutnya tetaplah mulus. Buktinya Wahyu dan Mayuni menikah pada 6 Februari 2014. Kami di BOC turut hadir di pernikahan yang berlangsung di rumahnya Tunjuk, Tabanan.
Semangat Ubah Nasib
Setelah menikah, usia kehamilan istrinya makin membesar. Wahyu mulai berdiam di kampung halamannya, Tunjuk, Tabanan. Dia minta izin ke saya untuk dua minggu di kantor dan dua minggu menemani istri. Saya kabulkan.
Hingga akhirnya Wahyu mengundurkan diri (resign) ketika istri sudah melahirkan. Tak mungkin lagi berkantor di BOC.
Berbekal tabungan dari gaji ketika di BOC, Wahyu beranikan diri buka rental PS3. Setelah empat bulan rental tersebut berjalan, Wahyu mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke BRI untuk bikin warnet. Pinjamannya cukup untuk beli 5 PC saja. Seiring berjalannya waktu nambah jadi 10 PC.
Wow!
Sambil menjaga warnetnya sendiri, Wahyu juga bisnis online. Membuatkan website, jual beli PC dan laptop, gadget, dll yang semua sumbernya dari online.
Sebuah bank nasional, Maybank pernah mengundang Wahyu ke Yogyakarta untuk ikut pelatihan kewirausahaan. Alasannya Wahyu punya omzet tertinggi dari para disabilitas lainnya. Wow lagee!
Wahyu bercerita, seminggu setelah ikut pelatihan dari Maybank, entah dari mana datangnya ada orang mau bikin warnet. Orang itu mempercayakan kepada Wahyu untuk membuatkan lima komputer dan langsung seting jaringannya.
“Setelah itu ada sebuah yayasan dari Lombok meminta bikin webnya. Lalu ada yang rakit komputer lagi dan ada tiga pesanan HP,” Wahyu bercerita mengukir nasibnya.
Saat ini Wahyu terlihat mondar-mandir dari Tunjuk Tabanan ke kantor saya. Dia mengerjakan rakitan komputer dan menjadi tempat datangnya gadget-gadget yang dibeli dari seluruh Indonesia dan belahan dunia luar untuk pelanggannya di Bali. 🙂
Dua Kata Kunci
Well, Wahyu tahun 2003 apakah menyadari nasibnya pada tahun 2019 akan beda? Ingatkah dia pernah putus asa? Ada dua kata kunci yang saya amati yang mungkin orang lain bilang sebagai keberuntungan hidup. Padahal keberuntungan itu berasal dari kata MAU dan GERAK.
Wahyu MAU untuk membuka diri dan GERAK ikut pelatihan. Wahyu MAU untuk tanya ke saya untuk GERAK magang di BOC. Wahyu MAU untuk terima saran saya dan GERAK melamar pacarnya. Wahyu MAU untuk tanggungjawab dan GERAK untuk bekerja.
Wahyu MAU untuk mikir, buat strategi hidup dan GERAK meminjam uang di bank. Wahyu MAU untuk ubah NASIB dengan GERAK kerjakan rakitan komputer, buat web, jual beli gadget, dll yang berkaitan dengan bisnis.
How about me? How about you? Tertampar bukan?
Nasib itu ada di tangan manusia. Takdir ada ditanganNya. [b]