Tiap makanan punya perjalanannya masing-masing.
Begitu pula dengan sebatang cokelat yang kita kasih ke pasangan. Juga secangkir kopi yang kita sesap tiap pagi. Mereka punya cerita sendiri-sendiri dari bibit hingga menjadi menu siap saji di meja makan kita tiap hari.
Dengan kekayaan alam melimpah, Indonesia memiliki banyak tempat produksi makanan-makanan tersebut. Namun, belum banyak yang bisa menjadikannya sebagai sebuah kesatuan daya tarik dari kebun hingga meja makan.
Satu di antara sedikit tempat tersebut adalah Coffee and Cocoa Science Techno Park di Jember, Jawa Timur. Jaraknya hanya 7-8 jam perjalanan dari Denpasar, Bali. Jadi, bisalah jadi salah satu pilihan jika mau jalan-jalan liburan keluar Bali.
Tak hanya sebagai taman belajar,Coffee and Cocoa Science Techno Park di kawasan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia ini juga menarik sebagai tempat wisata.
Coffee and Cocoa Science Techno Park alias Taman Sains dan Teknologi Kopi dan Kakao ini merupakan bagian dari Puslitkoka Indonesia. Lokasinya di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, sekitar 30 menit ke arah barat daya dari pusat kota Jember. Pengunjung harus menggunakan kendaraan pribadi jika mau ke sini karena lokasinya di pedesaan, tak bisa dijangkau dengan kendaraan umum.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) baru meresmikanCoffee and Cocoa Science Techno Park ini pada 20 Mei 2016 lalu. Sebagai tempat yang baru diresmikan,Coffee and Cocoa Science Techno Park ini pun belum dikelola secara khusus atau dipromosikan khusus kepada publik.
“Saat ini kami masih menyiapkan grand design dan rencana pengelolaan yang lebih baik,” kata Sukrisno Widyotomo, ketua panitia peluncuran Coffee and Cocoa Science Techno Park.
Sukrisno yang juga Kepala Bidang Penelitian Kopi Puslitkoka Jember mengatakan sebelum diresmikan sebagai Science Techno Park (STP), Puslitkoka sudah menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI) Kakao pada 2012 dan PUI Kopi pada 2013. Sebagai PUI, Puslitkoka yang berdiri sejak 1 Januari 1911 dengan nama Besoekih Proefstation, telah menjadi tempat riset-riset tentang kopi dan kakao.
Karena tiga tahun terakhir nilainya terus mencapai 1.000, skor tertinggi sebagai PUI, maka Puslitkoka kemudian diusulkan menjadi STP oleh Kementerian Ristek Dikti. “Usulan itu sejalan pula dengan program Nawacita Presiden Joko Widodo, termasuk di dalamnya adalah membangun 100 STP di Indonesia,” Sukrisno menambahkan.
Peningkatan Status
Contoh STP yang sudah terlebih dulu ada di Indonesia adalah Bandung Techno Park yang fokus pada teknologi informasi dan komunikasi serta Solo Techno Park yang fokus di bidang aplikasi praktis industri, seperti tekstil dan otomotif. “Dari tiga STP itu, kami satu-satunya STP di Indonesia yang ditetapkan melalui proses perubahan setelah status sebelumnya adalah PUI,” Sukrisno melanjutkan.
Menurut Sukrisno, peningkatan status dari PUI menjadi STP karena Pusltikoka sudah memiliki kesiapan dari sisi sumber daya manusia dan fasilitas. Saat ini, ada sekitar 30 peneliti kopi dan kakao di Puslitkoka dengan riset-riset berskala internasional maupun pelatih budidaya dan pengolahan kopi dan kakao.
Dari sisi fasilitas, Puslitkoka sudah memiliki sarana pengolahan kopi dan kakao dari hulu hingga hilir, seperti kebun dan pabrik pengolahan cokelat dan bahkan penginapan bagi pengunjung.
“Sebagai STP, Puslitkoka sekarang juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan entrepreneurs di bidang kopi dan kakao,” ujarnya. Para calon wiraswasta baru di bidang kopi dan kakao bisa belajar lebih lanjut di fasilitas-fasilitas Pusltikoka Jember.
Hal penting lain setelah perubahan status tersebut, Puslitkoka pun sekarang harus lebih membuka diri bagi kunjungan-kunjungan dari warga. Dengan luas mencapai 380 hektar, Puslitkoka di Jember bisa menjadi tempat bagus untuk belajar tentang kopi dan kakao, dari kebun hingga siap saji.
Peneliti Diany Faila Sophia Hartatri dan Kepala Urusan Pemasaran Puslitkoka Nur Kholis mengantarkan saya untuk melihat-lihat sebagian tempat yang bisa dikunjungi tersebut. Dari lobi utama kantor Pustlikoka kami menuju kebun percontohan kopi dan kakao melewati jalan selebar kira-kira 6 meter.
Jejeran pohon mahoni (Swietenia macrophylla) berdiri di kanan kiri jalan seperti barisan pasukan yang menyambut kami. Di belakang jejeran pohon mahoni terdapat 20 hektar kebun pecobaan untuk kopi dan kakao. Secara umum ada tiga jenis kebun percobaan (KP) di Pustlitkoka Jember yaitu (KP) Andungsari untuk kopi arabika di ketinggian 100 hingga 1.200 meter di atas permukaan air laut (mdpl) serta KP Kaliwining dan KP Sumberasin untuk kopi robusta dan kakao di ketinggian 45 hingga 550 mdpl.
Lokasi kantor Puslitkoka dan Coffee and Cocoa Science Techno Park sendiri di ketinggian sekitar 45 mdpl. Namun, karena lokasinya yang di pedesaan dan dikelilingi berbagai tanaman umur panjang, maka suasana relatif sejuk. Suhu berkisar di bawah 25 derajat celcius sehingga amat nyaman untuk kegiatan di luar ruangan (outdoor).
Di kebun-kebun percontohan, pengunjung bisa melihat bagaimana riset-riset tentang kakao dan kopi sedang dilakukan. Dua di antaranya adalah pengembangan dua klon kakao baru yaitu Manasa dan Hanasa yang ditemukan peneliti Puslitkoka. Menurut Nur Kholis, dua klon unggul ini belum resmi diluncurkan karena masih dalam tahap pengujian multilokasi. Istilahnya masih klon baru harapan.
Instagramable
Kegiatan on farm lain yang bisa dinikmati di kebun-kebun percontohan adalah praktik budidaya kakao termasuk sambung pucuk dan sambung samping, pengendalian hama penyakit, tumpang sari, serta pupuk organik hasil pengolahan limbah kakao dan kopi. “Kami menerapkan konsep zero waste. Semua limbah bisa diolah untuk digunakan kembali,” kata Faila.
Kontur datar di kebun percontohan memudahkan pengunjung jika ingin masuk kebun dan melihat budi daya kopi dan kakao lebih dekat. Pemangkasan dan perawatan rutin membuat kebun maupun tanaman kopi dan kakao juga terlihat rapi. Enak dilihat dan difoto. Bahasa kekiniannya, instgramable.
Dari kegiatan di kebun pengunjung bisa melihat proses pascapanen alias off farm. Puslitkoka memiliki berbagai fasilitas pascapanen yang terbuka untuk dikunjungi, seperti penjemuran, tempat fermentasi, pembuatan mesin, sampai pembuatan kopi dan cokelat siap saji.
Karena belum musim panen kopi dan kakao, maka kami belum bisa melihat proses penjemuran ataupun fermentasi. Namun, Faila mengajak saya melihat pengolahan cokelat sehingga menjadi produk siap saji. Ruang pengolahan ini harus steril dan higienis. Pengunjung harus memakai sandal, jaket, dan penutup kepala khusus untuk menjaga kebersihan ruangan.
Di dalamnya, petugas mengolah biji kakao kering dengan kadar air 7 persen yang sudah difermentasi. Biji kakao kemudian disangrai, digiling, dan ditempa. Hasil penempaan berupa dua produk utama kakao yaitu bungkil kakao yang diolah menjadi cokelat bubuk dan lemak kakao yang dicampur dengan aneka bahan lain, seperti susu dan gula, sehingga menjadi cokelat siap makan.
Hasil akhir dari ruang pengolahan kakao ini ada yang berupa cokelat bubuk, biasanya untuk bahan minuman cokelat ataupun kue-kue, dan cokelat batangan (bar) ataupun permen.
Jika ingin menikmati semua hasil akhir pengolahan kopi dan kakao menjadi produk siap saji tersebut, ada outlet pula di bagian akhir kunjungan. Outlet ini menjual aneka produk kopi, seperti kopi ginseng dan kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Adapun cokelatnya mulai dari bubuk hingga dark chocolate.
Outlet ini menjadi semacam penutup untuk melihat bagaimana proses pengolahan kopi dan kakao dari hulu sampai hilir. Tidak hanya untuk orang awam tapi juga para pengusaha yang ingin belajar bisnis. Karena itulah, diCoffee and Cocoa Science Techno Park Puslitkoka Jember ini juga terdapat ruang inkubasi bagi wiraswasta yang ingin berbisnis kopi dan kakao.
Dengan semua fasilitasnya,Coffee and Cocoa Science Techno Park di Puslitkoka Jember bisa menjadi pilihan tepat untuk liburan sekaligus belajar tentang kopi dan kakao. Apalagi kita bisa melihat dan menikmati langsung hasil olahan dua komoditas internasional itu. [b]