Ruang ini bukan kantor, bukan pula perpustakaan umum.
Ruang ini disebut coworking space. Orang dari beragam latar belakang datang untuk bekerja sekaligus menambah jaringan.
Dulu, konsep kerja paling umum adalah di dalam ruangan dan bersekat-sekat. Namun, beberapa tahun belakangan konsep ini mulai bergeser berkat jaringan internet yang semakin cepat. Banyak orang mulai beralih profesi menjadi pekerja lepas sehingga tidak bergantung pada kantor.
Kebanyakan para pekerja lepas memilih bekerja di rumah atau kafe. Memang terasa menyenangkan, tapi pilihan tempat bekerja itu mengurangi kesempatan bersosialisasi. Inilah awal mula lahirnya konsep coworking space.
Sebuah konsep bekerja dan berbagi ruang bersama, meskipun bukan berasal dari perusahaan atau pekerjaan yang sama. Konsep ini memang telah populer di dunia barat sekitar tahun 2010.
Konsep ini pun mulai dikenal di Indonesia, termasuk di Bali. Beberapa coworking space mulai bermunculan, salah satunya Kumpul Coworking Space.
Ide pendirian Kumpul berawal dari pengalaman kerja Dennis Alund dan Faye Scarlet Alund di sebuah organisasi non-profit di Zimbabwe. Saat itu mereka bekerja bersama banyak orang dalam satu kantor yang fasilitasnya terbatas.
“Meski fasilitas kantornya minim, tapi kok seru ya. Jadi lebih punya banyak kesempatan untuk ngobrol dan lebih banyak belajar satu sama lain,” ungkap Faye.
Sekitar tujuh tahun lalu, Dennis dan Faye berandai-andai membangun kantor yang dapat berbagi ruang kerja dengan banyak orang dari beragam latar belakang pekerjaan. Pada saat itu, mereka belum mengetahui istilah coworking space. Selain itu, keduanya masih tersita pada pekerjaan masing-masing.
Awal tahun 2014, waktu dan kesempatan untuk mewujudkan ide coworking space itu akhirnya datang. Dennis dan Faye mulai melakukan penelitian dan menemui banyak orang yang telah lebih dulu menjalankan bisnis ini.
“Setelah tahu term-nya coworking space, kita mulai cari tempat. Kita pikir Denpasar yang paling pas karena di sini pusatnya komunitas lokal,” jelas Faye.
Pertemuannya dengan Ayip Budiman, pendiri Rumah Sanur pun menjadi pembuka jalan bagi ide coworking space ini. Kumpul Coworking Space resmi dibuka pada 1 Maret 2015 dan menjadi bagian dari Rumah Sanur, Jalan Danau Poso 51A, Denpasar. Lalu, mengapa memilih nama Kumpul?
“Ide nama Kumpul berasal dari Dennis. Menurut dia, itu sebuah kata yang mudah diingat dan pronounciation-nya juga mudah,” jelas Faye.
Fasilitas dan Jaringan
Kumpul menyediakan ruang kerja berupa meja dan kursi, TV LCD serta akses internet yang sangat cepat (up to 10 mbps). Demi menciptakan suasana yang nyaman bagai di rumah sendiri, Kumpul juga memiliki fasilitas pantry. Anggota Kumpul bebas menikmati seluruh fasilitas pantry, seperti air minum, kopi, teh, makanan ringan, hingga microwave.
Dennis dan Faye akan terus mengembangkan fasilitas Kumpul sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Untuk itu, mereka tak segan berbincang dan berdiskusi tentang fasilitas Kumpul. Terkadang, anggota Kumpul ikut menyumbang fasilitas baru, seperti hammock dan playstation. Fasilitas ini dapat digunakan bersama-sama dengan anggota Kumpul lainnya.
“Kumpul is a platform, kamu (anggota Kumpul) perlu untuk membangun di sini,” ujar Dennis.
Tak hanya ruang kerja, Kumpul juga menyediakan video call booth bagi yang ingin melakukan panggilan video tanpa gangguan. Kumpul juga memanfaatkan balkon untuk berbincang dan bersantai.
Yang terpenting adalah teman kantor! Tak perlu takut kehilangan rekan kerja, jika menjadi anggota coworking space. Bahkan teman kantor menjadi tidak terbatas.
Para anggota Kumpul kerap menghabiskan waktu bersama seperti makan siang dan nonton film. Salah satu yang menarik, ketika mereka menonton film Star Wars bersama ke bioskop dan berdiskusi tentang film itu di balkon Kumpul.
Kumpul turut menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas. Komunitas-komunitas ini kerap menggelar kegiatan di Kumpul. Hal ini menjadi ajang pertemuan antara anggota Kumpul dan komunitas.
Inilah kelebihan coworking space menurut Dennis. Sebagai seorang programmer, Dennis memang harus fokus bekerja depan komputer sepanjang waktu. Tapi, ia juga merasa perlu untuk bersosialiasi di sela-sela pekerjaannya, terutama dengan sesama anggota coworking space.
“Ini menjadi tanggung jawab dari coworking space, kami bertindak sebagai host yang menghubungkan antaranggota biar nggak canggung,” ungkap Dennis.
Persaingan dan Harapan Tahun 2016
Coworking space sangat populer di Bali pada tahun 2015. Menurut Tech in Asia, ada 7 coworking space di Bali dan berpusat di Bali selatan. Apa Kumpul tak merasa tersaingi?
“Saingan kami bukan coworking space lain, tapi bekerja dari rumah dan kafe,” ujar Dennis.
Kumpul memang membangun jejaring dengan coworking space lainnya di Bali dan di Indonesia. Mereka adalah rekan seperjuangan untuk menyebarluaskan gerakan bekerja bersama atau coworking movement.
Setiap orang memang bisa memilih tempat bekerja yang paling nyaman untuk diri sendiri. Kursi di rumah boleh jadi lebih nyaman. Fasilitas di rumah bisa jadi lebih lengkap. Kopi di kafe juga terasa lebih nikmat. Tapi, coworking space seperti Kumpul dapat menjadi pilihan untuk bekerja dengan fokus sekaligus menambah jejaring.
Sepanjang 2015, Dennis dan Faye fokus mengenalkan konsep coworking space kepada masyarakat lokal. Meskipun awalnya anggota Kumpul didominasi warga asing, seiring berjalannya waktu warga lokal juga mulai memanfaatkan kesempatan berjejaring di Kumpul. Kini, jumlah anggota Kumpul baik lokal maupun asing sudah seimbang.
“Tahun ini target Kumpul sudah melebihi apa yang kita mau. Sekarang komunitas udah mau bikin apa-apa sendiri,” jelas ibu dari Maya dan Sara ini.
Kumpul hadir untuk menghubungkan dan menyeimbangkan komunitas lokal dan asing. Tak dapat dipungkiri, ada jaringan warga asing yang bergitu kuat di Bali. Menurut Faye, masing-masing komunitas baik warga lokal maupun asing juga ingin berkenalan dan bertukar pengalaman. Tapi, mereka tidak tahu bagaimana, di mana dan kapan. “Maka dari itu, datanglah ke Kumpul,” ujar Faye.
Tahun 2016, mereka ingin menambah jumlah anggota Kumpul dan menjalin kemitraan untuk
memajukan enterpreneurship. Kemitraan ini dilakukan untuk mendukung tumbuhnya kewirausahaan dan bisnis kecil, dari segi penelitian, bisnis inkubator, acara yang skalanya lebih besar.
“Kami bikin coworking space bukan karena kesempatan cari duit, tapi bikin sesuatu yang punya nilai, menjadi penghubung antara investor dan enterpreneur,” tutur Faye.
Semangat coworking adalah kolaborasi. Tak hanya dengan anggota dan komunitas, Kumpul juga berkolaborasi dengan coworking space lain. Bahkan Dennis dan Faye sangat terbuka untuk membagi pengalaman untuk mereka yang juga ingin mendirikan coworking space. Mereka tak takut tersaingi karena setiap coworking space memiliki komunitas, lokasi, budaya yang berbeda.
Informasi lebih lengkap kunjungi situs www.kumpul.co. [b]