Kamis pekan lalu kami melakukan survei lokasi di Bukit Mundi, Nusa Penida.
Tujuannya untuk melihat lokasi di sekitar Pura Puncak Mundi yang akan sedianya ditanami bunga kembang kertas. Acara Forum Krama Muda Nusa Penida rencananya dihadiri Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
Kami yang melakukan survei adalah saya sendiri, I Nyoman Widana, I Wayan Suarbawa, Mank Jarot, Yana Nice beserta dua orang prajuru Pura Puncak Mundi masing-masing I Gede Sidra selaku Kelian Banjar Rata dan I Wayan Sukla Pengurus Pengempon Puncak Mundi.
Setelah beberapa melihat lokasi dan berdiskusi dengan prajuru Pengempon Pura Puncak Mundi, disepakati kembang kertas yang akan ditanam oleh Forum Krama Muda Nusa Penida beserta siswa SMA, SMK dan SMP di empat lokasi. Mereka berada di sekitar areal pura Puncak Mundi yakni di antara wantilan dengan Pura Dalem Krangkeng, di sebelah selatan wantilan Pura Puncak Mundi, di dekat baling-baling Listrik tenaga angin dan dekat Pura Beji Mundi.
Setelah istirahat beberapa lama di dekat Pura Beji, terlihat di jalan ada empat orang bule menuju Pura Beji. Menurut Pak Sukla jalan itu buntu, tapi banyak bule yang sering kesana. Alih-alih penyebabnya did ekat pura Beji Puncak Mundi ada tanggul sebagai tanda yang dibuat dari zaman Belanda.
Tanda tersebut diyakini sebagai titik tertinggi Pulau Nusa Penida. Kami bertujuh pun penasaran akan hal itu.
Kami pun bergegas menuju lokasi. Persis di samping sebelah selatan Pura Beji Puncak Mundi ada balok yang terbuat dari beton berukuran 0,5 x 0,5 meter setinggi satu meter. Setelah diamati dengan saksama, ternyata di balok beton titik tertinggi ini tersebut tertulis Bahasa Belanda dengan tanda tahun 1913. Selain itu ada tulisan lain dengan tahun 1977. Selain tanda tersebut bagian paling atas balok beton, yana menemukan lepengan tembaga berbentuk bulat yang berisi tulisan “Tanda Geodesi, Jangan Dirusak”.
Di tempat itu kami berbincang-bincang dengan kelian Banjar Rata yang ikut serta di sana. Ia mengatakan sekitar tahun 1977 ada lima kali helikopter turun di lokasi ini. Setelah dikejar penduduk setempat, helikopter tersebut kembali terbang menghindar.
“Biasanya ia datang pada malam hari. Pada suatu ketika orang yang menaiki helikopter sempat hampir berhasil mengangkat tanggul sehingga tanggul tampak miring,” ujar I Gede Sidra. Oleh masyarakat, karena tanggul ini miring maka diperbaiki dan disemen agar tidak roboh.
Ketika ditanya apa kira-kira yang dicari oleh orang yang naik helikopter, Wayan sukla menjawab bahwa menurut para tetua di sini tersimpan harta karun gaib dan diyakini di sini ada keker (ayam hutan) emas.
Titik tertinggi ini pula dulunya adalah sumber mata air yang merupakan titik paling tinggi di Pulau Nusa Penida. Mendengar cerita pak Sukla seperti itu saya berkelakar, “Wah bisa nih di sini dibangun patung terbesar Ki Dujuh Jumpungan “leluhur Sakti dan multitalenta” orang Nusa Penida seperti ide Pak Bupati I Nyoman Suwirta.”
Nyoman Widana menimpali, bagaiamana cara membuat patung wajahnya. Mendengar celotehan Widana, Pak Sukla menjawab itu harus melalui penerawangan spiritual. Semua tertawa mendengar percakapan itu.
Setelah selesai melakukan survei dan perencanaan penanaman kembang kertas lain kami pun bergegas pulang.
Sepulang dari Puncak Mundi, pengalaman tentang helikopter pemburu harta karun dan keker emas itu saya ceritakan pada I Wayan Katon, paman saya. Mendengar cerita tersebut, ia pun terkaget-kaget. Karena sekitar tahun 1977 di mana waktu helikopter turun di Puncak Mundi, ternyata beberapa kali juga turun helikopter di Pura Batu Mas Kuning.
Awalnya yang menanyakan tentang Goa. Tapi ujung-ujungnya tujuannya sama, ingin mencari emas yang terlihat di Pura Batu Mas Kuning dari kejauhan. Selain itu, orang yang turun dengan helikopter itu juga menggunakan kapal laut. Mereka pun memburu keker emas.
Karena keker emas susah-susah gampang ditangkap, rombongan pemburu ini menggunakan keker biasa sebagai umpan. Akhirnya keker emas bisa ditangkap dan dibawa menggunakan kapal laut menuju Jakarta. Tapi ditengah laut, kapal yang membawa keker emas itu terus menerus disambar petir yang tidak henti-henti seolah memburu kapal laut tersebut.
Karena ketakutan kapalnya tenggelam. Keker emas yang telah ditangkap dikembalikan ke tempat semula dan menghilang secara gaib. Peristiwa di tahun 1977 itu, menurut I Wayan Katon sempat dimuat disebuah koran. “Waktu peristiwa itu saya masih menjadi Kepala Dusun semaya,” kenang Katon.
Lebih lanjut I Wayan Katon yang juga sebagai pemangku Pura Segara Batu Mas Kuning menyebutkan Puncak Mundi dengan Pura Batu Mas Kuning erat kaitannya. Karena menurut babad Nusa Penida ratu Nusa Penida berstana di Puncak Mundi bergelar Ratu Mas Meketel dan di Pura Batu Mas Kuning sampai sekarang setiap menguncarkan mantra pemangku memuja ide Ratu mas meketel Mas megedah.
Sambil menerawang ke masa lalu di Nusa Penida, ia pun berujar Pulau Kita Nusa Penida banyak menyimpan misteri gaib. Menurut Katon karenanya kita tidak boleh menyepelekan dan selalu menjaga Pulau Nusa Penida agar kegaibannya tetap menjaga pulau ini dari bencana dan mara bahaya.
Keesokan harinya karena masih penasaran, saya menanyakan hal ini kepada beberapa tetua lain di Semaya. Dari para Tetua, I Nyoman Badra membenarkan bahwa di Pura Batu Mas Kuning banyak orang mengincar emas. Bahkan ia mengatakan pada tahun 1999 ada beberapa orang dari daratan Bali mencari Kepiting emas di Pura Batu Mas Kuning.
Sedangkan terkait titik tertinggi di Puncak Mundi, Badra mengatakan bahwa titik tertinggi tersebut ada dua di Nusa Penida. Satu titik tertinggi di sebelah barat di Puncak Mundi dan titik tertinggi di sebelah timur Nusa Penida ada Pura Tunjuk Pusuh.
Ada yang mau menambahkan cerita ini? Silakan dikomen. [b]
Comments 1