Bentara Budaya Bali kembali menggelar acara Bali Tempo Doeloe.
Acara ini secara khusus menghadirkan film-film dokumenter perihal kondisi pulau Bali pada awal abad ke-20. Seri kelima Bali Tempo Doeloe kali ini mengambil tajuk “Gema Gamelan Bali ke Masa Depan”. Acara digelar pada Sabtu, 23 November 2013, pukul 18.30 Wita di Bentara Budaya Bali (BBB) Jalan Prof. Ida Bagus Mantra 88 A, By Pass Ketewel, Gianyar.
Seni gamelan Bali telah berkembang pesat, bahkan mulai dikreasikan dalam langgam modern. Gamelan Bali umumnya menggunakan laras tradisi pelog ataupun slendro, dan ditampilkan pada saat ritual-ritual upacara maupun sebagai pengiring tari.
BBB kali ini mengetengahkan beberapa film terpilih dari Colin McPhee, seorang komposer Barat pertama yang melakukan studi etnomusikal tentang gamelan Bali, di antaranya seri Taboeh-taboehan yang terdiri dari 3 komposisi, yakni Pamoengkah, Gambangan, Taboeh Telu, serta komposisinya yang digubah dalam berbagai orkestra, Nocturne.
Acara yang terbuka untuk umum dan tidak mengenakan biaya bagi peserta (gratis) ini juga akan dimaknai dengan sesi diskusi bersama komposer Wayan Gde Yudane yang akan mengulas tentang perubahan seni gamelan, berangkat dari upaya Colin McPhee yang memadukan antara langgam tradisi dengan modern.
“Selain mencoba mengingatkan kita pada sejarah dan perkembangan gamelan dari masa ke masa, Bali Tempo Doeloe kali ini akan mengajak kita mengetahui makna filosofis yang terkandung dalam ragam komposisi musikal gamelan serta mencermati tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian kesenian ini,” ujar Putu Aryasthawa, staf Bentara Budaya Bali.
Colin McPhee lahir di Kanada, 15 Maret 1900. Kedatangannya ke Bali terpicu oleh keterpukauannya terhadap komposisi ansambel gamelan pada salah satu rekaman pada tahun 1931. Sebuah publikasi di UCLA (University of California-Los Angeles) menyebutkan bahwa ia melakukan riset intensif mengenai ragam ansambel gamelan di beberapa daerah Bali, dan menjadikan rumahnya sebagai pusat studi musikal, suatu ruang edukasi bagi anak-anak setempat guna mempelajari gamelan dan tari.
Bersama istrinya, Jane Belo, mahasiswi antropologi Margared Mead, ia menelusuri kemungkinan penciptaan musik baru, yang kemudian menjadi salah satu cikal bakal world music yang berkembang belakangan ini.
McPhee menciptakan beberapa nomor musikal yang berangkat dari khazanah kebudayaan Bali, di antaranya Taboeh-taboehan (1936)dan Symphony No.2 (1957). Selain mencipta komposisi musik, ia juga menerbitkan buku mengenai Bali antara lain Music in Bali (1966), dan House of Bali (1946) sebuah kisah mengenai pengalaman residensinya di pulau ini. Sejak tahun 1958, ia menjadi profesor dalam bidang etnomusikologi di UCLA.
Wayan Gde Yudane, lahir di Kaliungu, Denpasar, menghasilkan karya musik konser, teater, instalasi maupun film. Meraih penghargaan Melbourne Age Criticism sebagai Creative Excellent pada Festival Adelaide, Australia (2000) berkolaborasi dengan Paul Gabrowsky; Penghargaan Helpman sebagai Musik Orisinal Terbaik, Adikara Nugraha dari Gubernur Bali sebagai Kreator Komposisi Musik Baru (1999).
Yudane pernah tampil di Festival Jazz Wangarata, Australia (2001), keliling Eropa dengan Teater Temps Fort, Grup France and Cara Bali, juga Festival Munich dan La Batie. Karyanya: musik film ‘Sacred and Secret’ (2010), Laughing Water and Terra-Incognita, dan Arak (2004), serta sebagainya. [b]