Tidak kurang dari 21 tsunami akibat gempa bumi tektonik menerjang Indonesia sejak tahun 1991 hingga 2012. Upaya mitigasi pra-bencana giat dibangun. Tidak hanya membangun mental, tetapi juga infrastruktur siaga bencana.
Membangun infrastruktur benteng pengaman gelombang tsunami di pesisir Indonesia bukanlah perkara mudah. Biaya tinggi dan benturan kepentingan pemanfaatan kawasan pesisir adalah hal rumit yang hampir tidak bisa terurai. Terlebih di Pulau Bali di mana kawasan pesisir memiliki nilai ekonomis, jantung perekonomian pariwisata dan tempat konservasi yang harus lestari.
Pertanyaan muncul ketika dihadapkan akan resiko bencana Tsunami di pantai selatan pulau Bali seperti Kuta, Kedonganan, Jimbaran, Padang-Padang, Labuan Said, Uluwatu, Nusa Dua, hingga Teluk Benoa. Kemana akan lari? Ke mana akan mengevakuasi diri?
Risiko bencana Tsunami bukan nihil di kawasan tersebut. Pada 2 Juni 1994 Tsunami menerjang Banyuwangi Jawa Timur dengan ketinggian gelombang 14 meter, meskipun berdasarkan pemodelan kembali, gelombang Tsunami yang mencapai pantai-pantai selatan Bali tidak merusak. Pantai selatan Bali berhadapan dengan zona penunjaman lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia yang dapat memproduksi gempa bumi berpotensi tsunami kapan saja. Risiko Tsunami juga muncul dari jatuhan benda langit berukuran besar di perairan.
Sebuah kawasan tinggi perbukitan di bagian paling selatan pulau Bali menjadi titik mitigasi tsunami yang hampir sempurna, adalah Bukit Jimbaran. Bukit Jimbaran oleh warga lokal juga dikenal dengan Bukit Ungasan. Topografi yang berbukit tinggi dan bertebing pada garis pantainya adalah sebuah benteng alami dari terpaan gelombang Tsunami.
Pengukuran Global Positioning System terhadap ketinggian tebing menunjukkan tebing di Pantai Jimbaran mencapai ketinggian 31 meter. Tebing Pantai Dream Land mencapai ketinggian 33 meter. Tebing Pantai Balangan mencapai ketinggian 44 meter. Dan tebing Pantai Selonding pada titik paling selatan mencapai ketinggian 165 meter.
Dari pemodelan Tsunami yang dibangkitkan oleh gempabumi berkekuatan 8.0 SR, gelombang tsunami akan mencapai Pantai Selonding dalam waktu 16 menit dengan ketinggian gelombang minimal 3 meter. Mencapai pantai Bali Cliff dalam waktu 16 menit dengan ketinggian gelombang minimal 3 meter. Mencapai pantai Dreamland dalam waktu 25 menit dengan ketinggian gelombang minimal 3 meter.
Waktu yang minim tersebut dapat sangat berguna untuk menyelamatkan diri dengan mengevakuasi massa dari pantai –pantai terluar seperti Kedonganan, Jimbaran, Balangan, Dream land, Labuan Said hingga Nusa Dua dan Benoa ke Bukit Jimbaran. Benteng Bukit Jimbaran alami bertopografi tinggi dan kuat menahan gempuran gelombang.
Masalah terakhir adalah padatnya lalu lintas kawasan dan alih fungsi tebing untuk pembangunan akomodasi wisata. Membangun akomodasi wisata dengan mempertahankan topografi tebing adalah bijaksana. Untuk Mitigasi Tsunami. [b]