Kita akan disuguhi panorama yang mungkin tidak dapat ditemukan di daerah lain di Indonesia.
Pemandangan hijau hutan bakau di sisi utara, serta hamparan jalan tol di atas perairan Tanjung Benoa di sisi selatan. Di depan kita terdapat beberapa perahu nelayan dengan berbagai aktivitas mereka. Hal yang membuat suasana di lokasi wisata ini berbeda adalah pemandangan pesawat melintas dalam jarak dekat di atas bandara setiap beberapa menit sekali. Mereka meninggalkan suara deru pesawat-pesawat ini
Begitu Anda sampai di Bandara Ngurah Rai, saat akan berlibur ke Bali wisata apa yang terpikirkan di dalam kepala Anda? Tentulah terlintas pantai Kuta dengan pemandangan matahari terbenamnya, Jimbaran dengan kuliner berbagai jenis sea food dan Tanjung Benoa dengan panorama pantai indahnya. Tempat-tempat ini telah memiliki nama besar sebagai daerah tujuan utama wisata di Bali.
Pada ulasan artikel ini saya akan mengajak pembaca untuk mengintip satu daerah tujuan wisata yang akan segera diliris, letaknya yang tepat di depan bandara ngurah rai bali dan disamping jalan Tol diatas Perairan ini memiliki keistimewaannya tersendiri.
Untuk mencapai lokasi Ekowisata Bakau di Desa Tuban ini, dari Jalan By Pass Ngurah tepat 300 meter sebelum lampu merah yang menuju Bandara Ngurah Rai masuk ke kiri jalan kecil yang menuju ke kawasan hutan Bakau Desa Tuban. Begitu memasuki jaan ini, kita akan disambut oleh patung ikon ekowisata desa ini yaitu kepiting Bakau. Untuk menuju lokasi ekowisata ini kita perlu menyusuri jalan yang dibuat diatas air payau. Begitu masuk,kita akan disuguhi panorama yang tidak dapat ditemukan di daerah lain di Indonesia. Dengan pemandangan hijau hutan Bakau di utara, serta hamparan jalan tol diatas perairan tanjung benoa, di depan kita terdapat beberapa perahu nelayan dengan berbagai aktifitas mereka dan yang membuat suasana di lokasi wisata ini berbeda ialah, pemandangan pesawat yang melintas dalam jarak dekat di atas bandara setiap beberapa menit sekali bersama suara deru pesawat – pesawat ini.
Kawasan ekowisata hutan manggrove di desa tuban ini,pengelolaan dan pendiriannya tidak lain ialah nelayan ysng terdapat di desa Tuban yang tergbung ke dalam kelompok nelayan Wanasari. Rencananya pembukaan Eowisata ini akan dilakukan pada bulan Septmber tahun ini. Meskipun belum dibuka secara resmi, namum warga sekitar sudah banyak mengunjungi ekowisata ini, untuk sekedar memancing dan piknik bersama keluarga di tengah balai yang didirikan diatas.
Munculnya ide pembuatan ekowisata hutan Bakau ini berawal dari gagasan sejumlah nelayan yang ingin mencari alternatif lain dalam mata pencaharian, nelayan di desa tuban ini yang mana mereka merasakan semakin sulit untuk hidup hanya bergantung pada profesi sebagai nelayan penangkap ikan saja. Dengan potensi hutan Bakau luas yang terdapat di desa tuban ini, memunculkan ide untuk membuat ternak kepiting Bakau, yang merupakan salah satu kuliner favorit bagi wisatawan di Bali. Dua warga desa Tuban Made Sumiasa selaku ketua dan Agus Sudiana sebagai sekretaris kelompok nelayan di Desa Tuban ini mempelopori dalam penelitian yang bekerja sama dengan beberapa nelayan lainnya mengenai kepiting Bakau. Penelitian selama satu tahun ini berhasil mengembangkan kepiting Bakau, jejak mereka diikuti oleh nelayan-nelayan lainya. Setelah keberhasilan pengembangan kepiting ini, muncul ide untuk mengembangkan kawasan Bakau ini dijadikan sebagai kawasan ekowisata bagi pendidikan dan pelestarian hutan Bakau.
Ide ekowisata ini akhirnya terealisasi atas usaha kelompok nelayan Wanasari, bantaun dari Pemerintah Kabupaten Badung serta program bantuan Corporate Social Responsibility ((CSR) dari Pertamina. Pengelolaan Ekowisata Bakau ini dikelola secara swadaya oleh kelompok nelayani ini, mereka juga membangun fasilitas ini bersama. Untuk rencana pengelolaan kedepannya Ekowisata ini akan dikelola melalui pembentukan lembaga koperasi besama yang beranggotakan seluruh anggota kelompok nelayan Wanasari. Manajemen koperasi dilakukan oleh para istri nelayan.
Seperti yang dikatakan oleh Agus Diana selaku Sekretari Kelompok Nelayan Wanasari, Meskipun saat ini fasilitas yang dimiliki oleh ekowisata Bakau ini masih sedikit, kedepannya Ekowisata ini akan menambahkan berbagai fasilitas untuk mendukung paket wisata yang akan disediakan disini, seperti wisata pendidikan mengenai hutan Bakau beserta manfaatnya, penanaman bibit pohon Bakau, pengenalan dan pelatihan pembibitan kepiting Bakau melalui pembuatan keramba fasilitas memancing dan berbagai paket tur kawasan hutan Bakau. Rencananya kawasan ekowisata hutan Bakau di desa tuban ini akan resmi dibuka pada akhir bulan September tahun ini, meskipun belum dibuka warga sudah dapat menikmati kawasan ini hanya dengan membayar kontribusi sebesar Rp 3.000 rupiah. Bagi anda yang bosan dengan kuta dan jimbaran patut mencoba ekowisata ini, dan jangan lupa untuk membawa alat pancing, atau jika anda tidak suka memancing anda bisa juga membeli kepiting Bakau kualitas terbaik hasil tambak kelompok nelayan wanasari.
“Untuk mencapai lokasi Ekowisata Bakau di Desa Tuban ini, dari Jalan By Pass Ngurah tepat 300 meter sebelum lampu merah yang menuju Bandara Ngurah Rai masuk ke kiri jalan kecil yang menuju ke kawasan hutan Bakau Desa Tuban”
Ini maksudnya dari Utara atau Selatan? Kalau dari Utara/Simpang Siur, 300m sebelum lampu merah berarti jalan masuknya setelah deratan ruko?
Maksud ditulisan ini arahnya dari utara, 🙂
Iya setelah deretan ruko ada candi bentar warna putih di depannya terdapat patung kepiting, disanalah tempatnya masuk kejembatan kayu di depan hutan bakau,
Tepat disamping jalan tol diatas laut itu.