MUBAZIR!! Mungkin itu salah satu kata tepat ketika melihat monumen Asian Beach Games 2008.
Museum ini terletak di sebelah utara Lapangan Lumintang, Denpasar di sebuah lapangan di area Taman Kota Denpasar. Kalau tidak salah monumen tersebut dibuat selain untuk memperingati Asian Beach Games 2008 yang waktu itu diselenggarakan di Bali juga panel penghitung mundur acara olahraga tersebut. Di sana bisa dilihat ada tulisan “Days”, “Hour”, “Minute” dan “Sec” yang tentunya pada waktu itu merupakan monumen keren bagi saya.
Selain terdapat panel penghitung mundur, wujud monumen tersebut juga terdapat sentuhan modern baik dari warna maupun fasadnya. Sesuatu yang sangat jarang saya jumpai di Bali. Apalagi monumen tersebut dibuat pemerintah yang biasanya sangat ketat dalam penggunaan sentuhan Arsitektur Tradisional Bali pada suatu bangunan. Tanya kenapa. 🙂
Setelah even olahraga tersebut selesai pada akhir Oktober 2008 dan Indonesia menjadi juara umum, saya pun bertanya-tanya monumen Asian Beach Games itu mau diapain? Setiap saya melewati monumen tersebut, saya bergumam dalam hati, “Ah, mungkin tahun depan baru direvitalisasi lagi, menunggu APBD atau apalah namanya.”
Setelah bertahun-tahun, kok monumennya tak diapa-apain. Dibersihkan pun tidak. Banyak coretan cat pylox dan lumut di bagian bawah monumen.
Lalu sebuah ide nyangkut di pikiran saya. Bagaimana kalau monumen tersebut dijadikan patokan waktu untuk daerah Denpasar dan sekitarnya. Misalnya memakai GMT (Greenwich Mean Time), jadi ya waktu GMT ditambah 8 jam (untuk WITA) sekalian menitnya juga disamakan. Jadi kita masyarakat Denpasar punya patokan waktu, dan tidak ada lagi perbedaan waktu diantara masyarakat Denpasar. Hal ini bisa juga membuat kita lebih disiplin dengan waktu. 🙂 [b]
Teks dan foto dari blog Nyoman Surya Indradi.
Kalau boleh tanya, sebelumnya ada ga tempat sebagai patokan waktu di Denpasar yang masih aktif sampai sekarang? karena memang terjadi perbedaan waktu di masyarakat kita, wlaupun cuma beberapa menit, tpi itu kan berharga sekali.
Maaf baru sempat membalas bli Made. Sepertinya memang tidak ada patokan waktu di Denpasar. Walaupun ada, pemerintah tidak mensosialisasikan setau saya.