Customers only care with their problem! Sell the problem you solve!
Ketika punya masalah, pembeli akan mencari produk untuk menuntaskan masalahnya. Ternyata banyak merek produk itu di pasaran. Maka dia akan memilih merek berdasarkan harga, kualitas, reputasi dan bahkan kesukaan.
Contoh, pelanggan lapar di tengah malam. Ini masalah. Untuk tuntaskan masalahnya, dia ingin makanan cepat saji agar tidak repot dan cepat masuk perut. Dia pergi ke toko tetangga. Adanya hanya mie instan dan telor.
Ternyata banyak merk di sana namun dia tidak menjumpai merek kesukaannya, Indomie. Adanya Mie Sedap dan Mie Mewah. Dua mie itu punya kualitas dan reputasi yang sama. Namun beda harga. Lebih murah Mie Sedap.
Pembeli melihat uang yang dibawanya cuma Rp 5.000. Maka terbelilah mie sedap + 1 telor. Masalah selesai!
Contoh kasus di atas, Indomie terindikasi bermasalah di jalur distribusi. Produknya kosong di warung tetangga. Padahal ketersediaan (stock) adalah krusial. Bila hilang atay habis di pasaran, akan kehilangan potensi omzet. Pada perusahaan besar, sales marketingnya akan dapat hukuman jika membiarkan produknya kosong atau habis di sebuah warung.
Contoh lain, bagaimana sebuah merek berusaha selesaikan masalah dan berusaha bidik segmen customer tertentu?
Lion Air? Kebutuhan terbang murah. We make people fly. Segmen menengah ke bawah.
Garuda? Terbang on time & fasilitas. The Airline of Indonesia. Segmen menengah ke atas.
Aqua? Kebutuhan air kemasan. Kebaikan Alam Kebaikan Hidup. Segmen? Bandingkan dgn merk lain.
Teh Botol Sosro? Menikmati teh dengan praktis. Tapi kenapa sekarang ada kemasan botol plastik?
GoJek? Grab? Uber? … jawab sendiri.
Kopiko? Waktu ngopi yang buang waktu. Gantinya ngopi, permenin aja!
Energen? Masalah sarapan yang buang waktu. Dia hadir dengan sarapan yang instan!
L-Men? Masalah obesitas. Mau sixpack dengan instan.
Pasak Bumi? OnClinic? Masalah lemah syahwat. Hehehe..
Begitu banyak masalah yang ingin diselesaikan manusia. Mereka tidak bisa pecahkan sendiri. Merekalah calon pelanggan Anda. Tinggal siapkan produk yang bisa tuntaskan masalah. Proses selanjutnya tinggal menentukan segmen pasar atay target pembeli.
Membangun kualitas dan reputasi sehingga produk Anda tertanam di benak pelanggan. Ujung-ujungnya adalah kesukaan. Produk Anda jadi kesukaan pelanggan.
Pemikiran selanjutnya adalah siapkan jalur distribusi, amankan sumber daya produksi, manajerial tim kerja dan lain sebagainya.
Semua hal tersebut ada di Smart Business Map (SBM). SBM adalah modul akselerasi bisnis yang berisikan pengetahuan tentang membangun, mengembangkan dan kelola bisnis. Tujuan nya agar bisnis itu sehat, omzet dan profit naik sehingga naik kelas.
SBM sendiri hasil pemikiran dari Budi Satria Isman, seorang profesional yang punya segudang pengalaman. Beliau pernah menjabat di Shell, mantan CEO Coca-Cola Indonesia dan CEO Sari Husada (susu SGM). Berkat sentuhan Budi, valuasi Sari Husada yang awalnya Rp 4 T naik menjadi Rp 22 T dalam waktu tiga tahun saja! Sekarang beliau penggagas gerakan wirausaha nasional di OIM ProIndonesia.
Modul SBM akan disebarkan ke seluruh Indonesia untuk naik kelaskan UKM. Workshop ke 2 SBM di Bali akan terselenggara 22-23 April 2017! (terbatas 50 peserta saja!) Mau?
Trus ilmu bisnis apa yang didapat? Secara garis besar SBM akan mengupas:
– Memahami masalah jadikan potensi bisnis
– Mengetahui pemilik masalah (calon konsumen)
– Cara mencipta solusinya
– Memahami besaran pasar
– Tahu faktor yang pengaruhi bisnis
– Ilmu agar konsumen memilih produk kita
– Memahami cara jual produk
– Memahami pertahankan konsumen agar loyal
– Cara meningkatkan revenue
– Mengelola biaya operasinal yang efektif
– Memahami penting nya Sumber Daya bisnis
– Menciptakan team yang juara.
Sebutkan nama lengkap dan SMS ke Riza Bahasuan di 0819-3610-3605 utk informasi tentang Workshop SBM.
Bali pernah selenggarakan workshop 1 SBM pada 28-30 November 2015. Simak keseruannya:
Hari pertama: https://www.facebook.com/oimbali/posts/1482737898700664
Hari kedua: https://www.facebook.com/oimbali/posts/1483011142006673