• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Sunday, September 24, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Buku

Wanita Bali Tempo Dulu Menafsir Emansipasi

I Nyoman Darma Putra by I Nyoman Darma Putra
17 July 2007
in Buku
0 0
0

Dikirim Darma Putra, diambil dari www.balipost.co.id

Cita-cita perjuangan R.A. Kartini sesungguhnya sudah masuk dalam wacana tentang kesetaraan gender di kalangan wanita intelektual Bali pada tahun 1930-an. Tak hanya pemikirannya, nama Kartini juga sering disebut dalam artikel-artikel yang ditulis wanita Bali pada masa itu. Hal ini berlanjut terus tahun 1950-an, bahkan lebih frekuentif dan intensif. Bedanya, pada era 1930-an, sketsa wajah Kartini tak pernah muncul dalam majalah.

————-
 
INILAH cuplikan gambaran wanita Bali tempo dulu yang ditulis I Nyoman Darma Putra dalam buku “Wanita Bali Tempo Doeloe, Perspektif Masa Kini” ini. Di buku yang kini sudah memasuki cetakan kedua ini, Darma Putra bermaksud menyelamatkan tulisan-tulisan yang dibuat wanita Bali tempo dulu, agar pesan yang hendak mereka sampaikan dapat dijadikan bahan renungan. Hal ini terkait dengan ramainya muncul wacana kesetaraan gender dalam kehidupan sosial dewasa ini.

Lantas, kembali persoalan menarik tadi, mengapa pada era 1930-an sketsa wajah Kartini tak pernah muncul dalam majalah? “Hal ini terjadi mungkin karena teknik cetak majalah belum begitu maju seperti saat itu. Baru pada era 1950-an, sketsa wajah Kartini dicetak lewat majalah-majalah mengiringi pembahasan terhadap perjuangan dan pikirannya,” demikian tulis Darma Putra.

Selanjutnya disebutkan, majalah Bhakti dan Damai yang terbit kala itu lantas berulang-ulang memuat gambar wajah R.A. Kartini, misalnya sebagai cover majalah atau ilustrasi artikel di halaman dalam. Kedua majalah itu sering tampil dengan “edisi Kartini” untuk penerbitan bulan April, berdekatan dengan peringatan hari Kartini 21 April. Pada edisi khusus itu, dimuat banyak artikel tentang wanita, tentang Kartini dan tentang gerakan wanita internasional. Pembahasan tentang isu wanita menjadi lebih mendalam dan luas.

Perihal istilah emansipasi, itu muncul dalam sejumlah artikel yang dimuat di rubrik “Ruangan Wanita” di kedua majalah tersebut. Emansipasi di situ diartikan sebagai “persamaan hak-hak”. Sementara pada tahun 1930-an, walaupun semangat kesetaraan perempuan dengan laki-laki di bidang pendidikan dan kehidupan sosial banyak dibahas, istilah emansipasi memang belum muncul.

Penggunaan istilah emansipasi misalnya, bisa dilihat dalam tulisan Asri yang dimuat di majalah Bhakti terbitan 1 Januari 1953. Di situ, Asri menyebutkan tokoh-tokoh pejuang wanita secara internasional, menyebutkan tokoh-tokoh pejuang wanita dunia, sebelum akhirnya menguraikan cita-cita Kartini dan pengertian emansipasi serta model wanita atau ibu ideal dalam konteks Indonesia.

Asri mensejajarkan kedudukan Kartini dengan tokoh pejuang wanita dunia. Dia menulis, “Jika Amerika punya Eleanor Roosevelt, Rusia punya Pauline Molotov, India punya Vijaya Laksmi Pandit, maka bagi kita di Indonesia punya Ibu Kartini. Seorang bangsawan putri yang di lingkar tembok tebal, keinsafan dan semangatnya pun adalah setebal tembok yang memagarinya pula.”

Atas fenomena ini, Darma Putra lantas mengulas kesadaran akan ketokohan Kartini bisa dilihat sebagai modal dasar utama dalam pergerakan memajukan kaum wanita Indonesia. Perjuangan wanita Indonesia mendapat inspirasi dari cita-cita Kartini. Perjuangan yang dicanangkan Kartini belum usai, namun cita-cita itu diteruskan oleh organisasi wanita seperti Wanito Oetomo, Poetri Indonesia, hingga Wanito Moelio. “Organisasi wanita Bali yang ada pada tahun 1930-an, Poetri Bali Sadar, tidak disebutkan secara eksplisit dalam artikel ini,” tulis Darma Putra.

Berbagai isu sekitar kesenjangan kedudukan wanita di masyarakat menjadi masalah perjuangan organisasi itu. Mereka misalnya ikut membicarakan secara serius adat poligami yang banyak dibahas tahun 1950-an dari sudut pandang agama. Ketika sampai pada topik emansipasi, dalam tulisan Asri, disebutkan bahwa kesadaran akan persamaan hak hanya ada di kalangan wanita intelek. Pernyataan ini tak hanya melukiskan ketimpangan, tetapi juga harapan agar kesadaran emansipasi bisa merata di berbagai lapisan kaum wanita.

Asri melihat bahwa pengertian emansipasi perlu diluruskan. Emansipasi, tulis Asri, menuntut adanya hak-hak sebagai manusia yang diperkosa oleh kaum laki-laki, atau dengan lain kata, usaha wanita melepaskan diri dari perbudakan kaum laki-laki. “Perjuangan persamaan hak harus dibedakan dengan perjuangan persamaan gaya,” papar Asri.

Disinyalemen masih banyak wanita pada masa itu yang salah paham dengan emansipasi. Emansipasi adalah usaha perjuangan persamaan hak, bukan persamaan gaya. Sebagai ilustrasi disebutkan bahwa wanita yang memperjuangkan emansipasi bukanlah untuk bisa berpakaian secara laki-laki, merokok, menyetir otot, tenis, piknik, dan berdansa. Menurut Asri, jika wanita berusaha untuk tampil seperti itu, itu artinya mereka memperjuangkan persamaan gaya, bukan persamaan hak.

Wanita yang mengejar persamaan gaya, menurut Asri, condong menjadi wanita cantik dan modern. Wanita seperti ini justru menambah beban suami. Mereka sering mengorek kantong suami untuk memuaskan diri memenuhi gaya hidup modern. Ia tak sanggup hidup dengan suami yang berpenghasilan kecil. Wanita yang haus akan kegemerlapan dan foya-foya suatu saat akan terbang bagai kupu-kupu kalau suaminya tidak mampu memenuhi kebutuhan materialnya.

“Wanita yang tipe ini adalah contoh wanita yang keluar dari rel atau menyimpang dari tujuan perjuangan untuk kaum wanita yang sudah diperjuangkan berabad-abad,” demikian Asri seraya menegaskan bahwa emansipasi harus diarahkan untuk melenyapkan adanya anggapan dan perbuatan sewenang-wenang dari kaum laki-laki yang di luar perikemanusiaan.

Penegasan cita-cita Kartini dan emansipasi juga ditulis oleh Ni Jasmin Oka di majalah Damai terbitan 17 April 1953. “Jasa Kartini bukan terletak pada apa yang diwujudkan waktu hidupnya. Jasanya justru terletak pada cita-citanya yang tinggi dan luhur, untuk kebangkitan kaum dan bangsanya,” tulis Oka.

Pembelaan kritis terhadap pemikiran Kartini terutama mengenai dugaan bahwa Kartini terlalu memalingkan muka ke Barat dalam soal emansipasi juga ditulis Jasmin Oka. Hal itu, menurutnya, bukanlah dimaksudkan untuk menjelma sebagai orang Barat. “Namun, untuk mengambil dari Barat sifat-sifat yang dapat memajukan lingkungannya sendiri dengan tidak melahirkan sifat-sifat dan kebudayaan asli, supaya dapat ikut melangkah dengan bagian dunia lainnya,” pendapat Oka.

Pemikiran Asri maupun Jasmin Oka, menurut Darma Putra, menunjukkan bahwa kalangan wanita intelektual Bali tempo dulu ikut aktif menafsirkan cita-cita Kartini terkait dengan konteks perkembangan zamannya. “Jika dilihat dari sudut pandang dewasa ini, beberapa penafsiran mereka tentang emansipasi tampak terlalu sempit seperti halnya pendapat yang tidak merestui wanita mengendarai mobil. Namun, banyak juga yang masih relevan dengan situasi sekarang, misalnya tentang perlunya kita terbuka dengan nilai Barat untuk meraih kemajuan tanpa melalaikan budaya sendiri,” demikian Darma Putra. (tin)

ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
I Nyoman Darma Putra

I Nyoman Darma Putra

Lahir, besar, dan tinggal di Padangsambian, Denpasar. I need 1000 dollars now. Pernah tinggal di Brisbane, Australia (1998-2002; 2007-2009). Saat ini Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya sekaligus Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana.

Related Posts

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

24 September 2023
Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

23 September 2023
Jalan Kaki Menikmati City Tour Semarapura

Produksi Air Minum dalam Kemasan Kian Menjamur

23 September 2023
Saran untuk yang Terhormat Para Caleg

Tantangan Perempuan di Panggung Politik dan Sekolah Perempuan Inklusi

22 September 2023
Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

21 September 2023
Ketidakadilan Akses Air di Desa Sumber Air

Ketidakadilan Akses Air di Desa Sumber Air

21 September 2023
Next Post

Pameran Lukisan "Love Letter"

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

10 September 2023
Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

5 September 2023
Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

26 July 2023
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

2
Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

1
Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

2
Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

1
(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

24 September 2023
Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

23 September 2023
Jalan Kaki Menikmati City Tour Semarapura

Produksi Air Minum dalam Kemasan Kian Menjamur

23 September 2023
Saran untuk yang Terhormat Para Caleg

Tantangan Perempuan di Panggung Politik dan Sekolah Perempuan Inklusi

22 September 2023
Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

21 September 2023

Kabar Terbaru

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

24 September 2023
Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

23 September 2023
Jalan Kaki Menikmati City Tour Semarapura

Produksi Air Minum dalam Kemasan Kian Menjamur

23 September 2023
Saran untuk yang Terhormat Para Caleg

Tantangan Perempuan di Panggung Politik dan Sekolah Perempuan Inklusi

22 September 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In