Oleh Anton Muhajir
Minggu-minggu ini hujan mengguyur Denpasar. Hari ini misalnya, hujan turun sejak pagi hingga malam hari. Nyaris tiada henti.
Musim hujan begini, paling enak kalau menikmati makanan yang berkuah dan hangat. Banyak pilihan menu. Misalnya soto, bakso, dan mie ayam. Tapi menu-menu itu sudah biasa. Di mana-mana juga ada. Tidak hanya di Denpasar. Jadi, bagaimana kalau kita ganti dengan menu khas Denpasar? Tipat kuah!
Makanan khas Denpasar ini berupa ketupat (bahasa Balinya tipat) yang dinikmati dengan kuah. Kuahnya bisa dipisah di mangkok atau piring tersendiri bisa juga disajikan di satu tempat dengan ketupat. Seperti umumnya masakan Bali, bumbu di kuah ini pun sangat terasa. Bumbu Bali memang rata-rata dirajang atau dipotong kecil-kecil, bukan diulek. Dan, pedas tentu saja.
Pedasnya ini berasal dari sambal goreng campur cabe dan bawang. Sebagian besar cabe ini hanya diiris-iris kecil, bukan diulek dan disajikan dengan bawang goreng bersama sedikit garam.
Biasanya tipat kuah ini dilengkapi sayur kacang panjang, taoge, dan sayur urap. Ada pula kacang goreng. Oya, kacang goreng ini memang hampir selalu ada di setiap makanan Bali. Dia khas banget. Sate lilit, nasi campur, dan tipat kuah selalu menyediakan kacang tanah yang digoreng dengan minyak ini di menunya. Kriuk-kriuk kacang tanah ini ditemani pula kulit ayam goreng kering. Menu makin lengkap dengan tambahan sate jeroan.
Di antara sekian banyak warung Bali yang menyediakan menu tipat kuah, ada dua warung yang sering saya kunjungi. Bahkan seringkali bikin kangen dengan pedasnya itu.
Pertama dan yang terbaik bagi saya adalah Warung Tresni. Kebetulan ini juga warung punya teman sendiri, Putu Indrawan. Warung Tresni berlokasi di Jalan Drupadi Renon. Tidak susah mencari karena ada papan nama besar di depannya. Kalau masuk dari Jalan Raya Puputan Renon, warung ini ada di kanan jalan.
Tipat kuah di sini terbaik karena kuahnya benar-benar pedas. Teman saya, Mercya Soesanto yang tidak suka pedas, sampai selalu wanti-wanti pada pelayan di sini agar memisah tipat dengan kuahnya. Kuah pedas ini paling enak disantap ketika masih hangat. Maka, tentu saja inilah menu terbaik ketika musim hujan begini. Pedas dan hangat jelas paling tepat untuk mengusir dingin di perut.
Nilai plus lain karena warung ini sangat nyaman untuk tempat nongkrong. Apalagi Indrawan yang mantan gitaris di Harley Angels itu memang suka ngobrol. Makanya warung ini sering jadi tempat ngobrol musisi rock berbagai generasi. Dari zaman bahuela sampai zaman Nanoe Biroe dan Superman is Dead.
Warung Tresni juga terjangkau dari mana-mana. Tempat parkirnya juga luas.
Selain warung Tresni, warung lain yang tipat kuahnya bikin kangen dan enak disantap saat musim hujan begini adalah warung di Jl Surapati Denpasar. Tepatnya di bale banjar Kayu Mas Kaja. Tipat kuah di sini bumbunya lengkap. Namun tidak sepedas di warung Tresni.
Di luar urusan menu, uniknya warung di sini adalah karena tempat ini sebenarnya bale banjar (wantilan) yang dipakai untuk jualan. Karena itu jualannya pun lebih cepat. Paling lama mungkin sampai pukul 2 siang.
Untuk menu tipat kuah di warung Tresni maupun bale banjar Kayu Mas Kaja, harganya di bawah Rp 10.000. Jadi jelas murah meriah untuk makan tipat kuah yang lalah (pedas) itu.
ehem ehem kalo soal makanan gini Mas anton emang jagonya nich … ada yang direkomendasikan lagi nggak…btw mas anton pernah denger Blayag ???/ dimana yah bisa dapetin di Daerah denpasar ini ? (yang murah meriah dan enak tentunya hehehehe)
Satu lagi Pak Anton, kalau mau nyoba tipat beginian. Ada di daerah Sanur, dekat2 pertigaan menuju SMK. Namanya Warung Khrisna. Tempatnya bersih dan sejuk krn banyak pepohonan. soal rasa, bagiku sih standar krn mmg gak bgt suka jenis mkn beginian. Tentang harga, kurang tahu, maklum ditraktirrrrrrrrrrrrr……alias gratisan.