
Melintasi persimpangan Jl. Diponegoro dan Jl. Hasanuddin Denpasar biasanya fokus dengan padatnya kendaraan. Belum lagi ketika ada kendaraan yang tiba-tiba mengubah haluan ke kanan/kiri.
Di tengah padatnya persimpangan jalan tersebut, ada sebuah bangunan yang berdiri di pojok Jl. Diponegoro dan Jl. Hasanuddin. Bangunan tersebut bernama Graha Yowana Suci (GYS), ruang kreatif bagi anak muda di Denpasar yang dikelola oleh Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar.
Sebelum menjadi GYS, dulunya tempat tersebut adalah terminal kendaraan roda tiga sekaligus stasiun pengisian bahan bakar. Kemudian, dibangun sebuah pasar berlantai tiga dengan nama Sari Suci Jaya yang beroperasi hingga tahun 2019. “Jadi, sebenarnya gedung ini gedung parkir bertingkat. Cuma dalam perjalannya berubah menjadi kompleks toko emas,” ungkap Ida Bagus Made Widiantara, Kepala Bagian Usaha dan Jasa Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar.
Ruang ini hadir karena adanya keinginan Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar membentuk pusat pergerakan atau tempat kumpul anak muda. Widiantara menyebut GYS sebagai versi liar dari Dharma Negara Alaya (DNA) yang juga merupakan ruang kreatif di Kota Denpasar. “DNA kan versi resminya. Di sini versi liar dalam artian, mereka itu UMKM dan anak-anak muda yang berkegiatan di sini untuk latihan segala macam. Kalau memang untuk pentas mereka kembali lagi ke DNA,” ujar Widiantara.
Terbentuknya GYS terinspirasi dari M Bloc Space, tempat gaul muda-mudi di Jakarta Selatan yang memanfaatkan bangunan lama. Inspirasi tersebut kemudian dituangkan di bangunan bekas pasar yang dulunya mangkrak hingga disebut-sebut orang sebagai rumah hantu.
Untuk mendapatkan konsep yang bisa menarik anak muda, Perumda Pasar Sewakadarma turut menggandeng sejumlah anak muda penggiat seni, dua di antaranya adalah Keduk dan Marmar. Mereka juga melibatkan Badan Kreatif (Bkraf) Kota Denpasar untuk merancang bangunan bekas Pasar Sari Suci Jaya hingga menjadi Graha Yowana Suci seperti sekarang.
“Mereka terlibat dalam hal perancangan. Terus juga penataan, pengisian untuk kurasinya ini. Dalam pengelolaan kami tetap di Perumda, mereka hanya menyarankan saja,” ujar Widiantara. Keterlibatan anak muda dalam perancangan GYS dilakukan untuk mengetahui apa saja yang dapat memancing anak muda untuk datang ke tempat tersebut.
Perjalanan GYS tidak mulus. Sebenarnya, rancangan telah dimulai sejak tahun 2022, tetapi sempat terhenti karena tidak bisa mengisi keinginan anak muda. “Tahun keduanya mulai terisi, tapi tidak begitu bagus. Nah, sekarang kami fokuskan ulang. Kami ulang untuk kurasi penempatan tenant dan segala macam,” terang Widiantara.

Sebelum diisi tenant dan ditata, GYS hanya seperti pameran biasa. Saat ini sudah ada 12 tenant yang mengisi ruang di GYS, mulai dari kedai kopi, tenant masakan Jepang, Kultura, hingga tenant pernak-pernik cosplay. Di lantai atas juga terdapat lapangan tenis meja.
Saat ini penyewaan ruang di GYS masih gratis. Meski begitu, nantinya penyewaan ruang di GYS direncanakan Rp80.000 per meter persegi per bulan. Namun, terdapat potongan harga hingga tiga tahun, yaitu lantai 1 dengan potongan 50%, lantai 2 dengan potongan 60%. Jika dirupiahkan, lantai 1 bernilai Rp40.000, sedangkan lantai atas bernilai Rp32.000.
“Biar ramai dulu baru kami sosialisasi untuk pemungutan. Kalau sekarang masih gratis dia,” ujar Widiantara. Penyewaan ruang untuk acara maupun festival juga gratis, tetapi melalui proses kurasi terlebih dahulu dari tim khusus kelompok kerja (Pokja).
Hadirnya GYS menjadi angin segar bagi anak muda yang selama ini bingung mencari ruang kreatif di Kota Denpasar. Kini sudah ada dua ruang kreatif untuk publik yang tumbuh di Kota Denpasar, yaitu Dharma Negara Alaya dan Graha Yowana Suci. Apakah Anda sudah pernah mengunjungi dua tempat ini?
toto slot slot gacor