Standup comedy sempat booming di Indonesia baru-baru ini.
Walaupun saat ini mulai kurang lagi sinarnya, stand up comedy cukup memberikan variasi pertunjukan komedi yang biasanya didominasi oleh kelompok atau grup. Semenjak ada lombanya yang diadakan oleh televisi nasional, orang-orang yang memang memiliki bakat “melucu” mulai berani menampilkan diri “melucu” seorang diri di atas panggung.
Comic-comic, istilah untuk para pelaku standup comedy, berbakat pun bermunculan yang sangat disukai oleh masayarakat umum seperti Raditya Dika, Pandji, atau Asep Suaji. Nama terakhir merupakan favorit saya karena selain konteks humornya sangat menghibur juga karena mukanya Asep Suaji yang mirip petinju Chris John. Setiap melihat mukanya langsung bikin ketawa.
Para comic ini selain memiliki “taksu” untuk melucu juga harus memiliki wawasan luas sebagai bahan komedinya. Harus pinter mencari isu-isu yang bisa dimengerti oleh penontonnya sehingga penonton mengerti akan topik yang sedang “dihumorkan”. Rugi donk kalau si comic melucu, tapi penonton tidak ngerti akan isunya.
Hal ini menurut saya sering terjadi pada penonton tradisional (baca: di pedesaan) khususnya di Bali yang sempat saya amati. Sebagian besar masih belum mengerti akan “konten lucu” yang dibawakan di acara Standup Comedy. Entah hal ini dikarenakan isu yang diangkat lebih ke arah nasional dan yang menjadi tren saat ini, si penonton tradisional ini kurang wawasan mengenai isu-isunya, atau mungkin kurang mengerti dengan Bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh si comic.
Penonton tradisional Bali mungkin lebih suka dengan topik-topik ringan dan bahkan diselipi unsur pornografi.
Tanpa disadari, sebenarnya standup comedy ini sudah jauh dikenal oleh masyarakat Bali. Coba saja liat di kesenian drama gong, bondres, arja, bahkan wayang pun melakukan standup comedy. Saat opening yang seperti pengenalan para pemain biasanya para pemain ini akan keluar sendiri dan melakukan “orasi komedi”. Biasanya dilakukan kurang lebih 10 menit dengan mengambil isu-isu ringan yang memang sangat mudah dimengerti oleh para penonton di Bali. Jadi menurut saya hal ini sudah bisa dimasukkan ke dalam standup comedy.
Memang penyajiannya sedikit beda dengan comic-comic nasional. Namun jangan salah, kalau nama Raditya Dika, Pandji, Asep Suaji bisa kalah populer dengan nama Petruk, Topok, Sengap, Senger, Cedil di kalangan masayarakat Bali. Dan memang patut diakui kalau taksu pelawak-pelawak Bali ini cukup besar. Kadang-kadang saat belum bicara hanya baru keluar saja sudah bisa bikin ketawa.
Dan memang untuk comic-comic ini menurut pendapat saya (khusus di Bali ya) memang masih bisa dinikmati oleh kalangan tertentu. Si penikmat ini harus memiliki wawasan yang cukup untuk mendukung agar mengerti dengan isu-isu komedi yang ditampilkan. Sedangkan pelawak Bali ini hampir di seluruh wilayah yang mengerti bahasa Bali akan mampu menghibur dengan banyolan-banyolannya. Para penonton tidak dituntut memiliki wawasan yang luas untuk mengerti dengan banyolan-banyolan mereka.
Saya menyertakan beberapa video dari YouTube agar bisa dipakai pembaca untuk menilai apakah pelawak Bali ini bisa dimasukkan sebagai Standup Comedy (comic atau tidak). Video merupakan potongan(cuplikan) dari program tayangan Bondres Inovatif yang tayang mulai hari Minggu, 15 September 2013 pukul 21.30 Wita di BALI TV.
Akhir kata, kesenian komedi Bali memang kaya dan memang tidak kalah dengan kesenian-kesenian non traditional yang ada atau yang sedang booming saat ini.
Eh, akhir kata lagi: tulisan ini disponsori oleh Kopi Luwak Harmoni Bali (www.harmonibali.com), karena saat menulis sambil minum kopi luwak harmoni bali bikin tulisan makin harmoni, dan saat membacapun sambil minum kopi luwak harmoni bali bikin rasa tulisan semakin harmoni memasuki raga pembaca. 🙂
http://youtu.be/vsoQ8ijq5lM
http://youtu.be/4QWruD10LOM
http://youtu.be/CbUKaItYCxM
playlist : http://www.youtube.com/playlist?list=PLvs7KtRd3SP_JzNWgdduIEouxuH6EoHqG&feature=addto
Foto diambil dari blog Bali.
Untuk kesenian Bali, mungkin yang sebenarnya paling hebat dalam stand up comedy ini adalah Dalang, hehe