• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Soal Keluhan Pengguna Jalan Akibat Layang-Layang

I Gusti Agung Made Wirautama by I Gusti Agung Made Wirautama
1 August 2013
in Berita Utama, Budaya, Kabar Baru, Opini
0 0
5
Layangan janggan melambangkan naga yang menjaga keseimbangan jagat semesta. Foto Ari Budiadnyana.
Layangan janggan melambangkan naga yang menjaga keseimbangan jagat semesta. Foto Ari Budiadnyana.

Sekitar dua tahun lalu saya sudah pernah menuliskan curahan hati dan pendapat ini.

Curhat tersebut adalah tentang apa yang terjadi beberapa waktu lalu yaitu ramainya keluhan soal rombongan peserta lomba layang-layang yang membawa layangan mereka ke lokasi lomba.

Keluhannya pun sama yaitu soal macet yang diakibatkan dan juga perilaku tidak santun (arogan) beberapa oknum dalam rombongan yang membawa layang-layang itu. Pro dan kontra pun seperti bermunculan, ada yang menyalahkan lomba layang-layang, ada yang membela dan seterusnya.

Kejadian dan keluhan yang terus berulang, sepertinya belum ada pihak yang mengambil hikmah dari tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah lewat aparat seperti menganggap angin lalu keluhan masyarakat (pengguna jalan). “Toh hanya beberapa hari,” mungkin begitu pikiran mereka. Kalau pun mau bertindak, aparat mungkin bingung mau berbuat apa. Karena sepertinya tidak mungkin aparat menindak atau menilang peserta lomba layang-layang itu walaupun jelas-jelas mereka melanggar lalu lintas.

Panitia lomba pun sepertinya belum mengambil langkah khusus untuk meminimalkan keluhan masyarakat. Padahal bisa saja panitia berbuat sesuatu. Misalnya dengan membuat aturan bahwa layang-layang sudah harus tiba di lokasi lomba paling lambat pukul 06.00 pagi.

Jadi peserta bisa membawa layangan mereka dini hari sehingga mungkin bisa meminimalkan “gesekan” dengan pengguna jalan yang lain.

Ide ini tentu saja sekadar ide. Belum tentu berhasil tetapi mungkin perlu dipertimbangkan. Atau kalau mau lebih repot lagi, panitia bisa memasukkan faktor etika dan sopan santun peserta ketika di jalan raya dalam penilaian dan penentuan pemenang lomba.

Dari pihak peserta lomba juga seharusnya bisa berbuat sesuatu. Para pemimpin rombongan peserta atau mereka yang dituakan harus bisa memberikan panutan yang baik kepada anggotanya agar bisa berperilaku santun di jalan raya.

Mereka juga harus berani menegur langsung anggota mereka sendiri yang berbuat arogan. Ini harus dilakukan oleh “orang dalam” sehingga tidak memicu perselisihan seperti ricuh yang terjadi beberapa waktu lalu. Ini juga dilakukan untuk memperbaiki citra “rare angon” hanya karena ulah beberapa orang.

Saya yakin semua orang sebenarnya suka dengan layang-layang, walaupun mereka tidak secara langsung bermain layang-layang. Apalagi orang Bali yang laki-laki, sebagian besar pada masa kecilnya mungkin juga suka bermain layang-layang. Bahkan tidak jarang yang sudah dewasa dan tua pun masih suka bermain layang-layang.

Tidak ada yang salah dengan bermain layang-layang, dan tidak pernah ada larangan bermain layang-layang selama tidak membahayakan orang lain dan juga diri sendiri.

Jadi rasanya terlalu lebar kalau kita sampai membawa-bawa soal budaya dan warisan leluhur di Bali, karena semua pasti sudah mengakui itu. Keluhan yang disampaikan para pengguna jalan sebenarnya hanya sederhana yaitu sikap arogan oknum tertentu ketika berada dalam rombongan yang membawa layang-layang, itu saja. Bukan soal macet atau layang-layang, sama sekali bukan itu.

Sikap arogan dan selalu terlihat menantang itu sebenarnya sama sekali tidak perlu kalau hanya ingin lewat membawa layangan. Saya yakin pengguna jalan cukup maklum jika ada sedikit macet disebabkan karena ada layang-layang yang mau lewat dan dibawa ke lokasi lomba. Bahkan tidak jarang yang malah asik menonton layang-layang yang lewat, seperti sebuah atraksi yang menarik. Tanpa diintimidasi pun pengguna jalan akan mau minggir atau berhenti sebentar karena ada layangan yang mau lewat. Alangkah indahnya kalau semua sama-sama saling mengerti.

Semoga saja semua pihak mau berbenah demi kedamaian bersama. Jadi, yuk melayangan lagi.. [b]

Tags: lalu lintaslayang-layangrare angon
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
I Gusti Agung Made Wirautama

I Gusti Agung Made Wirautama

I Gusti Agung Made Wira Utama, cukup dipanggil Wira. Dosen Komputer di STP Nusa Dua Bali yang lahir dan tinggal di Kerobokan. Biasa menulis di blog www.imadewira.com

Related Posts

Kemacetan Makin Parah, Solusi Makin Tak Terarah

14 August 2018
Sudah Tahu Apa itu Yellow Box Junction?

Sudah Tahu Apa itu Yellow Box Junction?

5 May 2015
Next Post
Patung Wisnu Murthi Tabanan Tinggal Kenangan

Patung Wisnu Murthi Tabanan Tinggal Kenangan

Comments 5

  1. iMade says:
    12 years ago

    setuju… sikap arogan dan nantangin itu sepertinya membuat pengendara lain kesal… tidak ada tertib atau sopannya sehingga dengan demikian tidak terlihat seni dan budayanya…

    Reply
  2. iMade says:
    12 years ago

    setuju… gerombolan bermotor tidak ada sopan dan tertibnya, tidak terlihat seperti orang yang seni dan berbudaya…

    Reply
  3. Putra Danahita says:
    12 years ago

    Setuju, seenaknya aja tutup jalan sembarangan, trobos lampu merah , ga pake helm (yang tidak berpakaian adat)
    apakah ini cerminan masyarkat bali yang sekarang?

    ga ada seni nya yang kliatan, cuma arogan aja, Walaupun tidak semuanya seperti itu , tapi bakal kena imbas ke smuanya.

    Reply
  4. ick says:
    12 years ago

    kita tinggal di bali suka tidak suka kita memang harus berbagi “jalan” dengan hal2 seperti ini.. biarkanlah mereka “menguasai” jalan dan pasrahkan juga apabila kita terjebak kemacetan didalamnya.. mengesalkan memang tapi.. toh mereka cuman melakukannya cuman setahun sekali.. biarkanlah mereka gembira dengan permainan mereka.. biarkan mereka lepas saat mengudarakan layang2 mereka..

    walaupun muncul sosok2 yang terkesan arogan.. yaahh.. biarkanlah.. kan memang sifat manusia yang beraninya cuman rame2 hehehe…

    kalau seandainya layang2 nanti di larang.. gimana dengan ogoh2 ya?? kan keduanya bukan termasuk budaya bali..melainkan sebuah tradisi di bali.. yaah tiang nak belog niki.. tiang cuman penikmat mainan tradisional bali kemanten.. ampure yening wenten iwang..

    Reply
  5. Penyok Balinese says:
    10 years ago

    Men sing demen , de hidup dibali ??

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia