Platycerium atau yang dikenal dengan sebutan simbar merupakan jenis tanaman hias yang menjadi sorotan anak muda belakangan ini. Simbar merupakan tanaman hias unik yang ditemukan dibali. Keberadaannnya yang dikatakan cukup langka serta nilai sejarahnya yang tinggi dapat menarik minat anak-anak muda saat ini khususnya anak-anak muda desa beraban sebagai peng koleksi tanaman hias unik ini. Tanaman endomik ini dikenal dengan karakteristik daunnya yang menyerupai tanduk rusa, yang menjadi daya pikat pecinta tanaman hias, ada beberapa jenis simbar.
Jenis-jenis simbar, ada Simbar lokal dan hybrid. Lokal : simbar yang memang tumbuh sendiri salah satu contohnya wilincky / simbar dikenal dengan simbar menjangan. Lalu, Simbar hybrid : simbar silangan salah satu contohnya simbar P. Erawan yang merupakan persilangan dari simbar elephant dan madagaskar. Sebenarnya Simbar sudah dikenal sekitar tahun 2019. Tetapi, karena Covid, keberadaannya mulai diabaikan dan kembali booming dua tahun terakhir. Dengan begitu, sangat tidak mengherankan kalangan muda pun beminat untuk mengkoleksinya.
Dari dua jawaban narasumber yang sudah kami wawancarai. Ketertarikan mereka terhadap Simbar dikarenakan bentuknya unik, bisa terbilang estetik dan memiliki nilai seni tersendiri, serta memberikan rasa ketenangan saat memandang Simbar tersebut. Bahkan untuk mengoleksinya, para narasumber rela mengeluarkan budget yang terbilang banyak hanya untuk mengoleksi tanaman tersebut, sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 lebih.
Untuk tempat pembeliannya tidaklah sulit ditemukan, karena dimanapun ada di Bali ataupun Indonesia, lebih bagus lagi kalau membelinya di komunitas Beraban Simbarkan, yang merupakan komunitas dari pecinta tanaman Simbar di Beraban. Sehingga secara langsung dapat mengenal serta memahami perawatan dan jenis-jenis Simbar itu sendiri dari kolektor atau ahlinya. Sekaligus dapat ikut berkompetisi di dalamnya, sembari mengagumi Simbar yang dimiliki oleh kolektor lainnya.
Lalu, untuk perawatannya sendiri terbilang mudah, karena 3 hari sekali penyiraman, ditambah dengan pupuk serta vitamin tanaman pada umumnya. Juga karena Temat pengembangbiakannya hemat ruang dan tumbuh menempel. Sehingga sangat mudah untuk dirawat serta dikembangbiakkan di tempat yang sempit.
Selanjutnya, pengaruh yang diberikan dapat dilihat dari bidang sosial, yang mana dengan adanya ketertarikan anak muda terhadap perawatan serta mengoleksi Simbar tentunya akan mengurangi waktu bermain gadget, dan hal ini akan meningkatkan kesehatan spiritual dan jasmani, karena kedekatan dengan alam (Tri Hita Karana).
Juga, dengan sering berinteraksi dengan alam akan membuat pikiran lebih tenang dan terhindar dari mental illness. Selain itu, pengaruhnya bagi ekonomi. Dengan nilai seninya dan keunikannya, Simbar sangat memungkinkan menjadi ladang investasi di bidang ekologi. Semakin besar bentuknya, semakin mahal harganya. Jika, kalangan muda mampu mempromosikan Simbar dengan baik, maka akan memberikan ladang investasi baru yang tidak hanya bergerak di bidang pertanian ataupun pariwisata di Beraban dan Bali, tapi juga di Indonesia untuk diperkenalkan ke dunia internasional, sebagai tanaman khas Indonesia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa alasan kalangan muda Desa Beraban tertarik untuk merawat mengoleksi Simbar adalah keunikan, nilai seni, jenis serta sejarahnya yang unik. Bahkan, mereka rela mengeluarkan budget lebih dari Rp 1.000.000 untuk tanaman ini. Alasan lain adalah perawatannya yang terbilang mudah dan hemat ruang atau tempat.
Jika, Simbar terus dikembangkan dan diperkenalkan, maka akan menjadi ladang investasi di bidang ekologi yang menjanjikan, sehingga Beraban atau Bali tidak hanya akan bergantung di sektor pertanian dan pariwisata. Juga, adapun pengaruh positif bagi kalangan muda, yang mana membuat mereka lebih jarang untuk bermain gadget dan lebih dekat dengan alam. Sehingga akan lebih terhindar dari mental illness, dan sesuai dengan Tri Hita Karana.
(Karya peserta Kelas Jurnalisme Warga Desa Beraban, 30-31 Maret 2024)