• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
BaleBengong
Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Sekolah Jangan Diskriminasi Korban KTD

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
3 April 2009
in Kabar Baru
0

Oleh Luh De Suriyani

Sejumlah sekolah dan remaja bersepakat melakukan berbagai advokasi dalam persoalan kehamilan tak diinginkan (KTD) dengan Dinas Pendidikan. Mereka minta sekolah tidak menghilangkan hak remaja untuk bersekolah jika mengalami kasus KTD.

Hal ini didiskusikan dalam workshop peningkatan peran remaja untuk mengadvokasi kasus KTD yang dilaksanakan oleh Integrated Youth Center (IYC) Kisara, Selasa lalu di Denpasar. Diskusi ini diikuti sekitar 30 siswa SMA dan komunitas remaja lain.

Forum advokasi ini dihidupkan lagi karena fenomena KTD menjadi masalah seksualitas remaja terbanyak di Bali.

Luh Putu Ikha Widari, koordinator media dan communication IYC Kisara memaparkan dari data konseling yang masuk ke Kisara via hotline selama tahun 2008 secara umum didominasi oleh kasus pacaran (60 persen) dan seksualitas remaja (25 persen).

Sementara dari salah satu unit kegiatan Kisara yakni Kisara Youth Clinic didapatkan fakta bahwa 90 persen kasus konseling atau 212 orang remaja adalah masalah remaja dengan KTD. Data ini diperoleh selama empat bulan hingga 31 Desember 2008.

Fakta ini memperkuat hasil survei kuantitatif sederhana yang dilaksanakan oleh Kisara pada tahun 2007 yang menyebut sekitar 155 orang (11 persen) dari 1412 remaja SMA/SMK di enam wilayah kota/kabupaten di Bali telah memiliki pengalaman melakukan aktifitas seksual aktif.

“Dinas Pendidikan meminta kita melakukan audiensi untuk menggerakkan institusi pendidikan dan remaja dalam menyikapi persoalan ini,” ujarnya.
Luh Anggreni, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bali menyebut kasus penghilangan hak anak untuk sekolah kita makin banyak ditangani, terutama karena KTD. “Sekolah main pecat jika ada korban KTD dan juga korban pornografi,” katanya. Dari setiap kasus pemecatan, sebagian besar korbannya perempuan.

Kepedihan yang sama juga dilontarkan Amelia Febrina Merry, siswa SMA 1 Kuta Utara. “Saya kehilangan teman yang telah mengalami dua kali aborsi. Andai saja pendidikan seksual didapatkan secara dini, aborsi setidaknya bisa dicegah,” ujarnya.

Ia menyebut teman sebayanya hanya mengenal aborsi sebagai alternatif penanggulangan KTD. Segala jenis obat-obatan tradisional dan cara alternatif telah diyakini jalan paling aman untuk menghindari diskriminasi dan pemecatan dari sekolah.

Kisara mencatat jumlah seluruh remaja di Indonesia mencapai 63 juta orang, sedangkan di Bali diperkirakan mencapai 850 ribu orang. Sekitar 30,3 persen dari seluruh penduduk Indonesia adalah remaja.

“Jumlah yang sangat potensial dan menjadi kekuatan besar untuk mencapai kemajuan jika mereka memiliki tingkat kesehatan yang optimal dan bertanggung jawab dalam setiap perilakunya,” ujar Ikha.

Namun tingkat pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi, narkoba, HIV dan AIDS masih rendah. Lebih dari 50 persen ODHA berusia 19-25 tahun.

Hubungan seksual pra nikah pada remaja adalah 28,5 persen dan sekitar 10 persen remaja usia 15-19 tahun sudah menikah dan memiliki anak. Terdapat 36 persen kasus IMS yang diderita oleh remaja usia 16-24 tahun, 46,19 persen remaja usia 15-29 tahun terpapar HIV-AIDS (Depkes RI).

Jumlah aborsi  per tahun diperkirakan 2,3 juta di mana 30 persen dilakukan oleh remaja, dan 51 persen adalah unsafe abortion. KTD pada remaja diperkirakan meningkat sekitar 150.000 – 200.000 per tahun.

Di lain pihak, menurut dokter Pramesmara banyak layanan yang tersedia ternyata tidak mampu menjadi teman remaja. Sampai saat ini, layanan yang ramah remaja masih sangat terbatas jumlahnya.

Ida Pedanda Tianyar Arimbawa, pemuka agama yang intens terlibat dalam persoalan sosial kemasyarakatan meminta para orang tua tidak melakukan diskriminasi bagi anak yang mengalami KTD.

“Teknologi memberi transparansi yang sangat cepat. Kita harus menyelesaikan masalah bukan sok suci. Alat kontrasepsi juga masih sulit diterima sebagai alat mencegah KTD dan penyakit menular seksual,” ujarnya. Persoalan KTD menurutnya adalah masalah yang juga harus diselesaikan agamawan di Bali. [b]

Share this:

  • Twitter
  • Facebook
Tags: BaliKesehatanKesehatan ReproduksiKisaraRemaja
ShareTweetSendSend
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Sambil mengasuh Bani dan Satori, juga menulis lepas untuk sejumlah media seperti Bali Buzz dan portal Mongabay.

Related Posts

SMK Penerbangan Cakra Nusantara Ikuti Program Kepala Sekolah CEO

SMK Penerbangan Cakra Nusantara Ikuti Program Kepala Sekolah CEO

31 December 2020
melukat di bali

Tempat Melukat untuk Menyambut Tahun Baru

25 December 2020
Karut Marut Mendata Maut

Inovasi Layanan Rumah Sakit pun Menjadi Keniscayaan

17 December 2020
“Slaves of Objects” Candu Kebendaan dari WD

Bisakah Mewujudkan Wacana Bali sebagai Pusat Kesehatan RI?

3 December 2020
Belajar Kembali Jurnalisme Bersama Warga Desa

Belajar Kembali Jurnalisme Bersama Warga Desa

7 November 2020
Karut Marut Mendata Maut

Menangani COVID-19, dari Awam Sampai Berkawan

5 November 2020
Next Post

Tak Bisa Babi, Ayam pun Jadi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

AJW 2020
  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Mendayung Generasi Nyegara Gunung

Lirik Lagu Anak-Anak (Gending Rare) Daerah Bali

12 October 2010
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Begini Lho Cara Minum Wine yang Benar

Begini Lho Cara Minum Wine yang Benar

23 February 2018

Bali di tahun 1910

7 September 2010
Kenapa Kita Harus Tidur? Inilah Jawabannya

Kenapa Kita Harus Tidur? Inilah Jawabannya

1

Profil Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah

11
FRONTIER dan WALHI Usul Lokasi Pusat Kebudayaan Terpadu Dipindah

FRONTIER dan WALHI Usul Lokasi Pusat Kebudayaan Terpadu Dipindah

1

Korban Kekerasan Anak dan Perempuan di Bali Terus Bertambah

1
Turut Prihatin dengan Logika Penulis Seword

Turut Prihatin dengan Logika Penulis Seword

11
Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

20 January 2021
Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

19 January 2021
Musik Becik di Tahun Panik 2020

Musik Becik di Tahun Panik 2020

18 January 2021
Shankar Rilis “Holy Funeral”

Shankar Rilis “Holy Funeral”

18 January 2021
Siasat Warga Lovina di Tengah Corona

Siasat Warga Lovina di Tengah Corona

18 January 2021

Kabar Terbaru

Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

20 January 2021
Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

19 January 2021
Musik Becik di Tahun Panik 2020

Musik Becik di Tahun Panik 2020

18 January 2021
Shankar Rilis “Holy Funeral”

Shankar Rilis “Holy Funeral”

18 January 2021
BaleBengong

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com