Mahasiswa Universitas Udayana tetap tidak memiliki hak pilih.
Dialog Interaktif, inilah bukti bahwa mahasiswa harus dilibatkan dalam pemilihan rektor. Lalu, apa janji-janji ketiga kandidat calon rektor?
Senin kemarin pukul 15.13 Wita, Dialog Interaktif Kandidat Calon Rektor dengan Mahasiswa Universitas Udayana (Unud) dibuka. Dewa Gede Wiryangga Selangga selaku Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa (BEM PM) Unud menyatakan dalam sambutannya bahwa belum terdefinisikan Pola Ilmiah Pokok Unud tentang kebudayaan dalam kehidupan civitas akademika. Acara yang dibuka IKG Bendesa selaku Pembantu Rektor I Unud juga menbenarkan hal tersebut. ”Implementasi dari pola ilmiah pokok masih perlu dikaji berdasarkan visi dan misi Universitas Udayana,” katanya.
Bertempat di Gedung Auditorium Widya Sabha Bukit Jimbaran, dialog interaktif ini dihadiri tiga calon rektor (calrek) beserta civitas akademika Unud. I Putu Hery Indrawan selaku moderator menuntun jalannya acara yang diawali dengan pemutaran video Unud dilanjutkan dengan penyampaian visi misi masing-masing calrek. Panelis yang hadir terdiri dari Anom Prawirasuta (SMFT Unud), Dewa Gede Wiryangga Selangga (Presiden BEM PM Unud), dan Asykur Anam (KU/PU Persma Akademika Unud).
Menanggapi pertanyaan Anom Prawirasuta mengenai pembinaan kemahasiswaan untuk mencapai hasil yang baik, Prof. Supartha sebagai calrek no. urut 1 berpendapat, “Mahasiswa harus diberikan ruang dengan membuka wacana ataupun kegiatan yang lebih mengasah kemampuannya.” Selain itu, berkaitan dengan intelektualitas dan emosional, mahasiswa diberikan kesempatan menangani kasus.
”Seperti PKL tidak lagi keluar, namun praktik di lingkungan Unud dari tingkat universitas hingga prodi,” tuturnya.
“Investasinya pada UKM dan kegiatan mahasiswa untuk jadi unggul, serta diberikan apresiasi dan fasilitas yang baik,” Prof. Norken sebagai calrek no. urut 2 lanjut menanggapi. Menurutnya, dalam proses pembelajaran harus memperkuat hardskill dan softskill. Selain itu, mahasiswa harus ditunjang dengan fasilitas untuk bersaing di era nasional maupun internasional.
Dewa Gede Wiryangga Selangga mempertanyakan mengenai aset-aset Unud yang bermasalah. “Mengenai masterplan Unud, sebagai calon rektor nanti memfokuskan Bukit Jimbaran sebagai pusat Kampus Unud,” ujar Prof. Suastika sebagai calrek no. urut 3. Dua calrek lainnya juga senada dengan Suastika.
Menyambung jawaban calrek yang mengatakan bahwa pusat kampus Unud akan difokuskan di Bukit Jimbaran, Asykur Anam mempertanyakan mengenai permasalahan transportasi sebagai sarana penunjang dalam kegiatan kampus. “Setelah penambahan halte di masing-masing fakultas, maka bisa ditunjang dengan fasilitas feeder transport,” ujar Prof. Norken.
Ditimpali lagi dengan pertanyaan mengenai cara mendukung kreatifitas mahasiswa, Prof. Norken menjawab, “Menurut saya, universitas harus memperhatikan organisasi mahasiswa, selain itu mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan lintas fakultas. Selain itu, dalam memberikan dana bantuan harus selektif.”
Apakah dari ketiga calrek ini mempunyai komitmen untuk tidak menaikkan SPP? Prof. Supartha menganggap bahwa universitas itu dinamika dari pembangunan bangsa. “Ini saya tidak dapat prediksi, karena ketika yang lain berubah, kita akan melakukan penyesuaian,” imbuhnya.
Sementara Prof. Norken mengatakan pendanaan universitas akan didorong dengan pendapatan nonakademik seperti BLU. Berbeda dengan kedua calrek lainnya, Prof. Suastika lebih mengambil jalan musyawarah dengan mahasiswa. [b]