Arsitek muda, Rezza Rahdian ingin berbagi keasyikannya dalam mendesain.
Bagi Rezza, menjadi arsitek tidak melulu tentang mendesain bangunan. Desain dapat mengenai berbagai hal. Rezza mulai mencoba-coba ke berbagai kegiatan kreatif lainnya. Ia menggunakan kemampuan melukisnya untuk terlibat dalam pembuatan mural.
Selain itu, ia juga mencoba untuk terjun dalam desain pembuatan game sebagai seorang ilustrator. Ia juga pernah terlibat dalam pembuatan beberapa video musik atau iklan sebagai seorang sutradara dan ilustrator.
Rezza telah dan masih mencoba segala macam bentuk desain sehingga menjadi ketagihan untuk terus mendesain. Karena menurut Rezza, desain dapat membuat manusia menjadi bahagia. Dan ia ingin membuat orang lain bahagia dengan desainnya.
Arsitek yang lahir 26 tahun lalu ini akan berbagi pengalaman lewat Architects Under Big 3 (AUB3) pada:
Jumat, 7 September 2012
Pukul 19.00 – 21.00 Wita
di Danes Art Veranda, Jl. Hayam Wuruk No. 159 Denpasar
Reza menyelesaikan studi arsitekturnya dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010. Ia pernah meraih penghargaan di berbagai macam kompetisi dalam bidang arsitektur dan bidang kreatif lainnya, seperti esai, video, dan animasi. Prestasi dan kompetisi tersebut antara lain juara kedua dalam International Skyscraper Competition yang diadakan Evolo Magazine (2010), juara favorit Housing Estate Design Competition yang diadakan Housing Estate Magazine (2010), animasi terbaik Nu Video Contest yang diadakan Nu Green Tea (2010).
Pada tahun 2011 Rezza juga turut berpartisipasi dalam Indonesian Architect Week Tokyo. Saat ini Rezza bekerja di Bensley Design Studio.
AUB3 diselenggarakan pada hari Jumat pertama tiap bulan yang dibawakan arsitek muda usia di bawah 30 tahun. Dalam kegiatan ini arsitek muda diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran mereka pada publik melalui presentasi nonformal yang diteruskan dengan diskusi santai. Bertempat di Danes Art Veranda, peserta diberi kebebasan untuk memilih ruangnya sendiri – di halaman, dek, rooftop, galeri- dimana pun tempat dimana mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya.
Melalui pendekatan ini, arsitek muda beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur. [b]