Hari minggu kemarin saya menghadiri silaturahmi keluarga muslim Bali se Jabodetabek. Acara ini terakhir kali diadakan tahun 2003 di TMII. Silaturahmi ini punya riwayat panjang sejak tahun 80an.
Pertengahan 80an pengurusnya vakum karena anggota yang menggiatkan acara ini meninggal dunia. Kemudian kepengurusan diketuai oleh Abdullah Baharmus dan beberapa kali acara sempat diadakan walaupun tidak secara rutin.
Berbagai macam kendala membuat silaturahmi ini seperti antara hidup dan mati. Mulai dari kendala komunikasi, database anggota, pendanaan hingga kepergian pengurus ke-Rahmatullah yang begitu tiba tiba mewarnai riwayat silaturahmi warga muslim Bali di perantauan ini.
Saya masih ingat silaturahmi terakhir tahun 2003 di TMII begitu berkesan dan masih lengkap dihadiri anggota yang belum meninggal. Kini 2007 tercatat beberapa anggota telah pergi meninggalkan kita diantaranya tokoh nasional mantan ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Hussein Umar.
Kemudian seksi sibuk Mas Idris yang menjadi motor penggerak kegiatan di waktu waktu sebelumnya, kemudian terakhir masih dalam hitungan hari dan masih dalam rangka kegiatan persiapan acara silaturahmi kemarin, Mas Cuk Sarudin salah seorang panitia, telah wafat secara tiba tiba akibat serangan stroke, sungguh suatu kehilangan yang mendalam.
Ketua paguyuban silatutrahmi muslim bali Bpk Abdullah Baharmus memberi sambutan pembukaan dilanjutkan oleh ceramah agama oleh bpk Prof KH Ali Yafie. Acara yang mengambil tempat di Warung Bali Lebak Bulus ini mengagendakan pergantian kepengurusan karena penguruh yang lama telah bertugas hampir 20 tahun. Secara aklamasi dipilih ketua yang baru Mas Sunaryo Sarudin SH (kakak Mas Cuk Sarudin alm).
Banyak hal menarik sebenarnya yang bisa digali dari komunitas muslim Bali ini. Bagaimana kami berinterkasi dengan saudara kami yang Hindu dimasa lalu. Salah satu contohnya adalah ditemukannya Al-Quran tertua di Indonesia oleh Soegianto Sastrodiwiryo yang meyakini bahwa penulisnya adalah seorang muslim Bali. Soegianto sekarang sedang menyusun buku tentang jejak jejak Islam di Bali.
Abdullah Baharmus juga menceritakan bagaimana kelompok muslim Bali pada saat peristiwa Bom Bali turut serta di garda depan membantu evakuasi korban Bom Bali. Kemudian juga bagaimana negara negara Timur Tengah yang sangat terbantukan oleh peran muslim Bali dalam menyalurkan bantuan kepada korban Bom Bali.
Warga muslim Bali sangat mengutuk peristiwa Bom Bali sebagai suatu peristiwa yang merusak sendi sendi kehidupan beragama di Bali yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Dan tentu saja juga merusak industri pariwisata Bali dan Indonesia secara umum.
Muslim Bali memiliki makna penting bagi kehidupan beragama di Bali dan di Indonesia pada umumnya. Muslim di Bali adalah minoritas tapi kami bisa hidup rukun dan damai bersama saudara kami yang mayoritas Hindu di Bali. Mereka menyebut kami sebagai nyame selam (saudaraku yang islam).
Dalam berbagai sendi kehidupan sosial kami berbagi suka dan duka. Tapi dalam kehidupan beragama kami saling menghargai dan tak pernah mencampur adukan akidah. Kami tak pernah menyebut Tuhan kami sebagai Sang Hyang Allah. Kami tak pernah beribadah menggunakan aksesoris peribadatan umat Hindu.
Warga muslim Bali tidak melakukan dakwah agresif kepada warga Hindu untuk mengislamkan mereka. Kalaupun ada perpindahan agama maka biasanya karena perkawinan.
Dalam zaman perang kemerdekaan kami ikut berperang bersama mereka mengusir penjajah. Dalam makanan umat Hindu menghargai bahwa kami tidak memakan daging babi. Masih banyak kisah mesra yang belum kami ceritakan yang sesungguhnya amat berharga untuk memupuk kerukunan hidup beragama.
Apa sebenarnya muslim Bali itu? Muslim Bali adalah orang Bali yang muslim. Bagaimana bisa mengklaim sebagai orang Bali? Orang Bali pada umumnya juga bukanlah orang Bali asli. Orang Bali asli hanya sedikit dan mendiami daerah tertentu. Orang Bali pada umumnya merasa berasal dari Jawa yang datang ke Bali ratusan tahun yang lampau bersamaan dengan invasi Majapahit ke pulau Bali.
Kemudian gelombang pendatang berkelanjutan. Salah satunya adalah ketika pasukan Mataram jaman Amangkurat ke I menyerbu Jawa Timur (Blambangan). Sebagian pasukan Mataram tersebut ikut ke Bali sebagai tentara bayaran dan menetap di Bali dengan tetap memeluk agama Islam. Oleh Raja Bali mereka diperlakukan istimewa dan diberi tanah lungguh buat desa mereka di Pegayaman.
Gelombang selanjutnya datang sebagai pedagang dan berbagai macam profesi. Zaman penjajahan kolonial banyak pendatang yang berprofesi sebagai guru, termasuk ayahnya Bung Karno (termasuk juga leluhur saya dan leluhur sebagian besar para anggota muslim Bali yang lain).
Pendatang dari Jawa Timur dan Madura banyak berprofesi sebagai penjual dan pembuat masakan khas Jawa Timur seperti sate, rawon dan soto yang sangat mudah ditemui di Singaraja hingga kini. Banyak juga pendatang dari suku Bugis sebagai nelayan dan guru agama (guru ngaji masa kecil saya orang Bugis bernama Pak Samsudin).
Kenapa banyak pendatang? Karena Singaraja adalah kota dagang dan pelabuhan, zaman dulu ada jembatan untuk kapal berlabuh. Saya waktu SMP sering mancing di jembatan itu bersama Paklik saya Sutrisno.
Kampung kampung di Singaraja banyak diberi nama sesuai dengan asal pendatang. Karena itu ada Kampung Bugis, Banjar Jawa, Kampung Sasak, Kampung Arab, Kampung Tinggi (pecinan). Kampung orang tua saya bernama Kampung Mumbul karena ada tempat mata air.
Bahkan saking banyaknya kampung kampung non Bali di tengah kota Singaraja itu hingga ada satu kampung di tengah kampung kampung non Bali yang bernama Banjar Bali. Aneh yah, di Bali ada kampung bernama Banjar Bali. Itulah Singaraja.
Di daerah lain juga kurang lebih sama. Pada waktu silaturahmi kemarin terasa belum diberi porsi cukup untuk saling mengenal antar warga muslim dari daerah lain (Klungkung, Badung, Gianyar, Tabanan, Negara dan Karangasem). Ada 300 orang dan mereka berkelompok sesuai dengan daerah mereka sendiri.
Sebagian dari mereka dari generasi tua. Yang muda hanya bengong tak kenal siapa siapa lagi. Apalagi jika orang tua mereka telah meninggal. Kemungkinan mereka tidak akan datang lagi pada acara silaturahmi berikutnya.
Karena itu saya berharap dengan kepengurusan yang baru ini akan dapat membuat program acara silaturahmi yang bisa membuat kita saling mengenal lebih dekat lagi. Terutama untuk keluarga muslim Bali yang telah meninggalkan Bali secara fisik tapi dihati mereka masih merasa sebagai muslim Bali.
Sebagai contoh keluarga KH Hussein Umar beserta istri yang beliau berdua telah wafat namun putra putri beliau masih hadir di acara silaturhami tersebut.
Banyak juga saya lihat generasi muda yang lain yang masih semangat mau hadir. Mungkin karena merasa senasib di perantauan.
Apapun itu kita perlu menjalin silaturahmi lebih erat lagi. Kita ingin seperti eratnya keluarga Minang di perantauan yang sungguh luar biasa.
Saling membantu jika ada kesusahan (biasanya bila ada yang meninggal) dan saling berbagi kebahagian (biasanya bila ada yang menikah). Dalam acara tersebut oleh Sekjen terpilih Ida Bagus Mayure diusulkan untuk memiliki sebuah website untuk forum komunikasi maya.
Saya sangat setuju dan mendukung 100%. Mungkin sebagai langkah awal saya akan buat sebuah Blog untuk melaporkan segala sesuatu tentang kegiatan silaturahmi.
Bagi warga muslim Bali yang belum bergabung silahkan bergabung denga komen di Blog ini. [b]
Kita harus bisa berdiskusi masalah apapun. Tidak ada tabu dan larangan. Setiap manusia ingin mengetahui semuanya. Ini wajar. Kalau ada pihak yang melarang pihak lain yang berdiskusi, berarti pihak ini berpaham fascism.
Memang kita harus memberantas fascism di dunia. Fascism bisa dalam berbagai bentuk antara lain: idiologi, agama, sistim pemerintah, dsb.
Ini saya menemukan artikel yang sangat menarik tentang: Agama: Pisau Bermata Tolu.
Ini link-nya: http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1326
Selamat membaca dan terima kasih.
Assalamulaikum wr bw,
Warga muslim Bali, ayo kita dukung salah satu warga cilik muslim yg tinggal di bali yg tengah mengikuti ajang idola cilik 2 di Rcti. Ketik IC EMIL kirim ke 6288. Ayo kita bawa pesa perdamaian dari bali melalui Emil yg tengah berjuang di idola cilik dua. Go Emil, Go Bali!!