• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, November 1, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Refleksi Kebun Kolektif bagi Gerakan Petani

Gusti Diah by Gusti Diah
12 August 2025
in Kabar Baru, Pertanian
0 0
0

Rasik (Ketua SPSM) sedang memberikan contoh cara mencangkul kepada peserta, Singaraja, Bali. Kamis, 17/12/2020

Kebun kolektif mungkin tidak pernah terbesit dalam pikiran para petani yang tergabung dalam Serikat Petani Suka Makmur (SPSM) Pemuteran. Mereka adalah petani-petani konvensional yang berladang di tanahnya sendiri untuk keperluannya sendiri, menggunakan apa yang disediakan pasar untuk berkebun. Namun, lambat laun, beberapa diantara mereka telah menyadari pentingnya untuk “berdaulat”. Terlebih, ketika pandemi Covid-19 melanda. Hampir sebagian besar aktivitas di segala sektor terhambat, termasuk para petani Sendang Pasir.

Sampai pada Mei 2020, SPSM bergabung dengan jaringan #TanamSaja dan memperoleh beberapa benih untuk ditanam. Ada yang berbeda dari sistem pertanian yang dibawa jaringan ini, yaitu tentang konsep berbagi dan selaras dengan alam. Konsep ini tertuang dalam 9 panduan jitu yang dibawa #TanamSaja.

Selama kurang lebih 7 bulan bersama gerakan #TanamSaja, SPSM mulai mencanangkan untuk membangun kebun kolektif yang digunakan sebagai percontohan dari pertanian permakultur. Kebun ini nantinya akan ditanam berbagai jenis tanaman dan dikelola secara kolektif. Melalui keberagaman yang ada dalam kebun, ketergantungan petani terhadap obat-obatan pertanian pun berkurang, sebab mereka telah menyadari potensi sumber daya lokal yang ada disekitar mereka. Seperti berbagai macam tanaman yang dapat mengundang predator hama, diolah menjadi MOL dan kompos, ataupun ramuan pengendali hama organik.

Kehadiran kebun kolektif juga memberikan keuntungan bagi petani baik dari segi sosial maupun ekonomi. Kemudian semakin memperkuat solidaritas antar petani terutama bagi mereka yang ruang hidupnya terancam akibat proyek-proyek pembangunan yang mengancam ekologi.

Selain itu, SPSM juga merencanakan pelatihan yang berhubungan dengan kebun kolektif yang mereka buat. Rencana ini pun terealisasikan pada 10 Desember 2020, ketika poster Training Agro-Ekologi Progresif tersebar dan menarik perhatian banyak pihak. Peserta yang mendaftar pun tidak hanya berasal dari Bali, melainkan dari Banyuwangi, Malang, Surabaya, hingga Kalimantan.

Kegiatan Pelatihan Agro-Ekologi Progresif

Peserta sedang mendesain kebun Mandala Garden, Singaraja, Bali. Kamis, 17/12/2020

Pelatihan dimulai dari Senin, 14 Desember 2020 hingga Jumat, 18 Desember 2020 yang berlangsung selama 5 hari 4 malam. Pelatihan Agro-Ekologi Progresif ini mengambil lokasi di Sendang Pasir tepatnya kebun kolektif Mandala Garden dan kantor SPSM. 

Dalam pelaksanaannya, SPSM berkolaborasi dengan Tanam Saja khususnya Roberto Hutabarat sebagai Tim Pakar aliansi ini untuk melancarkan kegiatan pelatihan. Mengambil tema “Menanam adalah Melawan” dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta bahwa menanam tidak melulu soal tanaman. Melainkan juga tentang menanamkan pengetahuan dan wawasan, conscious mind, serta keterampilan teknis kepada kader muda lingkungan hidup yang bersemangat untuk terus “meng-upgrade diri”. Kader-kader muda yang turut serta dalam pelatihan ini pun tidak hanya mereka yang berdomisili di Bali. Melainkan ada yang berasal dari Surabaya, Malang, dan Banyuwangi, tepatnya Pakel dan Tumpang Pitu yang tengah menghadapi sengketa lahan dengan pemerintah dan perusahaan.

Untuk mendekatkan para peserta kepada warga dan lingkungan di Sendang Pasir, pelatihan menggunakan live-in di desa sebagai metodenya. Selain itu, sesi dalam pelatihan ini dibagi menjadi dua yaitu 80% praktik di lapangan langsung dan 20% diskusi dan teori. Praktek yang lebih dominan ini sengaja dibuat, terlebih melihat banyaknya pemuda dan mahasiswa yang terlibat dalam pelatihan. “Supaya tidak hanya teori, tapi harus dipraktekan, dan mahasiswa nanti bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat,” ungkap Rasik, Ketua SPSM Pemuteran.

Dominannya sesi praktek ini juga mendapat respon positif dari para peserta. “Saya pernah mencoba buat pupuk organik lewat youtube, tapi gagal, dan ternyata dari Bang Robert dan langsung praktek ya bisa,” jelas Anang, mahasiswa Universitas Udayana.

Sesi praktek yang 80% ini juga diisi dengan observasi menggunakan metode transect walk di hari pertama. Kemudian hari kedua adalah pengamatan langsung terkait potensi alam dan sistem pertanian yang diterapkan oleh masyarakat Sendang Pasir. Hari ketiga, para peserta diarahkan bekerjasama dengan petani setempat untuk membuat desain Mandala Garden. Proses ini pun berlangsung hingga hari terakhir. Pada hari keempat, merupakan praktek yang digemari sebagian besar peserta yaitu membuat pupuk organik, baik itu mikro organisme Lokal (MOL), pupuk organik cair (POC), dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selanjutnya di hari kelima yang menjadi hari terakhir pelatihan, peserta diarahkan untuk mencari bibit-bibit yang ada di lingkungan sekitar, seperti tanaman bunga, herbal, hingga polong-polongan untuk memenuhi kebun Mandala Garden.

Pelatihan yang berlangsung selama lima hari tersebut merupakan implementasi dari enam kurikulum yang telah disusun Roberto Hutabarat sebagai Tim Pakar dari Tanam Saja. Enam kurikulum ini diantaranya: 1) Hutan pangan bukan proyek pangan; 2) memadukan kerjasama kekuatan rakyat dengan bentang alamnya; 3) membangun kebun gerilya di lahan konflik agraria; 4) energi baru terbarukan untuk petani lokal; 5) membuat kompos bukan perang; serta 6) bagaimana ragam biji hijau polong-polongan membangun ekosistem dan menciptakan iklim mikro.

Keakraban yang Lahir dari Pelatihan Agro-Ekologi Progresif

Kegiatan membuat Mikro Organisme Lokal (MOL), Singaraja, Bali. Kamis, 17/12/2020

Tema “Menanam adalah Melawan” menjadi jelas dengan 6 kurikulum yang ada dalam pelatihan. Seperti juga yang diharapkan dari pelatihan ini yaitu membangun kedaulatan ekonomi dan pangan bagi masyarakat di wilayah rentan konflik akibat proyek-proyek kapitalistik. Termasuk juga yang tidak kalah penting yaitu memperkuat dan menambah wawasan, serta pengalaman dan keterampilan para kader muda dalam jaringan perlawanan rakyat.

Beberapa kader muda yang terlibat dalam pelatihan ini pun tengah memperjuangkan ruang hidup masyarakat di daerahnya, seperti yang dialami Ach Jaini. Pemuda asal Pakel, Banyuangi ini tengah berjuang untuk merebut kembali lahan yang telah diklaim dengan paksa oleh PT Bumisari. “Padahal Pakel tidak termasuk dalam lahan yang disewa PT Bumisari, itu jelas tertera dalam HGU PT Bumisari,” tegas pemuda yang kerap disapa Jai ini.

Permasalahan konflik lahan di Sendang Pasir pun menurut Jai juga sama dengan yang ia alami di daerah asalnya. Untuk itu sesi-sesi diskusi lebih mengarah pada sesi bertukar pikiran terkait permasalahan di daerah masing-masing. “Yang paling berkesan juga ada tukar informasi tentang lahan konflik masing-masing dan pelajaran dari Pak Rasik,” ungkap Jai.

Sesi diskusi bersama Pak Rasik juga memiliki kesan tersendiri bagi seluruh peserta. “Paling suka ngobrol sama Pak Rasik, asik dan seru orangnya, keliatan tegas dan garang tapi bisa mencairkan suasana,” jelas Hendrik, peserta asal Tumpang Pitu. Daerah yang masyarakatnya tengah bersengketa dengan perusahaan tambang emas.

Membangun Kebun Kolektif Lainnya

Sesi diskusi dalam Pelatihan Agro-Ekologi Progresif, Singaraja, Bali. Jumat, 18/12/2020

Disamping para pemuda yang tengah memperjuangkan lahannya, ada juga peserta dari berbagai latar belakang, seperti mahasiswa yang ingin merasakan hal baru dari pelatihan agro-ekologi, beberapa peserta yang ingin merasakan kegiatan bertani, hingga pemuda yang mempunyai proyeksi untuk membangun kebun kolektif seperti yang tengah digarap oleh SPSM.

Pengalaman dan wawasan baru tentang menanam secara kolektif telah menumbuhkan motivasi bagi para peserta untuk membangun kebun kolektif di daerahnya masing-masing. “Kebetulan kegiatan saya memang berkebun, saya ingin mengaplikasikan permakultur ini di desa saya, Amed,” ujar pria yang kerap disapa Gogon ini.

Harapan serupa juga diungkapkan oleh peserta lainnya. “Balik dari sini rencananya mau rombak sedikit lahan di Singaraja, mengadopsi apa yang telah diperoleh dalam pelatihan,” kata Lingga, pengurus kebun Terangkila.

Keinginan peserta untuk membangun kebun kolektif di daerahnya masing-masing ditanggapi sangat baik oleh Rasik. Keinginan itu pula yang diharapkan nantinya setelah para peserta memperoleh ilmu dan pengalaman dari pelatihan ini. “Memang diharapkan untuk para peserta nantinya ikut menggelorakan kebun kolektif dan organik kepada masyarakat,” ungkap Rasik dengan semangatnya.

Seluruh peserta dan para petani dalam Pelatihan Agro-Ekologi Progresif, Singaraja, Bali. Jumat, 18/12/2020 (foto oleh Irvan)
rtp live palembangpafi sangkarbet sangkarbet bandungpafi
Tags: konflik tanah di baliLingkunganpermakulturPertaniansendang pasirtanam saja
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Gusti Diah

Gusti Diah

Tertarik dengan isu lingkungan, media, dan mode.

Related Posts

Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

18 October 2025

Ancaman Kesehatan Pasca Banjir di Bali

8 October 2025
Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

17 September 2025
Pariwisata Bergeliat, Konflik Tanah pun Menguat

Pariwisata Bergeliat, Konflik Tanah pun Menguat

16 June 2025
Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

28 March 2025
IDEP: Nandurin Karang Awak, Menumbuhkan Resiliensi

IDEP: Nandurin Karang Awak, Menumbuhkan Resiliensi

2 June 2024
Next Post
Tariakan: Irama dari Dewata, Panggung Tari Kekinian

Tariakan: Irama dari Dewata, Panggung Tari Kekinian

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Pernyataan Sikap Forum Alumni Unud terhadap Kasus Meninggalnya TAS

Pernyataan Sikap Forum Alumni Unud terhadap Kasus Meninggalnya TAS

31 October 2025
Sekolah Inklusi, Bukan Sekadar Menerima, Tapi Siap untuk Semua Anak

Sekolah Inklusi, Bukan Sekadar Menerima, Tapi Siap untuk Semua Anak

31 October 2025
Festival Kekeruyuuuk: Wujud Perayaan Kesejahteraan Hewan dan Ekosistem Pangan

Festival Kekeruyuuuk: Wujud Perayaan Kesejahteraan Hewan dan Ekosistem Pangan

30 October 2025
Negoisasi Global untuk Pengurangan Produksi Plastik terus Berlangsung

Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berpotensi Mengancam Lingkungan dan Keuangan Negara

30 October 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia