Memasuki awal tahun 2021, program kerja Indonesia Raja digelar kembali. Gerakan nasional ini memasuki tahun pergelarannya yang ke-7 sejak diinisiasi pertama kali pada 2015.
Program Indonesia Raja adalah gerakan tahunan, bertujuan membuka ruang pertemuan antara film pendek, filmmaker, programmer dan penonton. Selanjutnya untuk mempresentasikan keragaman budaya di Indonesia dan berbagi wawasannya. Misi ini diimplementasikan melalui sebuah gerakan pertukaran program film pendek dalam skala Nasional.
Edo Wulia yang tahun ini ditunjuk sebagai koordinator menyatakan melalui program Indonesia Raja, penonton disuguhkan sebuah pameran kebudayaan Nusantara. “Lebih dari sekedar hiburan, karya film pendek dimaknai sebagai proyeksi sinematik dari kehidupan masyarakatnya,” ujarnya. Proyeksi ini dari ide filmmaker, yang tercetus dari emosi, harapan dan mimpi-mimpinya. Kreatifitas yang diciptakan filmmaker dalam perannya sebagai bagian dari masyarakat. Mereka berasal dari berbagai wilayah Indonesia.
Karya-karya film pendek yang masuk dalam seleksi akan dikelompokkan berdasarkan tema wilayahnya. Sehingga, secara sadar para programmer akan menyusun film-film pendek yang memunculkan ciri khas dari masing-masing wilayah tersebut. Selanjutnya memperlihatkan kekayaan kreativitas, cara berpikir dan kebudayaan masyarakat yang beragam di Indonesia.
Indonesia Raja dirancang sebagai program eksibisi dan distribusi film pendek. Gerakan ini memerlukan lebih banyak lagi partisipasi aktif dari berbagai elemen penggeraknya. Semua ini kemudian membentuk ekosistem yang menghidupkan industri film pendek di Indonesia. Dengan mengusung misi seni, budaya dan pendidikan, program Indonesia Raja memamerkan pencapaian karya film pendek Indonesia dalam sebuah kolaborasi berskala nasional.
Fransiska Prihadi sebagai salah satu inisiator Indonesia Raja, menekankan walaupun bukan kompetisi, suasana kompetitif tetap terasa. Ada proses seleksi yang ketat. Dan akhirnya ada film-film yang tidak terpilih. Namun untuk yang terpilih, jejaring kerja ini membuka sebuah kesempatan untuk mendapat perhatian lebih banyak lagi dari penonton dan institusi yang mungkin berpengaruh.
”Perjalanan distribusi sebuah karya film besar pengaruhnya bagi filmmaker. Dengan distribusi yang tepat, sebuah karya film bisa bertemu dengan penonton yang tepat. Akhirnya membuka kemungkinan terhubung pada institusi dan festival yang bisa mendorong karir filmmakernya,” Fransiska menambahkan.
Proses seleksi di dalam gerakan Indonesia Raja dilakukan oleh para programmer terpilih. Mereka berkolaborasi dengan tim di dalam badan Minikino dalam proses penyusunannya. Namun programmer berhak menentukan keputusan akhirnya. 6 programmer yang berkolaborasi tahun ini adalah Anggi untuk D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah, Akbar Rafsanjani untuk Aceh, Kardian Narayana untuk Bali, Kemala Astika untuk Jawa Barat, Nosa Normanda untuk Jakarta dan Wahyudha untuk Padangpanjang.
Skema pemilihan dan pelantikan programmer Indonesia Raja terus menerus mengalami penyempurnaan. Setiap tahun, para programmer bersama koordinator selalu mengkaji ulang kinerja mereka. Laporan publik kemudian diterbitkan secara terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun yang berminat. Sehingga setiap tahun gerakan ini menjadi laboratorium uji coba untuk kinerja yang terus menerus disesuaikan dan disempurnakan.
Selain Anggi, Kardian Narayana dan Kemala Astika yang sudah menjalani proses programming Indonesia Raja sejak beberapa tahun belakangan. Tahun ini baru bergabung Akbar, Nosa Normanda dan Wahyudha. Namun sejak awal tahun lalu, ketiga programmer baru ini sudah mendapat status kandidat programmer. Mereka secara aktif sudah sepanjang tahun terlibat dalam komunikasi internal programmer. Mereka juga terlibat dalam panel-panel diskusi yang digelar sehubungan dengan gerakan Indonesia Raja tahun lalu.
Walaupun baru bergabung dengan Indonesia Raja tahun ini, mereka adalah nama-nama yang sudah lama berada dalam lingkaran film dan film pendek Indonesia. Akbar masih menjabat sebagai Direktur program Aceh Film Festival dan juga sebagai penggerak pemutaran film alternatif, Aceh Menonton. Nosa Normanda adalah antropolog, penulis dan filmmaker yang juga salah satu founder Mondyblanc, sebuah workshop film yang progresif di Jakarta. Sedangkan Wahyudha adalah mahasiswa prodi film dan televisi yang sarat pengalaman, baik di bidang penulisan maupun produksi.
Pendaftaran film pendek untuk Indonesia Raja sudah dibuka sejak 25 Januari 2021 kemarin. Kesempatan pendaftaran ini akan dibuka sampai tanggal 27 Februari 2021. Semua film pendek yang masuk akan melalui proses seleksi dan programming. Kemudian keputusan final film-film pendek terpilih akan diumumkan 15 April 2021. Ini juga ditandai dengan penerbitan katalog Indonesia Raja 2021, sekaligus mengawali masa distribusi program setahun penuh, sampai akhir tahun 2021,
Selama masa distribusi, program Indonesia Raja dikembalikan kepada masyarakat dan penonton film. Penonton di seluruh Indonesia bisa menyaksikannya melalui penyelenggara pemutaran film pendek di daerahnya masing-masing. Selain menonton, masyarakat juga bisa memberikan komentar dan umpan balik melalui form yang disediakan di akhir pemutaran program.
Siapa saja boleh mengajukan permohonan peminjaman program Indonesia Raja, selama penyelenggaraannya ada dalam wilayah Indonesia. Mulai dari panitia yang menyelenggarakan pemutaran di sekolah atau kampus, atau kelompok komunitas masyarakat. Bahkan festival film pun boleh meminjam program ini untuk jadi bagian dalam acaranya. Prosedur peminjaman program bisa dipelajari melalui website resmi https://minikino.org/indonesiaraja
Program Indonesia Raja 2021 juga dipastikan tetap menjadi bagian dan bisa disaksikan dalam perhelatan Minikino Film Week 7, festival film pendek internasional yang akan diadakan pada tanggal 3 – 11 September 2021 di Bali nanti.