• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Wednesday, November 29, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Perahu dan Telur di Mauludan Bugis Serangan

Anton Muhajir by Anton Muhajir
25 January 2013
in Berita Utama, Budaya, Kabar Baru, Travel
0 0
0
mauludan-serangan
Pembagian telur merupakan salah satu rangkaian dalam Mauludan di Serangan. Foto Anton Muhajir.

Ratusan muslim Desa Serangan memenuhi masjid setempat.

Tua muda, laki-laki perempuan, bay-bayi hingga kakek nenek memenuhi masjid di desa yang masuk Denpasar Selatan tersebut. Doa-doa dalam Bahasa Arab dilantunkan. Kue-kue dibagikan. Satu-satunya masjid di Serangan itu pun riuh oleh tangis bayi dan juga doa-doa.

Kamis kemarin, warga muslim di Desa Serangan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa setempat disebut Mauludan. Tradisi ini tak dilakukan semua umat Islam. Namun, umat Islam di Bali seperti di Serangan (Denpasar), Pegayaman (Buleleng), Saren Jawa (Karangasem), ataupun tempat lain, biasanya melaksanakan tradisi ini.

Begitu pula pada Maulid Nabi tahun ini.

Untuk pertama kalinya saya melihat ritual ini. Sebelumnya, saya belum pernah melihat ritual ini sama sekali termasuk di kampung kelahiran saya di pesisir utara Lamongan, Jawa Timur. Di kampung saya tidak ada ritual Mauludan ini. Karena itu, menyenangkan rasanya bisa melihat ritual ini.

Sayangnya ketika saya tiba di sana, sekitar pukul 3 sore, ritualnya sudah mau selesai. Semua warga muslim di desa ini sudah berkumpul di Masjid Asy-Syuhada di desa ini. Masjid ini penuh oleh sekitar 300 orang.

Di bagian dalam masjid, bapak-bapak sedang berdoa sambil berdiri. Di bagian luar, ibu-ibu sebagian besar menggendong bayi. Di halaman, anak-anak perempuan berpakaian khas Bugis dan anak laki-laki berbaju koko, girang ketika mendapat oleh-oleh.

Ada dua gunungan, bentuknya sekilas seperti gebogan dalam tradisi Bali, setinggi kira-kira 3 meter. Gunungan terbuat dari pohon pisang ini dipenuhi tusukan-tusukan bambu dengan hiasan kertas warna-warni. Di ujung tusukan-tusukan ini terdapat kue dan… telur.

Beberapa petugas membagi kue-kue dan telur tersebut kepada semua orang, terutama anak-anak. Saya pun kebagian. Tiga tusuk lengkap dengan telur rebusnya.

Pembacaan doa Al-Barzanji, semacam doa untuk keselamatan nabi, tersebut menjadi penutup ritual Mauludan di Serangan. Sebelum itu, sekitar pukul 1 siang, seluruh warga tersebut terlebih dahulu mengarak gunungan tersebut keliling kampung. Selain dua gunungan berisi berbagai kue dan telur warna-warni tersebut juga ada miniatur perahu phinisi khas Sulawesi.

Sekitar pukul 3.45 Wita, ketika adzan Ashar telah tiba, ritual pun selesai.

Ketika warga sudah pada bubar, saya ngobrol sebentar dengan salah satu panitia, Hanafi. Kami duduk di beranda masjid dengan beberapa wartawan lainnya.

Menurut Hanafi, ritual Mauludan merupakan salah satu tradisi warga muslim di Serangan. Dia sendiri tak tahu mulai kapan. “Sejak saya kecil sudah ada ritual ini,” katanya.

mauludan-serangan2Kenyang
Mauludan ala muslim di Serangan, kata Hanafi, memiliki beberapa keunikan. Pertama karena warga muslim setempat mengarak perahu keliling kampung. Hal ini merupakan simbol penghormatan mereka kepada leluhur, orang-orang Bugis yang dulu datang ke Bali. Karena itulah kampung ini pun dikenal dengan nama Kampung Bugis.

Salah satu warga Kampung Bugis yang juga dituakan, Muhammad Mansyur, pernah bercerita tentang asal-usul muslim di sini. Menurut Mansyur, pada abad ke-17, ada 10 orang dari Bugis yang datang ke Bali. Mereka berlabuh di Serangan yang dulunya merupakan pulau terpisah dari Bali.

Dengan izin Raja Badung, yang menguasai Serangan kala itu, orang-orang Bugis ini pun tinggal dan beranak pinak di Serangan hingga saat ini. Untuk itulah maka ketika melaksanakan Mauludan, warga Bugis di Serangan pun membawa perahu ini sebagai simbol penghormatan tersebut.

Keunikan kedua Mauludan di Serangan, menurut Hanafi, adalah adanya telur. “Di daerah lain tidak ada yang membawa telur saat Mauludan,” katanya.

Ketika melihat banyaknya telur yang digantung di gunungan, saya sih teringat telur-telur Paskah. Tak dinyana warga muslim di Kampung Bugis Serangan juga melakukan hal serupa.

Salah satu warga yang ikut Mauludan mengatakan, telur-telur dan bayi-bayi yang dibawa saat ritual Mauludan tersebut sebagai simbol kelahiran, serupa dengan Mauludan yang memang perayaan untuk memeringati kelahiran Nabi Muhammad.

Enaknya, karena telurnya sudah direbus jadi bisa langsung dimakan begitu Mauludan selesai diadakan. Jadi, perut pun kenyang usai Mauludan. Hehehe.. [b]

Tags: AgamaBudayaDenpasarToleransi
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

23 October 2023
TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

19 October 2023
Mengunjungi Hidden Gem Ruang Terbuka Hijau Privat di Denpasar

Mengunjungi Hidden Gem Ruang Terbuka Hijau Privat di Denpasar

8 October 2023
Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

13 September 2023
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

22 August 2023
Next Post
Mengetahui Prediksi Cuaca dengan Om Google

Mengetahui Prediksi Cuaca dengan Om Google

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Suka Duka Queer di Bali

Mengenal Ruang Aman QLC Bali

29 November 2023
Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

24 November 2023

Kabar Terbaru

Suka Duka Queer di Bali

Mengenal Ruang Aman QLC Bali

29 November 2023
Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In