Indonesia akan menampilkan musisi-musisi dari Bali di ajang bergengsi.
Festival musik tertua di Korea Selatan bernama Cheoyong Music Festival akan berlangsung di Ulsan, Distrik Nam. Festival ini juga memiliki agenda lain, Asia Pacific Music Meeting (ApaMM).
Dalam dua ajang tersebut Indonesia bakal berpartisipasi sebagai salah satu negara berpengaruh dalam belantika musik Asia Pasifik.
Musisi yang akan tampil dalam festival itu adalah Gustu Brahmanta Trio & Sandrayati Fay. Keduanya dipilih Anom Darsana, inisiator Antida Music. Musisi-musisi tersebut merupakan delegasi penting yang akan menyuguhkan musik-musik Indonesia pada dunia.
Dalam ajang akbar yang berlangsung 30 September sampai 3 Oktober 2016 itu, Anom juga diundang sebagai pembicara panel. Dia akan membincangkan tema “Sustainability of Asian Music in the International Market”.
Gustu Brahmanta Trio, tiga sekawan Ida Bagus Putu Brahmanta (drum), Ida Bagus Indra Gupta (kontra bas), dan Made Subandi (gamelan) akan mendapat kesempatan tampil di panggung Festival Cheoyong. Mereka kemudian diikuti Sandrayati Fay yang di akhir pertunjukan akan berkolaborasi menyanyikan lagu Bali anak-anak zaman dulu.
Made Subandi akan membawa instrumen rindik khas Bali. Alat musik pukul ini terbuat dari bambu. Tangga nada yang dihasilkan rindik berbeda dengan alat musik konvensional seperti gitar ataupun piano. Larasnya terbatas pada nada-nada pentatonik. Dalam bahasa Bali disebut laras pelog.
Perpaduan ini yang membuat Antida memilih musisi-musisi di atas cukup mewakili Indonesia.
Antida Music terpilih berkat perannya sebagai pendiri dan organizer dari beberapa festival musik di Bali. Misalnya Bali World Music Festival, Ubud Village Jazz Festival, Bali Reggae Festival dan masih banyak acara musik komunitas lain. Hal ini ternyata cukup bergema hingga ke dunia internasional.
Dalam diskusi tersebut Antida akan beradasatu forum dengan musisi maupun praktisi kreatif hebat lain dari seluruh dunia yang juga menjadi panelis. Antara lain Ted Cohen dari TAG Strategy, Todd Puckhaber Senior Produser dari SXSW, Eric De Fontenay, pendiri Music Dish.
Asia Pacific Music Meeting adalah pasar musik terbesar di Korea yang diadakan di Ulsan setiap tahun. Banyak peserta, delegasi terkemuka dari berbagai negara telah mengambil bagian dalam APaMM. Mereka menampilkan pertukaran aktif dan terbaru tentang tren pasar musik serta diskusi-diskusi mendalam.
APaMM awalnya diadakan pada 2012. Kegiatan ini telah menjadi tempat yang terbuka dan menarik untuk berbagi pengalaman dan ide-ide dan mengembangkan kerja sama dan inspirasi bagi pasar musik di seluruh dunia.
Pertemuan musik se-Asia Pasifik ini juga memiliki sesi pertunjukan yang akan menampilkan 10-15 calon artis terpilih dari seluruh dunia yang tertarik dalam memperluas karier mereka ke panggung internasional dan mencari tahu bagaimana melakukan dan apa yang harus dilakukan.
TemaAsia Pacific Music Meeting kali ini sangat sinergi dengan semangat Antida Music yang menginginkan adanya keberlanjutan upaya-upaya untuk tetap menyelenggarakan ajang-ajang musik sebagai wadah musisi dan seniman untuk mengekspresikan karyanya dan membawa mereka ke pasar yang lebih luas.
Keberangkatan delegasi dari Indonesia ini merupakan hal yang penting untuk menjaga hubungan budaya antara Korea Selatan dengan Indonesia khususnya Bali yang memang sudah terkenal memiliki kekayaan budaya.
Sayangnya untuk mewujudkan terjadinya hubungan tersebut biaya menjadi kendala sebab pihak panitia tidak menanggung pengeluaran yang diperlukan untuk memberangkatkan 4 musisi yang berkiprah di Bali. Oleh karena itu, Antida dan tim berinisiatif untuk menggalang dana patungan demi mewujudkan impian tersebut melalui kitabisa.com Antida optimis inisiatif tersebut bisa tercapai.
Partisipasi Indonesia dalam festival ini adalah bukti bahwa musik di Indonesia memiliki tempat di mata internasional khususnya Korea Selatan yang saat ini dipandang sebagai salah satu kiblat musik pop dunia. [b]