Suatu sore beberapa bulan lalu, teman saya yang berada di Surabaya menge-tag saya pada sebuah cuitan yang sempat menjadi meme sesaat. Meme itu berupaya menggambarkan sebuah ironi adanya truk penyuplai air bersih di gerbang Pelabuhan Benoa dan terekam di Google Street View. Jika merunut pada informasi yang tersedia di situs tersebut, kru Google Street View memotret lokasi pada September 2019.
Fokus saya tertuju pada papan nama pelabuhan. “Port of Benoa Bali” dengan tulisan aksara Bali di atasnya. Gaya-gaya papan nama yang terinspirasi desain papan nama bertuliskan “I amsterdam” di depan Rijksmuseum di Amsterdam, Belanda. Saya mencoba membaca tulisan aksara Balinya, satu-satunya hal yang saya masih ingat tentang bahasa Bali dari pelajaran bahasa Bali saat SD dulu. “pot op benowa bali”
“pot op benowa bali”? Saya tidak mempermasalahkan “op” karena aksara “pa” kadang digunakan untuk menulis suatu nama atau kata yang menggunakan huruf “f” jika ditulis dalam alfabet Latin. Pun tidak masalah dengan “benowa” karena hanya masalah pelafalan saja. Namun apakah “pot” sebuah kata dalam bahasa Bali yang bermakna “pelabuhan”?
Beruntung sekarang ada Wikipedia Bahasa Bali. Saya coba meng-cross-check nama tempat tersebut di sana. Hasilnya, nama yang benar dalam aksara Bali seharusnya Labuhan Benowa.
Sebelumnya, isu serupa juga pernah terjadi dengan papan nama Bandara Ngurah Rai yang dipasang di atas terminal domestik dan turut dikritisi oleh akademisi dari Universitas Udayana. Gubernur Wayan Koster berjanji akan memperbaiki tulisan yang salah tersebut, tetapi tidak diketahui apakah hal tersebut telah dilakukan atau belum.
Yang jelas, ada satu lagi papan nama Bandara Ngurah Rai, yakni terletak di gerbang masuk bandara, dan aksara Balinya masih terbaca “i gusti ngurah rai airpot” berdasarkan unggahan foto akun resmi I Gusti Ngurah Rai Airport di Instagram pada 30 Januari 2020 lalu. Apakah “bandara” dalam bahasa Bali menjadi “airpot”?
Apakah masih ada lagi papan nama tempat dengan aksara Bali yang dibuat asal-asalan seperti ini?
Memang harusnya penulisan aksara Bali, harus di lempar ke public untuk di “bantu” cek penulisannya.