![](https://balebengong.id/wp-content/uploads/2023/08/COVER-BACKGROUND-OPENING-2-203x360.png)
Usai membuka bab pertama pameran wastra batiknya, Pithecanthropus siap membuka bab terakhirnya. Pameran dengan judul “Pasang Surut” menampilkan arsip batik pesisiran dari pesisir utara Jawa pada tahun 1920 hingga 1960. Masa ini dipilih karena terjadinya perubahan yang signifikan di Jawa – kota-kota pelabuhannya berkembang dan sebagian menjelma menjadi poros ekonomi dan politik. Namun ada pula yang tumbuh perlahan menjadi ruang budaya. Di sinilah tema Pasang Surut dipilih.
Pasang Surut merupakan pameran batik yang dipersembahkan oleh Pithecanthropus dan Masa Masa. Pameran ini bercerita tentang batik yang menemukan ekspresi warna-warni dan jalinan berbagai budaya yang berdampak pada keragaman batik di wilayah ini. Pameran bab kedua yang digelar di Masa Masa, Ketewel, Gianyar ini menampilkan arsip-arsip eksklusif berusia lebih dari 100 tahun yang dapat dilihat mulai 12 Agustus hingga 30 September. Pameran ini merupakan pameran tekstil kedua yang dikuratori oleh tim Pithecanthropus dan Masa Masa, setelah sukses pertama kali memamerkan tekstil sumatra selatan, Muara.
Bab 1: Awang, Tanah, Laut.
Pada babak pertama yang digelar dari 17 Juni hingga 5 Agustus, Pasang Surut menampilkan batik Cirebon dan Pekalongan yang dipengaruhi budaya Islam, Hindu, India, Peranakan, Jepang, dan Eropa. Mengambil tema Awang (dunia di atas darat), Tanah (daratan) dan Laut (laut), bab pertama berfokus pada unsur-unsur dari berbagai budaya dunia pada kain batik. Awang mewakili binatang mitos dan kepercayaan yang diungkapkan dalam batik; phoenix, buraq, dan mega mendung. Tanah mewakili keindahan alam dengan bunga krisan, peony, dan karangan bunga. Laut mewakili ekologi laut Jawa dengan ganggang dan bebatuan.
Bab 2: Jenggala dan Segara
Pada bab kedua yang akan hadir mulai 12 Agustus hingga 30 September, Pasang Surut menampilkan elemen Jenggala (hutan) dan Segara (air). Jenggala mewakili warna yang lebih dekat dengan hutan dan berbagai dedaunan yang tergabung dalam batik Demak, Kudus dan Semarang. Segara mewakili unsur air dengan ikan dan udang rebon yang menjelma menjadi tanaman pada batik Tuban, Rembang dan Lasem.
Gedog Tuban
Dengan kehidupan agrarisnya, masyarakat Tuban membutuhkan kain yang kuat untuk keperluan sehari-hari. Kekuatan karakteristik kain ini didapat dari kain tenunnya, sehingga batik Tuban memiliki tekstur yang kasar. Selain itu, motif batik Tuban juga erat kaitannya dengan simbol pertanian.
Si Merah Lasem
Dulu kota yang ramai, Lasem terkenal dengan batik dengan warna merah yang berasal dari mengkudu (noni). Pencelupan berulang untuk warna yang diinginkan menyebabkan pewarna terserap melalui celah kecil pada lilin yang menghalangi. Proses ini menghasilkan garis-garis atau bintik-bintik yang secara keseluruhan memperkaya motif.
Batik Tiga Negeri, diwarnai di tiga kota.
Dikembangkan pada tahun 1910 di Solo oleh Tjoa Giok Tjiam, corak batik yang diwarnai tiga warna berbeda di tiga kota menjadi sangat populer. Batik Tiga Negeri menampilkan warna biru nila Tuban yang kaya, warna merah tua Lasem, dan coklat kopi klasik Solo. Kami akan menampilkan Batik Tiga Negeri dari generasi pertama antara tahun 1910 – 1930.
Selain pameran wastra, Pithecanthropus dan Masa Masa juga menawarkan serangkaian workshop setiap hari Sabtu selama pameran berlangsung. Pengunjung bisa belajar membuat batik colet, payung kertas, dan berbagai workshop lainnya.
Pithecanthropus
Pithecanthropus adalah merek busana yang terinspirasi oleh tradisi dan kain lawasan di seluruh Indonesia. Dimulai sebagai toko suvenir kecil 33 tahun yang lalu dengan koleksi seni tradisional dari berbagai kelompok etnis di seluruh kepulauan Indonesia, Pithecanthropus berkomitmen untuk tanpa henti menemukan kembali budaya Indonesia melalui ready-to-wear, aksesori, aksesori perak repro, dan tekstil vintage.
Masa Masa
Masa Masa adalah restoran dan pusat budaya di Ketewel, Gianyar, bertempat di dua rumah kayu berusia 200 tahun. Akar Masa Masa adalah perjumpaan budaya, dari campuran Nusantara, Arab, Cina, dan Eropa – yang biasanya disederhanakan dalam satu istilah; Peranakan. Dengan akar ini, Masa Masa menyajikan masakan Peranakan yang berfungsi sebagai syair dari berbagai budaya di Indonesia.