• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Nyepi di Bali Tempo Doeloe

I Nyoman Darma Putra by I Nyoman Darma Putra
22 March 2012
in Berita Utama, Kabar Baru
0 0
7
Iklan selamat hari raya Nyepi dari pejabat Gubernur Bali dalam suasana revolusi, dimuat koran Suluh Indonesia edisi Bali (kini Bali Post), Maret 1966. File Darma Putra.

PADA hari Nyepi tahun 1936, ada hal menarik yang terjadi di Bali. Tak jelas di daerah mana terjadi, tetapi begini kisahnya.

Saat itu suasana Bali sunyi sepi. Masyarakat tinggal di dalam rumah. Di jalanan yang beraspal, hanya kelihatan petugas patroli, kini petugas itu disebut dengan pecalang. Kesunyian tiba-tiba pecah karena ada mobil yang mengangkut bulè lewat. Pecalang menghentikan mobil itu. Sang sopir tidak gentar, malah dengan percaya diri dia mengatakan bahwa mereka bekerja untuk KPM.

KPM adalah Koninklijke Paketvaart Maatschappij, perusahan pelayaran Belanda yang mengoperasikan kapal dagang dan kapal wisata di jalur Jawa-Bali-Sulawesi. Perusahaan ini juga pemilik dan pengelola Bali Hotel (Jalan Veteran Denpasar) yang dibangun 1928.

Setelah mendengar bahwa kendaraan itu milik KPM, pecalang mundur ketakutan, mempersilakan kendaraan yang mengangkut bule itu lewat. Pecalang tidak bisa berkutik karena pada zaman kolonial, suka atau tidak, Bali adalah milik Belanda, ‘milik KPM’. Kuasa ada di tangan mereka, tradisi dan budaya dikalahkan.

Kisah Nyepi di Bali tahun 1936 itu dikisahkan antropolog Dr. Margaret Mead. Dialah bulè yang menumpang kendaraan KPM waktu itu. Mead tiba di Bali pas hari Nyepi. Dia didampingi suaminya, Gregory Bateson, juga seorang antropolog.

Hari pertama di Bali, Mead dan Bateson pergi ke Ubud, bertemu Walter Spies, pelukis dan direktur Museum Bali waktu itu. Di sana, Mead dan Bateson bertemu banyak sarjana Barat yang melakukan riset di Bali, antara lain Beryl de Zoete, partner Spies dalam menulis buku Dance and Drama in Bali (1937).

Mead dan Bateson melakukan penelitiannya di Bayung Gede, Bangli, dan tahun 1942 menerbitkan buku Balinese Character: A Photographic Analysis (Karakter orang Bali, Sebuah Analisis Fotografi).

Revolusi
Suasana perayaan Nyepi di Bali diwarnai suasana sosial politik zamannya. Kalau pada zaman kolonial, kuasa atas budaya dan tradisi ada di tangan pemerintah penjajah, setelah kemerdekaan perayaan Nyepi diwarnai semangat kebangsaan dan revolusi.

Tahun 1960-an, ketika semangat revolusi sedang berobar-kobar, ucapan-ucapan untuk perayaan Nyepi juga berisi kata-kata ‘revolusi’. Hal ini bisa dilihat dari iklan-iklan ucapan selamat Nyepi yang dipasang di surta kabar ketika itu.

Hal ini misalnya bisa dilihat dari iklan selamat Nyepi tahun 1966 dari Gubernur Bali. Iklan itu berisi harapan agar Ida Sang Hyang Perama Kawi melimpahkan harapan-Nya kepada kita sekalian dalam kita menenuaikan tugas dalam memenangkan revolusi kita yang mahabesar untuk mencapai keagungan dan kejayaan Nusa dan Bangsa Indonesia yang adil dan makmur (lihat ilustrasi di atas).

Pesan serupa juga terlihat dalam iklan Nyepi yang dipasang PT GIEB (Gabungan Impor dan Ekspor Bali). Iklan untuk Nyepi 1966 itu berisi ajakan kepada masyarakat menyambut Nyepi dengan ‘prihatin’. Kemudian ditulis: ‘Mari kita tingkatkan kewaspadaan untuk menyelesaikan revolusi guna memenuhi Ampera’. Ampera artinya amanat penderitaan rakyat. Ucapan Nyepi dijadikan arena untuk menyisipkan pesan politik (lihat ilustrasi di bawah).

Iklan Nyepi GIEB yang dimuat koran Suluh Indonesia edisi Bali (kini Bali Post), 29 Maret 1966. File Darma Putra.

Pada zaman dulu, perayaan Nyepi di Bali tidak seragam. Kecuali pada ketentuan amati geni yang biasanya ditandai malam tanpa lampu, konsep amati lelungan (tidak bepergian) ditafsirkan secara berbeda dari satu desa ke desa lain.

Di beberapa desa, warga memang tinggal di rumah saat Nyepi, tetapi di desa lainnya warga ke luar rumah, rame-rame di jalan hanya saja mereka tidak mengendarai mobil, motor, atau sepeda. Nyepi justru dijadikan untuk ngumpul di ruang publik, yang penting tidak mengendarai kendaraan. Anak-anak main kasti atau loncat karet di jalan raya. Kalau ada pecalang, barulah mereka masuk rumah, dan ke luar lagi kalau pecalang menghilang.

Nyepi juga dimanfaatkan pencuri untuk beraksi. Menurut catatan, pada Nyepi tahun 1970, yang jatuh 9 Maret, Toko Djaja Agung di Jalan Gajah Mada Denpasar mengalami kecurian. Toko yang menjual arloji ini kehilangan 89 jam tangan, kerugian ditaksir Rp 200 ribu-300 ribu.

Tetapi, pencuri itu malang. Esoknya, dia ditangkap seorang jaksa di Tabanan karena gerak-geriknya mencurigakan. Pencuri itu menawarkan jam berkualitas baik dengan harga murah. Setelah digeledah, ternyata dia membawa arloji sebanyak jam yang diambil di Toko Djaja Agung.

Sebagai daerah pariwisata, Bali menghadapi banyak cobaan membuat Nyepi berlangsung khidmat.  Kalau kendaraan bisa ditsop, pesawat terbang rada sulit. Pada Nyepi tahun 1969 yang jatuh 20 Maret 1969, misalnya, Bupati Badung dan Gubernur Bali menolak permohonan Garuda terbang pada hari Nyepi, kalau transit saja boleh. Nyatanya, penerbangan yang dianggap sebagai aktivitas dengan koneksitas internasional lama sekali tidak bisa dihentikan ke Bali saat Nyepi.

Akibatnya jelas, pegawai biro perjalanan dan hotel, harus mendapat dispensasi untuk menjemput dan mengantar tamunya ke bandara. Antara 1970-an sampai kira-kira 1990-an, banyak karyawan yang bekerja di sektor pariwisata meminta dispensasi untuk bekerja saat Nyepi. Karena masyarakat yang merayakan Nyepi merasa terganggu, jumlah dispensasi makin ditekan.

Baru sesudah reformasi, sejak tahun 1999/2000, pemerintah daerah dan lembaga masyarakat lainnya bisa mendesak pemerintah untuk menutup Bandar Udara Ngurah Rai saat Nyepi. Kini pelabuhan dan Bandara tutup sepenuhnya untuk semua penerbangan pada hari Nyepi. Tidak akan ada wisatawan seperti Margaret Mead dan Gregory Bateson yang tiba pas Nyepi di Bali.

Dewasa ini, pecalang bisa menertibkan Nyepi dengan optimal antara lain juga karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk Nyepi yang khusyuk dan hening. [b]

Keterangan: tulisan diambil dari blog Dasar Bali.

Tags: AgamaBaliBudayaNyepi
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
I Nyoman Darma Putra

I Nyoman Darma Putra

Lahir, besar, dan tinggal di Padangsambian, Denpasar. I need 1000 dollars now. Pernah tinggal di Brisbane, Australia (1998-2002; 2007-2009). Saat ini Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya sekaligus Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana.

Related Posts

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

3 November 2025
Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

18 October 2025
Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

15 October 2025

Ancaman Kesehatan Pasca Banjir di Bali

8 October 2025
Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

20 September 2025
Sanggah Kemulan Bermakna Unik dari Susunan Bambu di Desa Pedawa

Sanggah Kemulan Bermakna Unik dari Susunan Bambu di Desa Pedawa

25 July 2025
Next Post
Pameran Seni Grafis Bentara Budaya Bali

Pameran Seni Grafis Bentara Budaya Bali

Comments 7

  1. Agung Pushandaka says:
    14 years ago

    Selamat hari raya Nyepi untuk seluruh umat Hindu.

    Reply
  2. jualandibali com says:
    14 years ago

    Sangat menarik sekali baca ceritanya….

    Boleh kami ulas lagi ga di http://www.jualandibali.com

    Terima kasih,

    Reply
  3. sewa mobil di Bali says:
    14 years ago

    Selamat Hari Raya Nyepi Caka 1934. sungguh luar biasa perkembangan perayaan Nyepi ini, dari dulu hingga kini. Semoga semakin ajeg. Rahayu.

    Reply
  4. Artha Made says:
    14 years ago

    Selamat Hari Raya Nyepi Caka 1934.

    Reply
  5. Rias Pengantin Bali says:
    14 years ago

    Selamat Hari Raya Nyepi bagi saudara sedharma. Semoga kita dilimpahi berkat dalam tahun Caka 1934 ini.

    Reply
  6. I Gede Arya Pardita says:
    13 years ago

    Tujuan Utama Manusia (Kekosongan, Keheningan, Kehampaan, Moska, Parinirvana, Kesempurnaan Melalui Ketidakadaan)

    Suwung maisi (kosong/sepi berisi). Untuk sementara arti suwung/ kosong/ sepi adalah tidak adanya unsur Panca Mahabhuta (tanah, air, api, angin dan ether/akasa). Kalau suatu saat ditemukan suatu zat yang lebih halus dari ether, umpama dinamakan X, maka yang disebut suwung/ kosong/sepi itu akan berubah menjadi tiadanya unsur tanah, air, api, angin, akasa/ether dan X. Begitu pula suatu saat ditemukan lagi unsur yang lebih halus, umpama dinamakan Y atau Z, maka yang disebut suwung/ kosong/ sepi itu adalah tidak adanya unsur unsur tanah, air, api, angin, akasa/ether, X, Y dan Z. Jadi arti suwung maisi adalah dimana ada tempat suwung/ kosong/ sepi (tidak adanya unsur tanah, air, api, udara, ether, X, Y dan Z), itu sebenarnya tidak suwung/ kosong/ sepi, tetapi berisi. Apa/siapakah yang mengisi suwung/ kosong/sepi itu? Yang mengisi adalah: SANG HYANG WIDHI (dikutip dari postingan Bapak Putu Suekantara dalam Forum Jaringan Hindu Nusantara).

    Kekosongan yang berisi tersebut adalah tujuan bukan hanya umat se-dharma namun juga seluruh makhluk di alam semesta. Kembali bersatunya atma kita dengan bentuk kekosongan/keheningan/kedamaian/kesempurnaan tersebut melepaskan kita dari penderitaan akibat kelahiran berulang (samsara). Itulah mengapa masyarakat Bali memperingati pergantian tahun dalam kebudayaannya dengan melaksanakan Nyepi (sepi, kosong, hening). Kosong adalah berisi, berisi adalah kosong.

    Om Sarve Bhavantu Sukhinah
    Semoga semua makhluk berbahagia

    Shanti-Shanti-Shanti (damai-damai-damai)

    Reply
    • Suryadinata Putra says:
      7 years ago

      Selamat Nyepi Tahun Baru Saka 1941

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia