• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, May 17, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Nusa Penida Kian Alami Ketergantungan Pangan

Wayan Sukadana by Wayan Sukadana
16 October 2016
in Berita Utama, Sosial
0 0
0
Pengiriman pisang ke Nusa Penida melalui pelabuhan di Kusamba, Klungkung. Foto Anton Muhajir.
Pengiriman pisang ke Nusa Penida melalui pelabuhan di Kusamba, Klungkung. Pisang menjadi salah satu bahan pangan di Nusa Penida. Foto Anton Muhajir.

Hari ini dunia memperingati Hari Pangan Sedunia. 

Peringatan tersebut dilakukan tiap 16 Oktober, sesuai hari lahir Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO). Tujuannya untuk mengingatkan masih banyak kelaparan dan kemiskinan di dunia.

Lalu, bagaimana kedaulatan pangan di Nusa Penida, salah satu pulau kering di Kabupaten Klungkung, Bali?

Nusa Penida memiliki curah hujan minim. Tanahnya berbatu kapur. Maka, tanaman yang bisa tumbuh adalah tanaman-tanaman di lahan kering. Misalnya jagung, ketela pohon, kacang-kacangan dan palawija lainnya.

Mulanya masyarakat Nusa Penida sebelum tahun 2000-an sebagian besar adalah petani. Selebihnya di pesisir laut masyarakat membudidayakan rumput laut dan sebagai nelayan tradisional.

Untuk bahan pangan mereka membudidayakan ketela pohon (gayot), jagung, kacang-kacangan. Itu sebagai tanaman musiman menurut siklus datangnya air hujan.

Namun belakangan seiring perkembangan, masyarakat beralih ke sektor jasa. Ada yang masih bertani dan beternak jumlahnya jauh berkurang.

Masyarakat Nusa Penida Memilih menjadi pekerja bangunan, membuat ukiran dari batu kapur, bekerja dengan urbanisasi ke kota Denpasar dan sekitarnya.

Lahan yang semula ditanami jagung, ketela pohon dan kacang-kacangan kini ditumbuhi semak-semak, walaupun ada sebagian warga yang memanfaatkannnya dengan menanami pohon jati yang serentak tahun 2004 dengan program Gerhan.

Kondisi ini membuat Nusa Penida secara ketahanan pangan lemah. Beras, telur dan kebutuhan pokok lainnya didatangkan dari daratan Bali.

Kita bisa lihat di pelabuhan tradisional Kusamba dan Dermaga Padang Bay barang-barang yang didistribusikan ke Nusa Penida jumlahnya banyak menumpuk.

Situasi inilah menyebabkan masyarakat Nusa Penida harus menerima harga pangan yang lebih mahal dibandingkan Bali daratan. Karena harus ditambah ongkos penyeberangan laut.

Makan Singkong

Beberapa masyarakat memilih opsi lain. Walaupun tidak membudidayakan singkong atau jagung mereka membeli singkong dari desa lain untuk menekan harga pangan yang mahal.

Alasan lainnya yang membeli singkong adalah mengonsumsi beras yang terus menerus menyebabkan jenuh, mereka ingin menikmati karbohidrat dari ketela pohon Nusa Penida yang rasanya legit . Adapula yang menanak beras dan ketela pohon di campur.

I Made Artawan dari Br. Gepuh membawa satu pickup penuh ketela pohon di dalam kampil. “Biasanya setiap tiga hari sekali saya bawa satu piap gayot. Habis, harganya per kampil Rp. 35.000,-“, ujat Artawan.

Sementara itu warga sekitar ditanya alasan membeli singkong selain untuk berhemat juga akan ditanak dengan beras, rasanya enak. Mereka mengaku bosan mengkonsumsi beras. [b]

Tags: Citizen Journalism AwardCJAward 2016Nusa PenidaPanganPertanian
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Wayan Sukadana

Wayan Sukadana

Penggerak komunitas. Penikmat dan peminat musik. Sedang belajar jadi pengusaha pariwisata di tanah kelahirannya, Nusa Penida.

Related Posts

Memanen Air Hujan dan Biogas, Teknologi Tepat Guna bagi Petani Bali yang Terabaikan

Memanen Air Hujan dan Biogas, Teknologi Tepat Guna bagi Petani Bali yang Terabaikan

16 June 2024
Bali Yang Binal 2021 di Nusa Penida

Bali Yang Binal 2021 di Nusa Penida

9 May 2021
Ledok, Gizi Bubur di Pulau Kapur

Ledok, Gizi Bubur di Pulau Kapur

15 April 2021
Petani Muda Mengani tetap Bergairah di Tengah Pandemi

Petani Muda Mengani tetap Bergairah di Tengah Pandemi

7 April 2021
Jalan Pelik Bali Organik

[Laporan Mendalam]: Jalan Pelik Mimpi Bali Organik

27 January 2021
Kilas Balik Gerakan Tanam Saja Sepanjang 2020

Kilas Balik Gerakan Tanam Saja Sepanjang 2020

2 January 2021
Next Post
Mengenalkan Nusa Penida Surga Pulau Biru

Mengenalkan Nusa Penida Surga Pulau Biru

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

POV: Remaja Jompo Cek Kesehatan Gratis Menjelang Ulang Tahun

POV: Remaja Jompo Cek Kesehatan Gratis Menjelang Ulang Tahun

16 May 2025
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, Penculikan Perempuan Berkedok Adat

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, Penculikan Perempuan Berkedok Adat

15 May 2025
Jumlah Perawat di Panti Jompo Masih Minim

Jumlah Perawat di Panti Jompo Masih Minim

14 May 2025
Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

13 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia