Oleh Luh De Suriyani
Catatan: Tulisan ini dimuat di Media Halo, media internal pengguna Kartu Halo Telkomsel. Jadi mohon maklum kalau berbau iklan. :))
Bagi Marcia Dwiphurie Rachmani Soesanto, pekerjaannya adalah mozaik. Tiap hari ia mengerjakan banyak hal untuk komunitas berbeda. Namun semuanya ketika dikumpulkan, adalah bagian-bagian yang saling berhubungan dan membentuk sebuah kegiatan kemanusiaan.
Saat ini perempuan yang akrab dipanggil Mercya ini memilih menyodorkan diri sebagai Media Relation Officer (MRO) Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali. Ini memang pekerjaan formal yang menuntutnya bertanggung jawab penuh. Namun, ia juga mampu membentuk jejaring kerelawanan sosial khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan di Bali.
Saat ini ia mengorganisir Bali Community Cares (BCC), sebuah komunitas yang konsen di bidang pemberdayaan anak-anak korban HIV di Bali. BCC secara perlahan mulai menjadi lembaga yang kuat dan terpecaya untuk mengelola dana dan sumbangan bagi 26 orang anak-anak terdampak HIV/AIDS.
Tak mudah menggali dana serta mengelolanya secara swadaya. Mercya dan sejumlah teman pendiri BCC hanya mengandalkan jejaring pribadi untuk mulai menarik perharian institusi dan masyarakat agar peduli pada anak-anak korban HIV itu. Kini sejumlah perusahaan dan individual telah mempercayakan sumbangannya untuk dikelola BCC kemudian disalurkan secara berkala ke anak-anak itu.
Ia juga terobsesi untuk membuat suatu pola yang terintegrasi untuk kegiatan humanitarian itu. Ia percaya kemanuasiaan akan menyatukan semua orang apapun latar belakangnya. Perempuan kelahiran Jakarta, 4 Maret 1971 ini membentuk pola dengan menggarap semua sisi seperti akses informasi melalui media massa, pemberdayaan LSM, dan pendidikan.
Pada 9 September 2007 ini radio Bali FM akan mengudara dengan manajemen baru. Salah satunya yang terlibat adalah perempuan mantan Marketing and Communication Manager Hard Rock Hotel Bali ini. Dengan wajah barunya radio ini akan mengawal gagasan untuk penyebarluasan informasi pendidikan dan kesehatan. Inilah salah satu potongan mozaik dari gagasan Mercya Soesanto. Tapi ia buru-buru menambahkan bahwa potongan mozaiknya akan terus bertebaran.
Salah satu potongannya adalah Sloka Institute, sebuah lembaga pengembangan media, jurnalisme, dan informasi yang baru beberapa bulan ini digagas. Salah satu benang merah untuk mengadvokasi masyarakat untuk melek media sekaligus penyebar gagasan kemerdekaan mendapatkan informasi.
Sebagai media relation bertugas sebagai fasilitator, tapi malah menjadi pelaku utama?
Inilah nilai pekerjaan ini. Kita belajar soal hospitality, bagaimana menservis orang dengan baik. Dari sini kita bertemu dengan banyak orang, bekerja untuk orang banyak. Peluang ini sangat besar untuk dikembangkan menjadi suatu jejaring untuk mengajak orang peduli pada kegiatan kemanusiaan, khususnya pada penanggulangan HIV dan AIDS. Kalau ada peluang membantu orang lain kenapa tidak dimaksimalkan untuk menarik empati dan terlibat dalam jejaring sosial ini.
Kenapa Anda tertarik menggarap radio?
Ini hanya salah satu celah yang kebetulan didukung oleh sejumlah teman. Acaranya akan fokus utama di penyebarluasan informasi pendidikan dan kesehatan. Jadi bukan hanya jadi isertion seperti di program radio lain. Format talkshow interaktif soal pendidikan dan kesehatan 60%, sisanya entertainment. Gagasannya adalah bagaimana caranya masyarakat dapat mengakses pendidikan dan kesehatan dengan mudah.
Radio ini dapat diambil alih manajemennya setelah Mercya dapat meyakinkan koleganya yang seorang dokter untuk berbagi informasi soal pendidikan dan kesehatan. Investasi ini dipandang lebih abadi dibanding mengelola radio as a business.
Bagaimana pengelolaan sumbangan ke anak-anak terdampak HIV/AIDS itu?
Di BCC, kita menerapkan zero operational cost. Artinya semua kegiatan operasional ditanggung pengurus. Semua biaya kegiatan seperti transportasi, konsumsi, perlengkapan, administrasi, dan lainnya sama sekali tidak dipotong dari dana yang terkumpul dari donatur. Saya ingin orang memberi tanpa pamrih.
Dari seluruh dana yang terkumpul, kita salurkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan anak-anak. BCC sudah komitmen bahwa kami akan berlanjut mendukung pendidikan mereka minimal sampai tamat SMP.
Anak-anak terdampak HIV/AIDS ini sebagian besar masih balita. Saat ini ada 26 anak di sana yang dibantu. Sebagian sudah kehilangan orang tua, baik keduanya maupun bapak atau ibunya. Anak-anak itu telah jadi korban HIV/AIDS tanpa pernah melakukan perilaku berisiko. Karena itu sudah selayaknya kita semua membantu mereka tanpa pamrih.
Apa sebenarnya keinginan yang ingin diwujudkan?
Banyak sekali yang ingin diwujudkan. Tapi saya tak ingin memilikinya. I dont want own anything. Biarkan orang lain yang merasa memilikinya, saya hanya ingin berbagi. Pokoknya semua pekerjaan itu saya kerjakan dengan ikhlas.
Di setiap lembaga atau komunitas yang didirikannya, Mercya menolak diposisikan atau secara tertulis disebutkan jabatannya. Ia hanya mau ditulis sebagai partisipan atau relawan.
Bagaimana Anda memulai semua kegiatan sosial ini?
Ketertarikan dimulai sejak SMP. Komunitas kami sering buat acara untuk anak-anak jalanan atau di panti asuhan. Dari situ saya sudah diasah bagaimana menghargai orang lain siapa pun itu. Bagaimana mengurangi beban mereka jika mampu. Yang penting kita berbagi.
Potensi jejaring sosial ini seperti apa?
Saya tidak pernah menset-up kegiatan akan dibuat apa. Semua ini baru proses, belum menjadi puncak pencapaian atau tujuan. Ketika kita dapat menyalurkan dana pendidikan buat anak-anak terdampak HIV, bukan berarti tujuan telah tercapai. Persoalannya akan bertambah kompleks. Nah, sekarang kita menyiapkan watak orang atau infrastrukturnya, apakah siap untuk seterusnya menghadapi tantangan sosial kemasyarakatan di masa datang. Bagaimana upaya kita untuk dapat membantu, dengan siapa saja? Bertambahnya masalah bukan dijauhi, tapi harus dihadapi. Tantangannya adalah merajut uluran-uluran tangan yang datang. Kita kelola uluran tangan itu agar makin panjang dan kuat.
Lalu, muara dari semua kegiatan yang dilakukan ini?
Muaranya ya semua proses ini. Hidup itu memberi, saya belajar dari sana. Orang sering bilang, kalau sudah berkecukupan baru memberi orang lain. Saya sendiri tidak setuju, karena lebih mulia memberi dengan segala keterbatasan.
Bagaimana Kartu Halo mendukung semua aktivitas Anda?
Sejak tahun 1998 saya berlangganan kartu Halo, belum pernah trouble. Beberapa kali saya menggunakan nomor lain, tapi tetap pegang nomor Halo saya. Mungkin karena ini nomor pertama dan terakhir. Selain itu jangkauannya luas dan yang penting nggak pernah ada masalah.
Karena kemampuan negoisasi dan fasilitasinya, pada 2009 nanti, Mercya Soesanto digadang-gadang menjadi salah satu tim pelaksana Konferensi AIDS International pertama kalinya bagi Indonesia yang akan dihelat di Bali. Bali menjadi tempat pelaksana konferensi yang akan dihadiri sekitar 3000 pelaku penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh dunia. [b]
Hebat ya hal-hal yang dilakukan oleh Mercya :-)Pantesan susah dicari kalau untuk urusan pekerjaan utamanya….