Pagi ini dingin menembus tulang. Motor matic yang kami gunakan berlari 40 km per jam.
Perjalanan ditempuh lebih kurang dua jam dari kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Jalan berkelok kelok, kadang-kadang tikungan tajam kami hadapi.
Maklumlah vegetasi Taman Wisata Alam Bangko bangko terdiri dari pantai dan hutan dataran rendah. Ketinggiannya dari nol sampai 400 mdpl.
Dalam setengah perjalanan, kami mulai menemukan pohon bakau, terkadang pohon pohon pandan dan kelapa yang ditanam masyarakat. Pemandangan menjadi indah ketika matahari mulai tampak dari ufuk timur menyinari sawah sawah yang menghijau.
Pohon-pohon dan peredu yang masih relatif lebat memungkinkan banyak reptil hinggap di sekitarnya. Sesekali ular lewat melintasi aspal dan hampir terlindas ban motor. Nyanyian burung memulai hari, teriakan Ayam Hutan (Gallus varius) memecah kejemuan kami dalam berkendara.
Nyanyian burung memulai hari, teriakan Ayam Hutan (Gallus varius) memecah kejemuan kami dalam berkendara.
Selain satwa satwa tadi terdapat juga Elang Bondol (Heliantus Indus) dan Koakiau (Philemon buceroides). Jenis Mamalia antara lain Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), Trenggiling dan Babi Hutan.
Yang menarik di sekitar tanaman bakau, pada lumpurnya terdapat lubang-lubang seukuran dua kepalan tangan. Lubang ini yang hampir setiap sore menjadi incaran para pemburu kepiting bintang.
Dengan bermodal gala sebesar alat pancing yang digunakan sebagai pengait untuk kepiting, alat tersebut dimasukkan ke lubang kepiting. Jika ada reaksi dari kepiting maka pengait tersebut akan dijepit oleh kepiting sementara para pemburu berusaha menarik alat perlahan lahan ke luar lubang.
Setelah kepiting berhasil dikeluarkan dari lubang dengan sigap pemburu menyergap dengan tangan kosong yang kemudian mengikat penjepit kepiting dengan tali. Episode kepiting selanjutnya disantap atau dijual.
Pemerintah NTB ingin mengembangkan TWA Bangko bangko. Menurut SK Menteri Kehutanan No. 64/Kpts/II/1992 luas TWA Bangko bangko memiliki 2.169 hektar.
Sayangnya kawasan yang sangat luas ini belum secara maksimal dipoles. “Kita bisa melihat akses jalan yang belum bagus, tata batasnya juga belum jelas,” ungkap salah satu Mahasiswa Swasta Fakultas Geografi Lis di Kota Mataram.
“Sarana prasarana pun belum dibangun,” sambungnya.
Untuk ke Bangko bangko kita bisa mengambil dua jalan dari udara dan darat. Dari darat bisa menggunakan kendaraan pribadi atau pun umum. Jika anda dari arah barat seperti Bali atau Jawa via jalur darat maka anda cukup mencari terminal di Pelabuhan Lembar.
Dari Lembar kita beranjak ke Labuan Poh. Dari Labuan Poh bisa menggunakan ojek. Di sepanjang jalan ada beberapa penginapan yang bisa kita singgahi. TWA ini menjadi surga bagi turis yang ingin berselancar. Bagi backpacker bisa melihat jadwal pada saat musim ikan tongkol memuncak.
TWA Bangko Bangko ini menjadi surga bagi turis yang ingin berselancar.
“Kalau musim tongkol anda ke sini, pastinya nasi berubah jadi lauk, saking banyaknya ikan,” ungkap Pak Bahar salah satu penghuni TWA Bangko bangko.
“Untuk pengunjung dari Bali bisa dengan motor ke Bangko bangko, biayanya tidak jauh berbeda dengan ke Nusa Penida,” sambungnya. [b]